11. The Truth (1)

17 5 0
                                    


Ervin masih terdiam dengan pernyataan Awan, namun telinganya senantiasa terpasang untuk mendengarkannya.

"Kamu dan aku sama-sama suka nyembunyiin rasa sakit kita dari orang lain."

Ervin terpaku sejenak kala mendengar perkataan Awan.

"Gimana, aku bisa tahu?Karena mudah kan buat mahamin orang yang punya nasib serupa ama kita, dari pertemuan pertama kita aja waktu itu, aku udah tahu, kalau kamu ngga bisa dikategorikan 'aktor muda tampan yang punya kehidupan yang normal dan penuh dengan kenyamanan juga ketenangan', karena ngga mungkin aktor yang lagi naik daun kayak kamu jalan-jalan malam keluar sendirian tanpa ada bodyguard yang dampingin." Ucap Awan menjelaskan seolah mengerti alasan dibalik keterpakuan Ervin.

Ervin menyeruput gelas teh itu, dan meletakkannya kembali.

"Kehidupan aktor yang lo sebutin tuh, ngga begitu akurat.Aktor tuh Emang udah lihai akting depan kamera, jadi nyembunyiin kehidupan pribadi mereka itu bukan hal yang sulit, makanya pendapat lo yang lo bilang tadi,lo ngga bisa asal nentuin kalau gue punya sifat yang sama lo, karena apa itu kehidupan normal , penuh kenyamanan dan ketenangan, di saat kamera dan media terus ngawasin lo, dan gue yakin ngga cuma gue aktor yang punya kebiasaan jalan-jalan sendirian, terus darimana lo bisa nyimpulin kalau gue lagi nyembunyiin rasa sakit gue?" 

Awan hanya terdiam, namun kemudian tersenyum kecil.

"Kalau gitu aku boleh tahu alasan dibalik perkataan waktu kamu mimpi buruk?, yang bunyinya " Sudah kubilang pergi, jangan terus-menerus berpura-pura jadi adek gue dan nakut-nakutin gue!"

'Deg'

Ervin tak dapat menyembunyikan keterkejutannya tatkala mendengar pernyataan Awan.

"Sebelum mencekikku, kamu meracau tentang mengusir sesuatu dan memohon untuk tidak didekati sosok dalam mimpimu, kemudian ketika aku mendekatimu kau mencekikku dengan cukup erat, seolah menyalurkan emosi terpendam yang telah ditahan selama ini kepadaku yang kamu kira adalah sosok dalam mimpimu.Ya, kan?"

Ervin kembali tak dapat berkata-kata saat mendengar penuturan Awan.Dirinya hanya mengatupkan mulutnya, merasa tidak mendengar respon apapun dari Ervin, Awan memutuskan untuk melanjutkan ceritanya.

"Susah kan?Susah buat cerita sama orang lain, di saat kita ngga tau mana orang yang tepat untuk kita percayai, aku juga mengalaminya.Sampai sekarang, masih banyak hal yang kurahasiakan orang-orang di sekitarku, even my family either. Contohnya, mungkin saat ini ngga ada yang tahu kalau aku pernah menjadi makcomblang cowok yang aku cintai dengan sahabatku, setelah kupikir-pikir miris memang, tapi karena kebetulan mereka berdua adalah sahabatku, jadi kuputuskan untuk mundur dan mengalah, karena rasa cintaku bisa saja membuatku kehilangan salah satu dari mereka, yang mana aku tak ingin hal itu terjadi."

Awan menghela napasnya, dan mencoba menceritakan hal yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu kepada sosok laki-laki di sebelahnya.

"Dari kecil aku adalah sosok yang tidak biasa dalam ikatan pertemanan yang tak pernah bertahan lama, hal itu terjadi dari TK hingga SD, ketika SMP kuputuskan untuk merubah semua itu, dan mulai mencari teman yang bisa kuandalkan dalam waktu yang lama, tapi, sepertinya aku kurang mempersiapkan diriku, karena pada akhirnya aku hanya dibohongi dan dimanfaatkan, hingga sekarang bayang-bayang itu masih terekam dalam memori ingatanku.Kadang, dalam hati kubertanya 'apa yang mereka pikirkan ketika melakukan seperti itu kepadaku?, apa ketulusanku tidak ada artinya di mata mereka?"

Manik Awan berkaca-kaca tatkala ia menceritakannya, dengan segera ia menarik napas kembali agar dirinya tak menangis sebelum selesai menceritakannya, setelahnya, ia pun melanjutkan.

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang