28. Bergerak (2)

4 1 0
                                    

"Apa yang Bapak maksud dengan para pekerja wanita diberikan keterbatasan mengakses dunia luar?" Adnan menyuarakan keterbingungannya setelah beberapa saat.

"Menurutmu, apa hal yang paling melemahkan kita sebagai para lelaki?"

Adnan terdiam, keningnya tampak mengerut, berusaha memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh atasannya itu.

"Wanita, Pak?"

Pak Rudi menganggukkan kepalanya." Benar, wanita adalah kelemahan terbesar para lelaki."

"Sebagai makhluk yang diciptakan dengan penuh nafsu dan gairah, kita membutuhkan sosok wanita untuk membantu kita memuaskan diri kita dari rasa yang akan selalu tak tertahankan itu."

"Pemikiran Bapak seolah wanita hanya alat pemuas nafsu bagi para lelaki."

Rudi yang mendengarnya ucapan jujur Adnan hanya tersenyum.

"Kamu harus membedakan yang mana lelaki sejati atau lelaki yang berjiwa binatang.Menurut saya benar, hanya wanitalah yang dapat memuaskan nafsu dan gairah kita sebagai para lelaki, sebagai seseorang yang memiliki istri, saya pun mengakuinya, kamu juga kan, Nan?, coba saya tanya seminggu bisa berapa kali kamu melakukannya bersama Melati?"

Pertanyaan dari atasannya itu, sontak membuat Adnan tergugup dan merasa malu seketika."Se...sepertinya itu hal yang tak berkaitan dengan pembahasan kita kali ini Pak." Rona merah pada kedua pipi Adnan masih belum hilang kala dirinya selesai berbicara.

Rudi yang melihat hal itu hanya terkekeh kecil."Jadi, saya rasa pendapat saya tidak salah kan?" Dirinya berkata seraya menatap Adnan.

"Memang lelaki membutuhkan wanita dalam hidupnya karena alasan itu, tapi bukan itu satu-satunya alasan mengapa kita membutuhkan wanita dalam hidup kita, jika kita menjadikan alasan itu sebagai satu-satunya mengapa kita butuh wanita dalam hidup kita, maka kita tidak pantas disebut sebagai lelaki, melainkan binatang." 

Rudi menghela napasnya sebelum kembali melanjutkan kalimatnya."Maka dari itu para bedebah layaknya binatang yang lebih mementingkan nafsu mereka dibanding akal serta hati nuraninya akan datang ke Night Crown, selain dijamu dengan berbagai macam pelayanan, keamanan sehingga publik tidak mengetahui perbuatan bejat mereka di belakang juga terjamin di sana."

Adnan mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini menuju."Jadi, maksud Bapak tujuan akses yang terbatas bagi para pekerja wanita di sana..., Adnan memberhentikan perkataannya, dia ingin agar atasannya yang langsung mengatakannya.

"Ya, para wanita itu dibatasi akses dunia luarnya, agar mencegah informasi atau identitas tentang pelanggan-pelanggan mereka bocor ke dunia luar."

Adnan terdiam setelah mendengar itu, walau dia sudah tahu, tapi tetap saja mendengar atasannya yang berbicara mengenai hal itu, menimbulkan rasa terkejut disertai ketidakpercayaan dalam dirinya, hatinya juga merasakan sakit dan muak kala mendengar hal itu.

"Jika rumor-rumor itu sudah beredar sejak lama, mengapa tidak ada satupun yang berusaha untuk memastikannya?"

Rudi tak dapat menjawab pertanyaan Adnan instant, dirinya terdiam beberapa saat sebelum kembali membuka suara."Leon pun berhasil dicuci otaknya dengan iming-iming uang untuk keluarganya, apa ada alasan lain mengapa tidak ada yang mencari kebenarannya, selain untuk keamanan serta keselamatan dirinya beserta keluarganya, dan untuk mengamankan posisinya?"

Adnan kembali membungkam mulutnya, kini dirinya tahu betapa mahalnya kebenaran dari kasus ini.

"Kematian Leon, kamu tahu kan bahwa itu bukan bunuh diri?" Suara Rudi berhasil menginterupsi kebisuan sesaat Leon.

"Memang, tidak ditemukan sidik jari selain sidik jari Leon pada sel kurungannya, dan juga pada tali tambang yang diduga sebagai alat penghilang nyawanya." Adnan terdiam beberapa saat sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.

"Tapi, bunuh diri ini terkesan ganjil, terlebih yang mengenalnya di lapas, mengatakan tidak ada perubahan sikap pada Leon di hari-hari sebelumnya, dengan kata lain mengapa Leon tiba-tiba bunuh diri di saat pada hari-hari sebelumnya dia masih terlihat baik-baik saja."

"Walaupun ganjil, tapi dengan bukti yang valid ini, tentu pasti akan dianggap sebagai bunuh diri, dan tidak ada yang bisa membantahnya." 

Adnan kembali terbungkam, membenarkan perkataan Rudi.Setelah keheningan beberapa saat, salah satu dari mereka membuka suaranya.

"Nan, apa kamu siap untuk membongkar semua ini dan menanggung konsekuensinya?"

Mendengar pertanyaan dari atasannya itu, membuat Adnan menyunggingkan senyumnya.

"Saat mengambil sumpah polisi, kita berjanji akan selalu menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepada kita, kita adalah penegak keadilan yang berlandaskan hukum, dan sudah tugas kita untuk meluruskan segala yang menyimpang menggunakan hukum, itulah kita, ya kan, Pak Rudi?"

Rudi hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Adnan."Kamu benar-benar polisi yang dibutuhkan untuk negara dan bangsa ini."

"Terima kasih, Pak."

"Saya akan perintahkan beberapa orang untuk membersamaimu untuk datang ke alamat ini besok, lakukan ini pada siang hari agar tidak terlalu menimbulkan keributan, karena tempat seperti itu akan ramai dan hidup pada malam hari, maka waktu siang adalah waktu yang tepat untuk menangkap para orang yang terlibat dan membebaskan para wanita jika rumor itu benar adanya.

"Baik, Pak.Terima kasih banyak."



"Kamu yakin ngga ada gelagat mencurigakan dari dia?"

"Iya Bos, saya yakin, hanya sebelum kematian Leon, Awan bertindak macam-macam setelah kematiannya, dia menjalani kehidupan seperti biasa."

Luna yang mendengar penuturan dari seberang itu hanya tersenyum.

"Baiklah, terus awasi dia ke depannya dan jangan sampai lengah."

"Baik, Bos."

Luna mengakhiri panggilannya itu, dan memulai panggilan yang baru.

"Gimana, udah balik ke Indo, kondisi di sana gimana?"

"Ngga tahu Lun, gue masih di Australia."

"Lo itu bodoh apa bego sih?Leon meninggal lho, kambing hitam kita meninggal.Walau kematiannya bunuh diri, tapi setidaknya pastiin alasan dia ngelakuin hal itu."

"Lo berisik banget sih, kenapa ngga lo aja yang ke Indo, syuting Ervin bentar lagi beres juga kan?"

"Lo mau bikin gue dicurigain karena balik ke Indo lebih dulu daripada waktu yang ditentuin, lagian kalau nunggu gue balik, bisa aja justru hal yang ngga kita inginin terjadi lebih dulu."

"Oke, oke.Gue urus tiket keberangkatan gue ke Indo besok."

Panggilan itu pun terputus, Luna melempar handphone miliknya ke atas kasur apartemen-nya, kemudian sedikit menyugar rambutnya.

"Hhh...si bodoh mata duitan itu."

AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang