1.Luka dan Bahagia

47 11 0
                                    


Perasaan bahagia yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata sedang dialami oleh sepasang kekasih yang kini resmi menjadi suami dan istri, begitupun dengan para tamu undangan yang turut bersuka cita dengan bersatunya kedua insan yang telah lama memadu asmara tersebut, tanpa mereka sadari, di antara ratusan orang berbahagia yang hadir, ada mata yang menyendu dan hati menjerit melihat orang yang dicintainya telah resmi menjadi orang lain, tanpa tahu bahwa sang pemilik mata yang sendu itu begitu mendambakan dirinya.

"Awan." Panggil sang pengantin wanita kepada sahabat yang paling disayanginya itu.

Belum sempat sang pemilik nama membalas sapaannya, tubuhnya telah didekap hangat oleh saudari tak sedarahnya itu.

"Selamat ya Let, aku seneng banget kamu sama Galen akhirnya resmi juga."

Kata-kata yang tak sesuai dengan keadaan hatinya itu, keluar dari mulut Awandana Parahita, sosok perempuan yang dalam hatinya menyimpan rasa kepada seseorang yang telah resmi menjadi milik orang lain pada hari ini, mencintai seorang Galen Daneswara hingga saat ini, adalah salah satu kesalahan terbesar menurutnya yang pernah ia lakukan selama hubungan persahabatan mereka, mencintai cinta sahabatnya.

"Eh, Awan, dateng juga kamu." Suara maskulin dari sesosok pria di belakang sahabatnya, menyapa pendengarannya.

''Thanks, ya Wan, walaupun waktu itu bilangnya sibuk, tapi kamu tetep bisa hadir.Aku sama Aletta bahagia banget sahabat terbaik kita bisa hadir.'' Ucap Galen dan memberi pelukan singkat untuk Awan.

Ingin rasanya dekapan itu sedikit lebih lama, ingin rasanya hangatnya pelukan dan genggaman tangan itu mengisi hari-harinya, sungguh Awan ingin menjadi ratu di hati sosok pria yang telah mencerahkan masa putih abu-abunya ini, namun Awan tau itu sudah tak mungkin.Melihat kedua sahabatnya yang saling mencintai, dan kini resmi saling memiliki, membuat Awan tau, dia telah kalah sedari awal, maka dirinya harus belajar untuk melepaskan rasa indah nan menyesakkan ini, untuk kembali melanjutkan hidup dan melangkah ke depan.

''Kalian ini, mana ada sahabat yang absen di pernikahan sahabatnya, apalagi sekarang mempelai cowok dan ceweknya sahabat aku, jahat banget aku kalau absen.'' Ucap Awan dengan menyunggingkan senyum di wajahnya.

''Ahh..., kamu bisa aja sih Wan.'' Ucap Aletta seraya mencubit pelan kedua pipi sahabatnya itu.

''Aww...aww...Sakit Let, jangan dicubit dong pipiku, nanti makin melar."

Galen tertawa kecil melihat interaksi istri dan sahabatnya itu, dalam hati dirinya bersyukur memiliki sosok Awan dalam hidupnya, yang telah berhasil membawa kisahnya dan Aletta menjadi sejauh ini.

"Udah Let, mending kita lanjut nyapa-nyapa tamu, biar Awan nikmatin makanan yang ada di sini, kasian anaknya dah ngiler kayaknya dari tadi."

"Hehh..., dasar ya, tapi emang bener sih, ya udah kalian lanjutin acara kalian, aku mau kulineran dulu."

"Oke my sis, aku sama Galen tinggal dulu ya."

Selepas keduanya pergi, jatuhlah setetes air mata yang sedari tadi Awan tahan melalui mata kanannya, segera dia menghapusnya, dan pergi meninggalkan tempat itu.


"Kamu, apa-apaan sih kok pulang gitu aja, aku sama Galen kan masih pengen ngobrol."

Nada kesal yang tak dapat disembunyikan dari seberang, membuat Awan sedikit terkekeh, memang mendengar nada kesal Aletta adalah hiburan untuknya yang pendiam dan sedikit bicara di luar sana.

"Sorry, sorry, Let.Aku tiba-tiba dipanggil ama salah satu orang penerbitan, katanya ada yang mau didiskusiin sama aku, jadinya aku pergi tanpa pamit, maaf ya."

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang