Bab 1: Over Protektif

197 10 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝


≪━─━─━─━─=== • ✠ • ====─━─━─━─━≫

Beberapa hari sejak kejadian malam itu, Ana berusaha untuk ikhlas atas apa yang telah terjadi padanya. Ia pun menjalani hari-harinya seperti biasa.

Suatu hari saat hari Minggu, ia harus pergi ke sekolah untuk mempersiapkan acara class meeting yang akan diadakan esok hari. Ya! Jabatannya sebagai ketua OSIS membuatnya harus aktif di sekolah dan harus mempersiapkan semua kegiatan serta mem-briefing semua anggotanya dengan baik, supaya acara yang akan diselenggarakan berjalan lancar.

Pagi itu pukul 08.00 Ana, telah tiba di sekolah sambil membawa peralatan yang akan dibutuhkan. Ia diantar oleh Mukhlis. Meskipun Mukhlis baru saja lulus, tetapi ia menemani Ana ke sekolah karena salah satu anggota OSIS dulunya sempat ada yang menyukai Ana. Mukhlis terlalu takut jika lelaki yang bernama Tyo tersebut kembali mendekati Ana.

Setengah jam kemudian, terlihat para anggota OSIS mulai berdatangan. Ana menjelaskan apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan. Setelah selesai, para anggota OSIS mulai bekerja.

Tak terasa satu jam telah berlalu. Namun, persiapan masih juga belum selesai. Anggota OSIS perempuan lalu menyiapkan makan dan minuman untuk anggota OSIS laki-laki yang telah bekerja di tengah teriknya matahari di lapangan.

Bukannya berteduh, Ana justru tetap berdiri di tengah lapangan sambil memantau pekerjaan para anggotanya. Tiba-tiba, terdengar suara.

Brakk!

Berulang kali Ana mendengar suara tersebut dari arah kamar mandi. Semua orang yang ada di lapangan pun juga turut mendengar suara tersebut, lalu mengarahkan pandangan mereka ke arah kamar mandi.

Ana yang curiga pun langsung berlari untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi.

Betapa terkejutnya ia ketika sampai di depan kamar mandi. Ia melihat bahwa bangku-bangku bekas telah hancur berkeping-keping akibat dipukul dengan keras oleh Mukhlis. Ana melihat tangan Mukhlis penuh dengan darah yang bercucuran. Ia pun terlihat sangat histeris dan panik, tak tahu harus berbuat apa.

Lalu ia langsung menyuruh Mukhlis untuk menghentikan tindakannya yang bodoh seperti anak kecil itu, dan menyuruhnya untuk mencuci tangannya. Setelah itu, Ana mengelapnya dengan tisu, kemudian Ana menenangkannya.

“Kamu kenapa sih, ngelakuin ini? Kayak anak kecil tau nggak? Aku tuh khawatir. Kenapa kamu nyakitin diri kamu sendiri?” tanya Ana dengan khawatir sambil berdiri di depan kamar mandi.

“Ya aku nggak terima aja. Emang harus sedekat itu ya, kamu sama anak-anak OSIS? Sampai harus kamu pantau di tengah lapangan. Padahal cewek-cewek lain juga di pinggir lapangan,” tukas Mukhlis to the point.

“Ya kan mereka neduh lagi nyiapin makan buat anggota OSIS yang lain. Aku sebagai ketua juga harus mantau kerja mereka, takutnya ada yang salah. Aku juga harus mengarahkan daripada kerja dua kali,” jelas Ana.

“Udah, aku nggak terima alasan! Pokoknya aku nggak suka ya, kamu terlalu dekat-dekat sama mereka, apalagi sampai ngobrol-ngobrol dan bercanda kayak gitu,” sarkas Mukhlis dengan raut muka masih emosi.

“Iya maaf, aku salah. Aku bakal mengurangi interaksi dengan mereka, kok,” ucap Ana sambil menunduk sedih.

“Udahlah, terserah! Aku mau nunggu di lantai atas aja.” Mukhlis pun langsung bergegas menuju lantai dua.

Kemudian, Ana dengan perasaan sedih kembali ke tengah lapangan untuk memantau kinerja anggota OSIS lainnya.

Baru beberapa menit kemudian, Ana kembali mendengar suara kursi besi yang ada di koridor lantai dua dibanting dengan sangat keras. Hal tersebut kembali membuat anggota OSIS yang ada di halaman sekolah mencari asal suara tersebut.

Ana yang mengetahui bahwa itu merupakan perbuatan Mukhlis pun berusaha menutupinya.

“Udah, gak usah kalian dengerin. Kalian fokus aja ngelanjutin ini, biar cepat pulang,” ucap Ana kepada anggota OSIS laki-laki.

“Oh iya, ini juga bentar lagi selesai, kok,” ucap Tyo.

Setengah jam kemudian, pekerjaan para OSIS pun hampir selesai. Beberapa dari mereka ada yang beres-beres. Di saat Ana mulai lega bawah pekerjaan ini hampir selesai, ia mendengar bahwa di ponselnya ada pesan masuk.

By❤

Aku pulang duluan, lompat dari atas! Bye!

10.00

Setelah membaca pesan itu, Ana langsung membelalakkan mata. Ia langsung menoleh ke arah lantai dia di kelasnya. Ia melihat Mukhlis melintas dan langsung pergi berjalan menuju rooftop belakang sekolah.

Ana yang panik pun langsung berlari menuju lantai dua dan langsung menyusul Mukhlis ke rooftop belakang kelasnya.

Sesampainya di sana, ia melihat Mukhlis telah bersiap untuk melompat. Dengan cepat Ana berlari lalu menahannya.

“Kamu kenapa sih, pakai lompat-lompat gini? Kayak nggak ada jalanan aja buat pulang,” tanya Ana dengan panik.

“Bodo amat! Udah dibilangin kamu jangan akrab sama mereka, kok masih aja nggak dengerin aku, sih?lama-lama emang aku tuh udah nggak kamu anggap, ya?” cerca Mukhlis dengan nada tinggi.

“Bukannya gitu. Ini kan juga pengerjaannya udah mau selesai, jadi aku ngasih tahu mereka supaya jangan lupa ngeberesin peralatan,” elak Ana berusaha berbohong.

“Alah bohong! Dari tadi kamu juga masih ngerespon mereka terus. Udah, kita nggak jadi keluar. Aku mau pulang aja, lompat dari sini!” tegas Mukhlis sambil hendak melompat.

“Aduh, stop, dong! Nggak usah kayak anak kecil. Udah ya, sekarang kita pulang. Itu anak-anak udah selesai beres-beres. Kita habis ini keluar, ya. Aku minta maaf, ya, Sayang. Aku salah,” bujuk Ana sambil berusaha meminta maaf dengan wajah penuh penyesalan.

Mukhlis yang emosinya kembali mereda pun kemudian menuruti permintaan Ana. Lalu mereka kembali berjalan menuju teras kelas Ana di lantai dua.

Sebelum itu, Ana sempat melihat beberapa anak Osis yang melihat ke arahnya saat ia berjalan dari belakang sekolah. Ia mulai berpikir kacau lagi.

Aduh, gimana ya kalau anak-anak nanti ngiranya aku sama Mukhlis habis aneh-aneh? Soalnya kan di belakang sekolah nggak ada siapa-siapa. Tapi ya udahlah, kan emang buktinya nggak ngapa-ngapain, batin Ana tampak gelisah.

Setelah itu, Ana menyampaikan kepada semua anggota OSIS Jika pekerjaan telah selesai mereka semua boleh pulang. Sesaat kemudian, para anggota OSIS pun pulang, begitu juga dengan Ana yang lanjut akan pergi jalan-jalan dengan Mukhlis.

Punya cowok gini amat, batin Ana.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

ALANA: Bad Girl VS Bad Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang