25. Fact of Love

11 2 0
                                    

"Gimana Kak, ada perkembangan terbaru lagi?"

Adnan hanya menggeleng, Awan yang melihatnya hanya menghela napas kasar.Setelah kematian Leon, pencarian mereka menemui jalan buntu, sebab satu-satunya saksi penting yang dapat menjumpai pencarian ini pada titik terang, sudah tidak dapat dimintai keterangannya lagi.Tiba-tiba, nada dering handphone-nya, membuatnya tersadar dari kegiatan berpikirnya.Tertera nama Ervin pada layar screen-nya, dengan segera dia mengangkatnya. 

"Annyeong, Ervin-ah."

Dapat Awan dengar kekehan remeh itu dari seberang. 

"Wan, gimana kabar lo, baik? Kak Adnan sama Kak Melati gimana?"

"Aku baik, Kak Adnan juga baik, kita lagi bareng nih, kalau Kak Melati lagi ada acara bareng kolega firmanya."

"Gimana, Wan?Pencarian Arum udah berkembang ampe mana?"

Awan yang mendengar pertanyaan Ervin seketika terdiam, namun, dirinya harus menyampaikan kepada Ervin apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Kita nemuin jalan buntu, Vin."

"Kenapa, Wan.Ada hal yang terjadi di luar perkiraan?"

Lidah Awan sedikit kelu untuk menyampaikannya, tapi ia harus.

"Leon meninggal, Vin."

"A...apa?"

"Kejadiannya, dua minggu setelah aku nginterogasi dia, Kak Adnan yang ngabarin kalau Leon meninggal di selnya."

Dapat Awan dengar helaan napas berat yang menyiratkan kelelahan emosional.

"Apa penyebab meninggalnya, Wan?"

"Dia meninggal karena bunuh diri."

"Bunuh diri?, kenapa baru sekarang dia bunuh diri?!."

Luapan emosi yang terpendam dari Ervin dapat Awan rasakan, Awan mengerti dengan perasaannya sekarang, dia pasti merasa putus asa sekarang, dengan pikiran 'mengapa harus sekarang?, mengapa di saat harapan itu datang, kenyataaan malah mengkhianatinya?.

"Vin, aku tahu kamu pasti emosi banget, tapi aku sama Kak Adnan juga ga bakal nyerah gitu aja, kita pasti bakal nyari benang merah lainnya dari kasus ini, kamu jangan terlalu kepikiran sama apa yang terjadi di sini, fokus sama kegiatanmu di sana."

Keheningan itu menyapa keduanya setelah Awan selesai mengucapkan kalimatnya.

"Wan, gue ga tahu harus berterima kasih lo kayak gimana lagi, tapi makasih banyak lo udah mau ngebantu gue sampe sejauh ini, tapi untuk sekarang, lagi-lagi gue cuma bisa bilang terima kasih."

Awan hanya tersenyum kala mendengar penuturan Ervin dari seberang sana.

"Kayak kamu sama siapa aja, Vin."

Setelahnya keduanya terlibat dalam pembicaraan ringan beberapa saat, sebelum Ervin yang mengakhiri panggilan itu terlebih dahulu karena dirinya harus persiapan untuk take scene.

"Ervin, ya?"

"Iya, Kak."

Adnan yang mendengarnya hanya manggut-manggut, dan tak lama dirinya membuka suaranya.

"Kamu suka sama Ervin, Wan?"

Awan yang mendengarnya hanya tersenyum sesaat setelah mendengar pertanyaan Adnan.

"Aku ngga tahu Kak."

"Kenapa bisa ngga tahu?"

"Aku ragu perasaan yang aku rasain ini bisa disebut perasaan suka ataupun cinta, yang jelas aku pengen selalu ada di sisi Ervin karena aku ngga mau dia nanggung semuanya sendirian."

Awan memberhentikan kalimatnya, untuk mendengar respon dari Adnan, merasa tidak ada respon apapun, Awan pun melanjutkan kalimatnya

"Kalau aku emang cinta, entah kenapa perasaan cinta yang aku rasain saat jatuh cinta pertama kali, dengan perasaan yang lagi aku rasakan sekarang itu berbeda."

"Yaa, wajarlah Wan, setiap cerita cinta punya momennya masing-masing, jadi perasaan yang dirasakan kamu saat jatuh cinta pertama kali dengan perasaan kamu yang sekarang juga pasti ngga bakalan sama."

"Tapi, kalau ini ternyata cuma keinginan untuk ngebantu Ervin semata gimana, Kak?Kakak tahu kan aku orangnya gimana?"

Mendengar penuturan Awan membuat Adnan hanya tersenyum.

"Aku tahu kamu orang yang kayak apa Wan, tapi ada perbedaan mendasar di saat kamu peduli pada seseorang karena kebaikan hati atau ketika kamu peduli seseorang karena memang kamu mencintainya."

"Perbedaan mendasar?"

"Yaa, seberapa besar kamu ingin membangun kehidupan yang lebih baik bersamanya di masa depan, itulah perbedaan paling mendasarnya."

Awan tertegun kala mendengar penuturan Adnan.

"Jadi, Wan kalau kamu pengen selalu bareng sama Ervin di masa depan dan pengen ngebantu dia nanggung lukanya agar dia ngga menderita sendirian, itu tandanya kamu udah mencintainya."

Awan yang mendengar ucapan Ervin terdiam kembali.

"Cinta seperti apa yang Kakak maksud?aku selalu melakukan hal-hal itu untuk orang di sekitarku, karena aku mencintai mereka, apakah yang Kakak maksud dengan arti 'cinta' untuk Ervin itu sama dengan 'cinta' untuk mereka yang berada dalam pemikiranku?" Ucap Awan kemudian mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya.

"Astaga, aku mesti putar otakmu berapa kali kalau ngomong sama kamu, Wan, terlalu berpikir secara filsafat juga ngga bagus Wan, untuk urusan hati, akal dan logika kadang bisa ngga berguna."

Mendengar ucapan Adnan membuat Awan tanpa sadar menyunggingkan senyum simpul.

"Bagiku, justru yang Kakak bilang adalah hal yang salah, justru karena urusan hatilah yang paling mendasari dasar kehidupan seseorang, perlu adanya akal dan logika di dalamnya, Kakak liat kan sekarang?, karena alasan cinta yang tidak didasari akal dan logika banyak nyawa yang hilang sia-sia, dan semua perbuatan itu didasari dengan yang namanya 'cinta'."

Adnan yang mendengarnya ucapan panjang Awan hanya tersenyum simpul.

"Kamu tahu, Wan?Pada dasarnya, cinta membawamu pada rasa bahagia dan rasa nyaman, jika itu berubah dan ngga terjadi, maka namanya bukan cinta lagi, melainkan keserakahan pribadi yang mengatasnamakan cinta."



AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang