23. Interogasi

4 2 0
                                    

Setelah susah payah membuat petugas penjaga sel penjara dalam lapas percaya, pada akhirnya Adnan disertai Awan yang mengaku kerabat dari pelaku pembunuhan berantai 4 tahun lalu berhasil bertemu dengan pelaku melalui alasan ingin berjumpa karena sudah lama tak bersua, dan kini Awan sedang duduk berhadapan dengan sosok yang menjadi alasannya datang kemari, keduanya belum ada yang mengeluarkan sedari tadi.

"Saya mengunjungi Ibu dan saudari anda minggu kemarin, keduanya terlihat sehat dan baik." Ujar Awan seraya menyodorkan selembar foto yang memotret dirinya,Adnan, saudari dan ibu dari sang pelaku.

Sontak tangan sang pelaku langsung mengambil foto tersebut, dan tanpa sadar dirinya tersenyum dengan manik yang nampak berkaca-kaca.

"Syukurlah." Gumamnya pelan seraya membawa menatap lamat-lamat foto yang berada di tangannya. 

"Pak Leon, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, tentu itu, jika anda bersedia menjawabnya. "

Sang sosok yang diajak berbicara oleh Awan meletakan foto yang dipegangnya di meja.Kemudian dirinya menatap Awan.

"Maaf, saya tidak ingin menjawab apapun."

Awan terdiam, lidahnya kelu tuk mengatakan sesuatu, namun, dirinya tidak ingin menyerah, sebisa mungkin dirinya akan menguak keterangan dari sosok di hadapannya.

"Anda ingat Ervin Lingga Prabaswara, kakak dari Arum Lintang Prabaswara?"

Sosok yang dipanggil oleh Awan dengan nama Leon itu tidak merespon apa-apa, dirinya hanya terdiam membisu.

Awan hanya menghela napas kasar, dirinya harus sepintar-pintarnya dalam memutar otak tuk mendapat keterangan atau kesaksian dari sosok di hadapannya.

"Apa yang anda katakan padanya, sampai anda babak belur?"

Leon hanya tersenyum saat Awan kembali menanyainya.

"Rupanya anda teman dari orang yang selalu mengganggu ketenanganku selama di sel."

"Jadi benar Ervin sering menemui anda untuk mencari tahu tentang kejadian adiknya?"

"Ya, memang dia sering mendatangiku dulu."

"Menurut anda, karena alasan apa Ervin mendatangi anda, di saat tidak ada lagi yang dia bisa kuak dari anda untuk kejadian adiknya?"

Leon terdiam, namun Awan dapat melihat dirinya mengepalkan tangannya berikut kegelisahan pada sorot matanya yang menandakan dirinya mulai terpancing dengan umpannya.

"Yaa, karena dia tidak mempercayai anda sebagai pelaku untuk kasus adiknya.Menurut anda, keyakinannya hanyalah prasangka yang didasarkan pada kecurigaan atau memang kebenaran yang tersembunyi?"

Leon semakin terdiam, dan Awan yang menyadari keterdiaman lawan bicaranya itu mulai mengeluarkan jurus terakhirnya dengan mengeluarkan handphone-nya dan mulai membuka salah satu file rekaman suara.

[ Yaa, seingat saya di waktu dua bulan setelah putra saya diadili, ada sekelompok orang yang datang dengan memberikan uang dalam nominal yang sangat besar, pada saat saya menanyakan darimana asalnya, salah satu dari mereka menjawab 'bahwa ini adalah tabungan putra saya yang dikumpulkan selama dirinya bekerja di kota, dan mereka merupakan petugas nasabah yang menangani transaksi keuangan putra saya']

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang