3.Us

19 6 0
                                    


Suara bariton dengan nada sengit itu menyapa pendengaran seluruh orang yang berada dalam ruangan, nampaklah sosok Ervin sedang berdiri di pintu masuk ruangan dengan sang manajer di belakangnya.Ervin menatap sengit sosok Awan, sedang yang ditatap hanya berusaha menghindari tatapan itu, Awan tidak terlalu menyukai jika dirinya ditatap terlalu lama, tidak nyaman baginya diliat se-intens itu oleh orang lain.Seketika suasana di ruangan itu menjadi dingin dan canggung.

"Ervin, silakan duduk terlebih dulu." Suara Pak Adi memecah keheningan mendadak yang tadi terjadi.

Ervin mengambil kursi kosong yang kebetulan berada di depan Awan, sedangkan sang manajer di sebelah kirinya.

"Baiklah, sekarang kita bisa mulai meetingnya'' Komando Pak Adi setelah beberapa saat, dan kemudian meeting itu pun dimulai.


Berjalan cukup lama dengan durasi hampir 4 jam,meeting itu pun kini telah selesai, hanya tinggal pengulangan, guna memastikan bahwa semua pihak telah bersepakat, tanpa adanya aspirasi yang diacuhkan.

"Baiklah, saya selaku sekretaris Pak Adi yang ditugaskan untuk mencatat segala hasil dan keputusan yang didapat, izin mengulang isi meeting tahap pra-produksi bersama sang penulis."

"Kontrak sudah ditandatani, menyuratkan bahwa saudari Awan setuju untuk menyerahkan hak cipta karya kepada pihak Mavendra Production House seutuhnya, sehingga bersedia jika ada perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan film, kemudian untuk proses pembuatan naskah, penulis boleh berdiskusi dengan script writer terkait pengadaptasian tulisan dalam bentuk naskah, serta untuk proses syuting akan dimulai dalam jangka waktu 3 bulan ke depan, dan selama itu pemeran utama pria akan melatih skill-skill yang dibutuhkan untuk memaksimalkan karakter yang akan dimainkannya, yang terakhir,  syuting akan menjalani proses 55% di Indonesia dan 45% di Korea dalam estimasi waktu 1 tahun, sekian pengulangan dari saya, terima kasih atas perhatiannya." Ucapnya dan mengakhiri pemaparannya.

"Oke, jadi ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan?" Tanya Pak Adi sembari tersenyum dan memberikan body language terbuka.


Semua orang hanya diam serta tidak menunjukkan rasa keberatan, dan begitulah meeting pada siang hari itu selesai di sore hari.

"Makasih ya Mbak atas tumpangannya, hati-hati di jalan Mbak."

"Sama-sama Wan, semangat ya, Mbak akan berusaha bales kebaikan kamu selama ini."

"Apa sih Mbak?!, kayak sama siapa aja"

Rena hanya terkekeh dan kemudian berpamitan kepada Awan untuk kembali ke kediamannya.

Awan segera melangkahkan kakinya memasuki kawasan apartemennya dan kemudian menuju lift untuk segera kembali ke kamarnya.

Setelah dirinya selesai bebersih diri,Awan duduk di atas kasur dan mengambil handphone miliknya untuk berselancar di dunia maya.Sedang asik melihat-lihat, tatkala handphone itu bergetar, yang hampir membuat genggaman pada handphonenya lepas, dirinya tersenyum kecil kala melihat kontak yang tertera di layar.

"Ya, halo Bun?"

"Aduh malaikat Bunda, berapa kali Bunda harus bilang kalau kabar bahagia itu di-share dong sayang."

"Hehe..., maaf Bundaku sayang, aku kan pengen ngasih kejutan."

"Dasar, kamu tuh."

Setelahnya, anak dan ibu yang dipisahkan oleh provinsi itu pun membicarakan banyak hal, tak jarang anggota keluarga mereka yang menimbrung pembicaraan untuk melepas rindu dengan Awan.


"Inget ya, jaga kesehatan, perhatiin pola makan, sama istirahat yang cukup."

"Baik Bun, siap laksanakan."

"Bye Sayang, love you forever"

"Bye, Love you too Bun."

Percakapan via call itu pun berakhir.Awan meletakkan handphonenya dan membaringkan diri di atas kasur, menghela napas kasar, dirinya memandang langit-langit kamar seraya mengingat-ngingat kejadian ketika meeting tadi.

"Baguslah kalau lo ngga setuju, gue juga ngga begitu mau sebenernya."

"Hhh..., padahal maksud aku bukan itu." Ucapnya lesu ketika mengingat perkataan Ervin tadi siang.Terbuai dengan kelembutan dan empuknya kasur, tanpa sadar dirinya pun mulai terlelap dan pergi ke alam mimpi.




Sang manajer melihat punggung aktor muda dari balik sofa itu yang sedikit membungkuk, ingin sedikit mengerjai adik tak sedarahnya ini, dirinya mulai berjalan perlahan ke arahnya untuk mengagetkannya, namun ketika ingin menjalankan aksinya...

"Kak, aku bukan anak kecil yang mempan pake trik itu."

Alhasil, usahanya pun sia-sia, sedangkan sang manajer hanya bisa mengembalikan posisi tangannya yang telah terangkat menjadi seperti biasa, dan berdecih, melangkahkan kakinya, ia mengambil posisi duduk di single sofa yang tersedia di dekat Ervin.Dirinya sedikit heran, kala menyadari apa yang sedang Ervin lakukan.

"Kamu baca buku Vin?Serius seorang Ervin baca buku??" Ujar sang manajer tak percaya.

"Aku cuman ngga suka baca aja, bukan ngga bisa, selama aku bisa, yang ngga kusuka pasti bisa jadi hal yang kusuka." Ujar Ervin santai walau ada sedikit nada ketus di dalamnya.

Sang manajer pun kembali terdiam.Dirinya hanya tersenyum kecil mendapati pemandangan seperti ini, membayangkan Ervin seharusnya bekerja dengan membaca lembar-lembar kasus ataupun dakwaan, maupun keputusan sidang, sedikit membuatnya sedih, kala melihatnya harus berkorban di bidang entertainment demi rasa bersalah yang terus menghantuinya.

"Vin"

Sang pemilik nama pun menolehkan kepalanya.

''Iya kenapa, Kak ?''

''Kamu masih mau lanjutin pencarian kamu ini ? ''

Ervin menoleh pada sang manajer.

"Kakak lupa ya?.Aku ngga mencari tapi aku berburu.'' 




*Maaf ya guys, ada salah ketik dari chapter sebelumnya buat nama PH nya, yang bener Mavendra Production House, bukan Mavendra House Production, Terima kasih semua...

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang