#15 Over Thinking

686 57 0
                                    

Mandy's Diary At Senior

Sekarang Candice tidak lagi memedulikan Trey semenjak kejadian waktu itu. Aku sedikit menyayangkannya, sebab aku menginginkan dia terus bersama Trey sampai keluar dari SMA ini, kalau bisa sampai menikah. Tapi... kalau melihat sikap ketus Candice yang sering diberikannya pada Trey tiap mereka bertemu, aku tidak yakin mereka berakhir dengan mengikrarkan janji suci di depan pastur.

Meskipun kelihatan tidak peduli, aku dapat merasakan atmosfer ngeri Candice setiap detik. Dia menghabiskan dua baki makanan dengan burger jumbo yang langsung dijejalkan ke dalam mulutnya sampai penuh. Aku mengernyitkan dahiku melihatnya makan seperti itu seolah-olah Candice tidak pernah makan selama satu millenium penuh.

"Candice!" aku menyenggol bahunya, spontan membuatnya tersedak dan buru-buru meneguk air mineral di dalam botol. "Hati-hati kalau makan."

Begitu makanan yang dijejalkan mulutnya masuk dan turun di dalam perutnya, Candice memelototkan mata menyeramkan untukku, sekonyong-konyong membuatku mengkeret di kursi.

"Kau yang membuatku tersedak!" bisiknya kesal, menghempaskan tisu di atas baki setelah mengelap bersih mulutnya.

"Maaf. Bisakah kau berhenti makan sebanyak itu?" Aku mulai khawatir, jangan-jangan dia terkena sindrom atau semacamnya usai putus dengan seseorang setelah hampir tiga tahun berpacaran.

"Ini sebagai bentuk kekesalanku dan pertanda aku melajang."

Apa hubungannya? Memutar bola mataku ke atas, aku mendesah pelan dan menyentuh telapak tangannya.

"Kau hanya terkena Sindrom Pasca Putus."

"Sindrom Pasca Putus?" sebelah alis Candice terangkat tidak mengerti. "Sindrom macam apa itu? Siapa pencetusnya?"

"Aku." Kusunggingkan senyuman lebar mempertontonkan gigiku.

Candice mengangkat sudut-sudut bibirnya, lalu meraih air mineral dan meneguknya sampai tandas. Wajahnya berubah memerah seperti kepiting rebus melihat Justin dan teman-temannya melenggang masuk ke dalam kafetaria menyita perhatian sebagian murid di sini. Aku tersenyum senang melihat Justin, sedangkan Candice menggerung putus asa dan membenamkan wajahnya di atas meja melihat sosok Trey. Kupalingkan wajahku memutus kontak mata di antara kami, lalu aku menarik tangan Candice pergi dari kafetaria sebelum dia dan Trey terlibat percek-cokan lagi.

Candice menerima ajakanku dengan senang hati. Aku tahu dia benci berada di dalam ruangan bersama Trey, terlebih karena mereka baru saja putus. Kepalaku menoleh sebentar ke belakang melihat Justin duduk di bangku kafetaria seperti biasa, memandangku selama beberapa detik sampai aku menghilang di balik tembok.

***

Aku menghitung hari di dalam kalender. Kurang lebih, tinggal beberapa Minggu aku berulang tahun, dan beberapa hari selanjutnya wisuda, lalu prom kelulusan. Aku menggeleng samar, menghembuskan napas pendek melihat betapa banyaknya agenda sekolah yang akan kulakukan akhir-akhir ini.

Ponselku berdering kecil, menyita perhatianku yang langsung menyambar benda pipih itu dan melihat nama Justin tertera di display. Buru-buru kuangkat telepon darinya sambil melompat ke atas ranjang, tertelungkup dengan ponsel di telinga kiriku.

"Hai," kataku diikuti keberadaan senyum kecil di bibirku. Kuakui, sejak aku dan dia bersama, aku jadi lebih sering terhibur, lebih sering tersenyum, dan hari-hariku lebih berwarna bagaikan spektrum warna pelangi.

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang