16. Time to Change and Move

8 3 0
                                    

"Asli lo kenapa sih, tingkah laku lo dari tadi kayak bukan Ervin yang gue kenal, lo ngga kesambet kan, Vin?" Ujar Juna yang merupakan sosok kedua tertua di persabahatan mereka setelah Ervin.

"Iya, asli, lo sehat Kan? " Timpal sang sosok termuda, Yesa.

Ervin yang mendengarnya hanya terkekeh kecil.

"Ngga, gue cuma pengen bilang gitu ke kalian karena selama ini gue ngerasa belum jadi teman yang baik buat kalian. " Ucap Ervin setelah beberapa saat sembari memberikan tatapan tulus kepada dua sosok di hadapannya. 

"Gue tahu kalau kalian punya banyak hal yang pengen kalian tanyain gue, secara kita juga roomates yang tahu banget gerak-gerik satu sama lain, gue tahu kalau lo pada pengen bantuin gue, pengen mastiin gue baik-baik aja, tapi, gue berterima kasih banget ama kalian, kalian ngga pernah ngedesek gue dalam kondisi apapun, makasih banyak selalu menunggu gue buat terbuka lebih dulu dan selalu ngedukung gue dalam kondisi apapun, gue merasa bersyukur punya lo berdua dalam hidup gue."

Perkataan Ervin mengejutkan Juna dan Yesa, di sisi lain mereka senang mendengar pernyataan tulus sang sahabat, di sisi lain mereka heran, mengapa Ervin bisa berubah 180° seperti ini?, apa ada hal besar yang terjadi dengannya saat keduanya sedang syuting di luar kota?.

"Gue ketemu seseorang, katanya jangan gengsi untuk ngungkapin rasa peduli dan sayang kita untuk orang-orang yang peduli sama kita, katanya dengan nunjukin kasih sayang dan kepedulian, bakalan bikin orang itu bahagia karena merasa kehadirannya dihargai oleh kita, dan sebagai ungkapan rasa syukur untuk Tuhan karena telah menghadirkan mereka di hidup kita."

"Kalau itu alesannya gue harus terang-terangan nunjukin kepedulian ama kasih sayang gue ama orang yang peduli ama gue, gue ngga begitu butuh, karena keadaan gue baik-baik aja sekarang, kasih sayang yang gue dapetin juga cukup, ngapain harus nambah-nambahin lagi."

Awan hanya tersenyum mendengar pernyataan Ervin.

"Yang ngerasain nantinya juga bukan kamu doang Vin.Orang-orang itu juga bakal ngerasain, mereka bakal bahagia seandainya orang yang mereka peduliin bisa terbuka ama mereka, karena itu tandanya kita percaya pada mereka dan menganggap kehadiran mereka bernilai dalam hidup kita.

Ervin hanya terdiam.

"Selain itu, dengan gak gengsian nunjukin kasih sayang sama orang-orang yang peduli sama sayang ke kita, itu sama aja kayak kita lagi ngungkapin rasa syukur kita ke Tuhan, dengan cara kita menyenangkan dan menyayangi makhluk ciptaan-Nya."

Sekilas memori itu menghampiri benak Ervin kembali, tanpa sadar dirinya menyunggingkan senyumannya lagi, entah mengapa, setiap pembicaraannya dengan Awan rasa hangat selalu menyelimutinya.Juna dan Yesa melihat Ervin kembali tersenyum-senyum sendiri hanya bisa berbicara dengan lirikan mata satu sama lain, tiba-tiba salah satu dari keduanya terbersitkan sebuah pemikiran.

"Vin, lo lagi kasmaran ya?"

Ervin yang mendengar pertanyaan dari Juna itu tak langsung menanggapi, dirinya hanya tersenyum.

"Gak tahu, tapi rasanya nyaman dan nenangin aja kalau di dekat dia."

Juna dan Yesa tak bisa tuk tak menggoda Ervin kala melihat sahabat mereka itu menyunggingkan senyumannya lagi.

"Widihh, siapa nih?" Ujar Yesa dengan nada menggoda.

"Beruntung amat tuh cewek, dapet cowok modelan Ervin." Timpal Juna kemudian.

Ervin yang mendengar perkataan Juna itu hanya tersenyum simpul, kemudian setelah beberapa saat, dirinya menimpali.

"Lo salah Jun, karena sebenernya gue yang merasa beruntung bisa ketemu ama dia."

"Gimana, Kakak setuju ngga, Kak?"

"Duh, gimana ya Wan, kasusnya juga dah berlalu 4 tahun, ditambah lagi tersangka udah disidang dan lagi jalanin masa hukumannya, kemungkinan dibuka lagi juga kecil."

Awan kembali terdiam kala mendengar jawabannya dari kakak tingkatnya yang berada di fakultas hukum semasa masa kuliahnya dulu.Dia tahu pasti jawaban itu yang didengarnya pertama kali, pada saat dirinya mengajukan untuk menyelidiki lebih lanjut kasus Arum, bukan tanpa alasan dia melakukannya, karena suami kakak kelasnya itu adalah seorang anggota kepolisian.

"Emang kenapa, Wan?Kok permintaanmu aneh banget?, ngga ada angin atau hujan, tiba-tiba ngomong mau lanjutin kasus?"

"Ngga, Kak, kenalan aku salah satu orang terdekatnya Arum, terus katanya dia suka mimpi buruk kalau Arum manggil-manggil dia dan minta tolong."

"Ya ampun, serem banget, tapi dari situ kita ngga bisa jadiin alasan buat ngelanjutin kasus, Rum."

"Iya, Kak, aku tahu, tapi buat kejadian Arum, emang ada yang janggal.Pertama, semua korban dari pelaku yang pada itu dinyatakan hilang, berhasil ditemukan mayatnya, sedangkan Arum ngga ada jejak sama sekali, walaupun pernyataan pelaku yang bilang kalau mayatnya dibuang ke laut, melihat korban-korban sebelumnya yang cuma dikubur di suatu tempat, kenapa dia ngelakuin hal yang beda ke Arum dengan ngebuang mayatnya ke laut?.Kedua, pelaku pas diinterogasi dengan tegas dan sadar bilang untuk Arum dia bener-bener ngga tahu apa yang udah terjadi padanya, tiba-tiba di persidangan dia ngakuin semuanya, dan dia bilang kalau dia ngebunuh Arum dan mayatnya dibuang ke laut, kan, aneh Kak?, ditambah lagi buat olah TKP di sekitar area laut dan pantai yang dimaksud, pasti udah susah, karena ada jarak sekitar dua minggu, dari penangkapan pelaku sampe pengakuannya, kan makin aneh Kak."

"Dasar, ngga sia-sia ya, kamu nonton kasus-kasus pembunuhan sama baca-baca buku genre misteri gitu."

Awan hanya terkekeh kecil, mendengar candaan sang kating.

"Ya udah nanti aku bicarain sama Adnan dulu, setelah denger penjelasan kamu aku yang waktu itu baru lulus dan diterima kerja di salah satu firma hukum, juga sempet mikir ada yang ngga beres, tapi, karena banyaknya kerjaan dan juga permintaan klien, aku dah ngga sempet mikirin gituan, apalagi ada si bocil sekarang, makin ngga ada waktu."

Awan yang mendengar hal itu hanya tertawa kecil.

"Oke, Wan.Stay healthy and happy ya, Kakak mau masak makan malam dulu, nanti kakak kabarin lagi ya, Dah."

"Dah, Kak."

Panggilan itu pun terhenti.

Awan menolehkan pandangannya ke arah jendela yang memperlihatkan langit senja.

"Arum, kalau kamu memang masih hidup, semoga kamu baik-baik saja di suatu tempat."

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang