27. Bergerak (1)

8 1 0
                                    

"Kak Adnan, aku dapet alamat di mana sekarang Arum tinggal Kak." 

"Hahh??Kamu ketemu Arum di mana?"

"Accident Kak, kita ketemu di toilet mall, ternyata bener dugaanku sebelumnya, kemungkinan besar selama 4 tahun Arum dikabarin meninggal, dia dikurung di suatu tempat, makanya selama 4 tahun ini ngga pernah ada yang ngeliat dia, jadi ngga ada yang merasa salah ama berita kematiannya."

Awan mendengar helaan napas dari seberang.

"Ya udah, kamu nanti ke rumah kita bicarain bareng Melati juga, aku lagi siap-siap pulang juga soalnya.Ketemu di rumahku ya, Wan."

Panggilan telepon itu pun berakhir, namun baru ingin menyimpan handphone-nya kembali ke dalam tas, deringan telepon kembali berbunyi, terpampang kontak Ervin pada layar screen.  

"Ya, Vin?Gima-

Perkataan Awan terhenti kala mendengar isakan dari seberang.Tak ingin menyela dengan berkata apapun, maka ia pun menunggu sampai Ervin siap tuk membuka percakapan dengannya.

"Wa...wan gu...gue bener kan?, ta...tandanya gu...gue ga hidup da...dalam ilusi yang gu....gue ciptain sendiri, kan?"

Awan yang mendengarkan perkataan tersendat-sendat Ervin di sela-sela isakannya, tanpa sadar mengukir senyumnya.

"Gosenghesseoyo, saengjonhae jusyeoseo gamsahamnida, Ervin.* "

"Jadi, dia belum bareng kamu sama Kak Adnan?"

"Belum Vin, dilihat dari gelagatnya pas ketemu sama aku, jelas ada sesuatu yang bikin dia punya rasa takut ama orang asing berlebih."

Decakan dan helaan napas kasar itu menyapa pendengaran Awan.

"Kalau gitu a-

Terdengar suara-suara mengomando dari seberang, disertai dengan terpotongnya kalimat Ervin, menandakan bahwa Ervin sedang dalam berkutat dengan pekerjaannya.

"Vin, udah selesain syuting kamu dulu, nanti pasti kukabarin kalau ada perkembangannya lagi ke depannya."

Dan percakapan keduanya pun berakhir.




Awan menyerahkan handphone yang berisikan alamat tempat Arum sekarang pada Adnan, Melati yang duduk di sebelah Adnan pun ikut melihat apa yang tertulis di sana.

"Ini alamatnya, Wan?" Salah satu alis Adnan menukik ketika dirinya bertanya pada Awan.

"Iya, Kak."

"Baiklah, besok akan kubicarakan dengan Pak Rudi."

"Kak, sebisa mungkin kita harus ke alamat itu secepatnya, karena kemungkinan dugaanku sebelumnya benar."

"Dugaan tentang Arum yang terjebak di suatu tempat selama 4 tahun lamanya, maksud kamu Wan?" Kali ini Melati yang bertanya.

"Iya Kak, dugaanku semakin kuat setelah mendengar nada putus asa Arum waktu dia minta aku datang ke sana, seolah-olah meminta agar dia segera dikeluarin dari sana."

Adnan dan Melati yang mendengar hal itu, hanya berpandangan satu sama lain.

"Kamu tenang aja Rum, aku bakal lapor Pak Rudi secepatnya." Perkataan Adnan seolah menjadi angin sejuk untuk Awan yang menimbulkan rasa tenang dalam hatinya.





"Kamu serius Rum?!"

Arum langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Lita kala menyadari meningginya nada sosok sahabat kesayangannya itu."Ssst..., Kak Lita jangan teriak-teriak, nanti salah satu anak buah bos dateng ke kamar kita gimana?"

Lita hanya tertawa tanpa dosa setelahnya."Sorry, sorry, habis aku kaget banget denger apa yang kamu sampein.Tapi itu beneran Rum?"

Arum yang mendengar pertanyaan Lita hanya dapat mengukir senyumnya."Saking ngga kepikiran bahwa akan ada yang nyelamatin kita dari sini, aku sampe ga bisa berkata-kata Kak."

Matanya berkaca-kaca, dan kemudian dirinya menangis pelan di pelukan sahabatnya, Lita pun tak dapat menahan rasa harunya kala akan datang di mana mereka bisa bebas tanpa harus takut akan hukuman yang mengancam.

"Syukurlah Rum, semua mimpi buruk ini akan berakhir."





Sosok itu tengah meneliti alamat yang ditunjukkan oleh salah satu bawahan kepercayaannya.

"Night Crown, Jl. Lavender 15, di bagian tenggara kota.Ini alamat yang akan ngebawa pencarian kamu ke babak akhir?"

"Iya Pak, benar."

Rudi meletakkan kertas berisi alamat itu di atas mejanya.Telunjuk kanan ya ia ketuk-ketukkan pada kerasnya permukaan meja.

"Kamu tahu, Nan?, sudah banyak rumor yang beredar tentang tempat hiburan malam itu."

Telunjuk itu pun ia hentikan tuk mengetuk-ngetuk meja."Ada yang bilang itu adalah tempat teraman para golongan elit maupun para pejabat yang ingin mencari kesenangan duniawi tanpa harus ketakutan jika perbuatan itu diketahui publik, yang mana bisa merusak citra mereka di mata publik."

Adnan yang mendengarnya, tak dapat menyembunyikan raut wajah terkejutnya, menyadari apa yang mungkin dipikirkannya adalah benar, membuatnya menyampaikan isi pemikirannya kepada Rudi.

"Jika maksud Bapak tempat itu adalah tempat yang sangat aman untuk para pejabat maupun golongan elit bersenang-senang, apa itu berarti ada jaminan bahwa siapa saja yang datang ke sana identitasnya tersembunyi dengan baik?"

"Ya begitulah, rumor juga mengatakan bahwa para pekerja wanita di sana diberikan akses yang terbatas untuk mengakses dunia luar." 






*Kamu sudah berusaha dengan begitu baik, terima kasih telah bertahan, Ervin.

















AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang