Bab 12: Putus

47 8 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝


≪━─━─━─━─=== • ✠ • ====─━─━─━─━≫

Setengah jam kemudian, Mukhlis pun datang. Ana menghampirinya di ruang tamu seperti biasa dengan mata yang masih sembab.

Belum sampai Mukhlis duduk, tiba-tiba ia mengatakan bahwa ia hampir saja bertabrakan dengan pick up saat perjalanan menuju rumah Ana.

Anak yang sudah benar-benar sakit hati pun tak terlalu menggubris apa yang Mukhlis katakan. Ia hanya diam saja.

Ibu Ana yang paham pun langsung membuatkan minuman, lalu menghidangkannya kepada Mukhlis. Setelah basa-basi, Ibu Ana pun pergi ke belakang.

Mukhlis pun bertanya kepada Ana.

“Dari tadi kamu nangis, ibu kamu tahu?” tanyanya sambil menatap wajah Ana.

“Ya tahulah,” jawab Ana dengan cuek.

“Terus, dia tanya nggak?” tanya Mukhlis penasaran.

“Ya tanya, tapi aku bilang emang lagi ada masalah aja juga udah paham kok ibu,” jelas Ana sambil mengusap air matanya.

Kemudian lanjutlah ayah Ana ke ruang tamu dan ikut mengobrol bersama mereka.

Awalnya Mukhlis basa-basi bertanya kepada ayah Ana guna berusaha mengambil hatinya, namun ayah Ana telah mengetahui apa yang tengah terjadi di antara Ana dan juga Mukhlis. Sehingga setelah basa-basi, ayah Ana langsung menyuruh Mukhlis to the point dan menanyakan apa yang tengah terjadi di antara Ana dan juga Mukhlis.

Namun, Mukhlis sama sekali tak memberitahunya sedikit pun. Ia menutupi semuanya,blalu terang-terangan ayah Ana mengatakan bahwa Ana biar fokus untuk kuliah dulu dan mengejar karirnya.

Ia tidak mau Ana terlalu memikirkan masalah hubungan yang lebih serius, karena ayahnya takut itu akan mengganggu sekolah Ana. Mukhlis bersikeras ia tak masalah jika Ana sekolah, ia akan tetap menunggunya dan tetap menemaninya.

Namun ayah Ana tetap mengatakan takutnya jika mereka tidak berjodoh atau karena terlanjur dilamar lelaki lain atau pindah ke lain hati, bukankah Mukhlis akan berkecil hati?

Untuk menghindari itu, maka ayah Ana menyuruh mereka berdua hanya berteman saja dan mengatakan bahwa jodoh tidak akan ke mana. Mau sekuat apa pun Muklis mengejar Ana jika tidak berjodoh tidak akan bisa diraih. Namun sejauh apa pun mereka berpisah jika berjodoh pasti akan bertemu lagi.

Ayah Ana juga mengatakan selama Ana sekolah, ia tidak boleh memikirkan hal yang seserius itu. Baru setelah Ana lulus nanti, terserah Ana mau apa. Dan jika Ana memang sudah setuju dan suka kepada pasangannya, maka ayahnya juga akan setuju saja tidak mempermasalahkan apa pun.

Akhirnya Mukhlis pun hanya mengiyakan saja sambil mengangguk. Setelah itu, ayah Ana yang merasa masalah telah selesai, ia kembali ke belakang dan meninggalkan Ana dan Mukhlis berdua.

“Tuh 'kan, kamu dengar sendiri ayah kamu ngomong apa? Ayah kamu nggak pernah mempermasalahkan tentang hubungan kita yang nggak direstui keluarga kamu, terutama masalah aturan orang Jawa. Mana Kata kamu yang keluarga kamu katanya mempermasalahkan itu? Kok nggak ngomong sekalian ke aku?” tanya Mukhlis tiba-tiba dengan wajah bahagia.

“Harusnya kamu mikir, dong! Keluarga tahu kalau kita udah sama-sama dewasa. Mereka nggak ngomong ke kamu tapi mereka ngomong ke aku, dengan harapan supaya aku bilang ke kamu dan kita sama-sama sadar bahwa hubungan kita emang gak bisa dilanjut,” jelas Ana dengan nada pelan.

Namun tetap saja, Mukhlis tak menganggap bahwa apa yang dikatakan ayah Ana tadi secara tak langsung telah memutuskan hubungan mereka. Mukhlis menganggap bahwa ayah Ana tetap merestui hubungan mereka.

Setelah keadaan kembali damai, Ana berusaha kembali bersandiwara. Ia iseng-iseng menanyakan perihal video yang sempat Mukhlis rekam saat mereka tengah berhubungan badan.

Ana bermaksud ingin mengetahui di mana letaknya dan menghapusnya, karena rencananya setelah ini adalah benar-benar putus dan ingin lepas dari Mukhlis.

Mukhlis berkata jika video tersebut masih ada, tetapi jawaban Mukhlis seperti tidak pasti. Sehingga Ana pun tak tahu pasti video itu masih ada atau tidak. Karena yang ia tahu, selama ini Muklis mengeluh bahwa memori ponselnya ful.

Setelah itu, Ana tak berpikir panjang dan tidak terasa waktu sudah malam. Akhirnya Muklis pun memutuskan untuk pulang.

Satu jam kemudian, Ana kembali bertukar pesan dengan Fian. Ia mengatakan semuanya, dan Fian kembali memanas-manasi Ana bahwa selama ini Mukhlis tidaklah tulus padanya.

Ia hanya dimanfaatkan saja, hanya menjadi bonekanya, dan pemuas nafsunya saja. Ana yang sudah semakin sakit hati pun justru lebih percaya pada Fian, dan ia mengatakan semuanya kepada tantenya yaitu istri dari dari adik ibunya.

Ya! Tepatnya tiga tahun yang lalu adik dari ibu Ana yang bernama Purnawan baru saja bercerai, dan setahun yang lalu baru saja kembali menikah siri dengan seorang janda beranak satu seusia Ana. Tantenya bernama Vina, sedangkan anak kandungnya bernama Cia.

Entah mengapa tiba-tiba Vina membenarkan apa yang diomongkan oleh Fian, karena katanya, ia secara psikologi bisa membaca bagaimana Mukhlis orangnya.

Tentu saja Ana yang sangat mempercayai Vina pun akhirnya semakin benci dan percaya bahwa Muklis memang sudah sangat jahat padanya.

Akhirnya mulai malam itu sampai satu hari berikutnya, Mukhlis terus menyepam chat Ana lewat dua WhatsApp yang Ana punya. Bahkan menelepon dan panggilan video berpuluh-puluh kali meskipun saat tengah malam pun.

Ana yang di bawah pengaruh Fian pun tak mau ngebris Mukhlis dan lebih memilih untuk bersama Fian karena Fian telah menjanjikan bahwa setelah ia lulus kuliah ia akan menemui Ana.

Fian mengatakan, bahwa ia merupakan anak orang kaya, dan saat ini ia tengah kuliah di Banten mengambil jurusan kedokteran. Maka dari itu, Ana yang tergiur pun percaya saja.

Besoknya, Ana kembali dihubungi oleh Mukhlis. Bahkan Mukhlis mengatakan akan pergi ke rumah Ana bersama ayahnya. Ana yang sudah paham bahwa Mukhlis hanyalah omong kosong, Ana pun tak membalasnya.

Benar saja, belum sampai Ana membalasnya pun Mukhlis kembali menghapus pesan tersebut, dan berganti dengan chat yang lain.

Karena ia sudah benar-benar tak tahan dengan spam chat dari Mukhlis, ia pun menjelaskan kepada Mukhlis dan menegaskan bahwa maksud dari ayah Ana yang kemarin adalah mereka disuruh putus.

Mukhlis berkali-kali meminta maaf dan berjanji untuk berubah. Dia akan menjadi orang yang lebih baik yang belum pernah Ana kenal sebelumnya. Ia akan membebaskan semua yang Ana ingin lakukan dan tidak akan mengekang Ana sedikit pun.

Ana bebas berbuat apa pun asalkan Ana memberinya kesempatan lagi untuk mengulang semuanya dari awal. Ana yang sudah terlanjur sakit hati pun tentu saja tak mau dan menolak mentah-mentah ajakan Mukhlis. Ana terang-terangan mengatakan bahwa ia memutuskan untuk putus.

Akhirnya dengan berat hati, Mukhlis pun menerima keputusan Ana untuk putus. Setelah itu, Ana tetap mengirimkan kembali pesan yang berisi permemintaan maaf dan berterima kasih atas apa yang telah Mukhlis lakukan dan berikan selama dua tahun lebih ini.

Setelah masalah selesai, Ana pun mulai tenang. Ia merasa sangat bahagia karena bisa lepas dari seseorang yang terlalu terobsesi padanya, yang kadang jika nekat seolah seperti psikopat yang sama sekali tak mengerti tentang perasaan dan apa yang ia mau.

Semoga memang ini adalah jalan yang Allah berikan. setelah ini aku akan berusaha menjadi yang lebih baik lagi, dan semoga aku bisa bahagia setelah ini, batin Ana sambil tersenyum lega di kamarnya.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

ALANA: Bad Girl VS Bad Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang