30. Akhir (?)

9 1 0
                                    

Semuanya terasa mudah, penangkapan Luna berhasil, begitupun Dave maupun Edi, berikut bukti-bukti yang memberatkan mereka.Kasus ini pun selesai dengan mudahnya, seolah memang sudah di-setting untuk mencegah pendalaman kasus ini, banyak data yang hilang, namun seolah semua pihak telah abai, karena menganggap hal yang hilang itu tak berkaitan sedikitpun dengan kasus ini.

Awan menatap langit yang dipenuhi Awan di atasnya, terlalu asik dengan kegiatannya memandang luas dan birunya langit yang membentang, tak menyadari bahwa ada sosok yang lain yang telah bersamanya, dan menyodorkan segelas kopi padanya.

"Kopi, Wan?"

"Makasih, Vin."

Keduanya pun mulai menikmati kegiatan memandang alam dengan segelas kopi dalam masing-masing genggaman.

"Aku masih ngga nyangka ternyata orang yang selama ini aku anggep sebagai keluargaku, adalah alasan dibalik penderitaanku."

"Ya, begitulah, kadang melihat musuh sebagai teman akan jauh lebih mudah dibanding melihat teman sebagai musuh." Awan berkata dengan pandangan yang masih mengarah kepada hamparan biru di atas.

"Vin, kamu pernah dengar pepatah korea yang bunyinya, 'Haeani boiji anneun geoseul igyeonael yonggiga eopdamyeon jeoldaero badareul geonneol su eopda', yang artinya, kamu tidak akan pernah bisa menyebrangi lautan luas sampai kamu memiliki keberanian melupakan pantai?

"Kurasa pernah, tapi aku lupa di mana."

"Kamu paham maksudnya apa?"

Ervin hanya diam sembari berpikir, namun pikirannya kembali terpecah kala mendengar Awan kembali berbicara.

"Seseorang tidak akan mencapai suatu hasil yang besar, tanpa memiliki keberanian untuk melupakan apa yang menyamankan dirinya."



"Kasus ini selesai dengan mudahnya, apa kamu tidak curiga Nan?"

Adnan pun hanya terdiam kala mendengar pertanyaan dari atasannya, tak lama dirinya pun kembali membuka suaranya.

"Curiga, namun apa yang bisa saya lakukan dengan posisi saya, Pak?, posisi saya tidak memiliki kewenangan untuk bisa berbuat macam-macam."

Rudi yang mendengarnya, pun hanya tersenyum simpul."Ya inilah, realita kehidupan kita."



Diputar di dua negara, Korea Selatan dan Indonesia, film 'Senja Kala Itu' mendapat apresiasi yang hangat dari penduduk di kedua negara tersebut, termasuk sosok yang tengah memperhatikan wajah dari pemeran utama pria, tanpa sadar dirinya menggerakkan tangannya untuk menyentuh poster film yang memuat gambar Ervin. 

"Choi In-Su, Uri A-deul.." 




-Fin-

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang