Bab 9: Selingkuh

62 8 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝


≪━─━─━─━─=== • ✠ • ====─━─━─━─━≫

Sesampainya di rumah, Ana pun bertukar pesan dengan Irwan. Semakin lama, Ana terlihat nyaman dengan Irwan.

Berhubung dua hari lagi Irwan akan pulang kembali ke rumahnya, akhirnya besok Irwan mengajak Ana untuk bertemu di kafe yang sama yang mereka gunakan untuk mengobrol tadi siang. Karena Ana tahu Mukhlis belum pulang dari Singosari, ini kesempatan untuk Ana bisa selingkuh.

***

Keesokan harinya, Ana kembali bertemu dengan Irwan di kafe yang sama seperti kemarin. Mereka langsung mengobrol dengan asyik sekali.

Di tengah obrolan, Irwan iseng-iseng mengajak Ana untuk bermain Irwanto. Sebagai taruhannya, jika Ana kalah maka Ana harus menjadi pacar Irwan.

Ana terus terang bilang bahwa ia masih belum punya rasa pada Irwan. Namun Irwan menjelaskan tidak masalah dicoba saja dulu apa salahnya. Lalu Ana pun mengiyakan.

Setelah itu, mereka pun bermain game dengan by one. Ana berusaha keras untuk bisa menang, namun skill-nya masih kalah dengan Irwan yang sudah bertahun-tahun bermain game online. Sedangkan Ana baru bermain selama 3 bulan.

Akhirnya Ana pun kalah. sesuai perjanjian, mau tak mau Ana harus menjadi pacar Irwan.

Jujur awalnya Ana sempat ragu karena statusnya masih mempunyai pacar. Namun ia merasa bahwa Mukhlis kini tak lagi memberinya kebahagiaan. Justru semakin lama hanya kesengsaraanlah yang ia dapatkan.

Ia harap bisa mendapatkan kebahagiaan kembali dari Irwan. Meskipun mereka sebenarnya harus LDR, tidak masalah bagi Ana. Yang ia butuh adalah kebahagiaan. Untuk apa dekat jika tak bahagia. Kalau LDR bisa membuatnya bahagia, mengapa tidak? Hanya itu yang ada di pikiran Ana saat itu.

Padahal sebelumnya, Ana sama sekali tidak pernah selingkuh, karena dia adalah tipe perempuan yang setia. Namun kali iki, ia terpaksa harus selingkuh karena hubungannya memang tak baik-baik saja. Bahkan itu semua juga karena salah Mukhlis.

“Jadi gimana? Sesuai perjanjian, sekarang kamu jadi pacar aku, ya,” ucap Irwan dengan tersenyum.

“Oke, deh. Karena kalah, aku mau jadi pacar kamu. Tapi nggak masalah, 'kan, kalau kita sekarang sama-sama belum punya rasa? Kita juga harus LDR,” tanya Ana sambil memakan makanannya.

“Ya nggak papa, sih. Kita jalanin dulu aja. Siapa tahu seiring berjalannya waktu, perasaan bisa tumbuh dan meskipun LDR juga nggak masalah. Nanti kalau ada cuti kerja lagi, aku bisa main ke sini lagi. Aku bakal ngajak temen kok, kalau ke sini. Jadi kamu tenang aja, gak usah khawatir. Aku nggak sendirian,” jelas Irwan sambil meletakkan ponselnya di meja.

“Oh, ya udah deh kalau gitu.” Ana terlihat tenang.

Setelah itu, mereka pun melanjutkan mengobrol,l seraya menikmati hari terakhir mereka bisa bertemu, yang mereka sendiri juga tidak tahu kapan mereka akan bisa bertemu lagi.

***

Dua hari kemudian, Irwan telah pulang ke Riau, sedangkan Mukhlis telah pulang ke rumahnya kembali. Tepatnya saat itu adalah anniversary kedua antara Ana dan Mukhlis.

Mukhlis mengajak Ana untuk pergi ke Stadion Kanjuruhan saat malam hari, sekedar merayakan kecil-kecilan anniversary mereka. Meskipun tanpa Mukhlis tahu, Ana telah berselingkuh darinya selama dua hari.

“Kamu kok nggak pakai make up? Kan keluar sama aku?” tanya Mukhlis seakan tak berdosa sambil masih menyetir.

“Gimana mau pakek make up? Kan udah kamu buang,” jawab Ana dengan wajah songong.

“Ya beli lagi kan bisa. Yang penting dipakek pas keluar sama aku aja,” suruh Mukhlis seenaknya.

Dalam hati Ana, ia benar-benar mengumpat.

“Enak aja kalau ngomong. Beli tuh pakek uang. Ogah, ah, mending aku buat beli cilok uangnya.” Ana pun terlihat mulai kesal. Sedangkan Mukhlis hanya diam saja.

Yang kemarin dibuang aja gak diganti, sekarang malah nyuruh beli. Minimal modallah, ngasih uang ke aku kek, buat beli, batin Ana menahan emosi.

Selama di perjalanan, Mukhlis fokus menyetir sambil mengobrol dengan Ana, namun Ana sambil memainkan ponselnya. Ia tengah berbalas pesan dengan Irwan.

Bahkan saat mereka tengah berhenti sejenak di warung kopi pun Ana masih sibuk bermain ponsel.

“Kamu ngapain sih, dari tadi kok sibuk banget?” tanya Mukhlis sambil berusaha merebut ponsel Ana.

Ana yang terkejut pun sontak langsung menyembunyikan ponselnya di punggungnya agar Mukhlis tak bisa meraihnya.

“Apa, sih? Kamu kepo banget. Nggak ada, orang aku lagi liatin TikTok, lucu banget,” elak Ana berusaha berbohong.

“Aku pengen tahu apa yang kamu lihat. Udah bentar aja.”

Mukhlis tetap berusaha untuk meraih ponsel Ana, namun Ana juga tetap mempertahankan ponselnya. Apa jadinya jika ia ketahuan selingkuh? Pasti ia akan dihajar habis-habisan oleh Mukhlis.

Karena mereka berada di tempat umum, sehingga Mukhlis pun mengurungkan niatnya untuk merebut ponsel Ana. Lalu Ana mencoba mengalihkan perhatian dan membicarakan hal-hal yang lain.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Akhirnya Mukhlis dan Ana pun memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Ana meletakkan ponselnya di kamar. Ia beralasan pada Irwan jika ia sibuk bantu-bantu di rumah karena sedang repot. Padahal ia sedang berduaan dengan Mukhlis.

Sedangkan saat Mukhlis bermaksud meminjam ponsel Ana, Ana mengatakan bahwa baterainya habis. Ia berusaha menyembunyikan chat dan juga hubungannya dengan Irwan dari Mukhlis supaya tidak ketahuan.

Gue gila banget, sih. Bisa-bisanya selingkuh. Padahal gue tahu ini salah, tapi gue sengaja melanggarnya karena gue udah gak betah di hubungan ini. Harapan gue, semoga aja gue gak pernah ketahuan. Meskipun ini pertama kali buat gue, sebisa mungkin gue akan menutupi ini semua dari Mukhlis dan Irwan, batin Ana sambil tersenyum smirk.

Maafin aku, Irwan. Maaf kalau aku udah ngejadiin kamu sebagai selingkuhan aku dan aku nyembunyiin ini dari kamu. Maafin aku juga, Mukhlis. Aku terpaksa melakukan ini karena salah kamu sendiri. Anggap aja apa yang aku lakuin ini sebagai bentuk pembalasan atas semua yang pernah kamu lakukan ke aku. Bahkan ini pun masih belum ada apa-apanya dibanding semua rasa sakit yang aku pernah rasain akibat ulah kamu! guman Ana dalam hati sambil menahan air mata.

Sebisa mungkin Ana harus bisa menutupi tangisnya karena saat ini ia tengah duduk bersebelahan dengan Mukhlis di ruang tamu.

Aku tidak perlu bersusah payah capek-capekan untuk balas dendam ke kamu. Kalau dengan selingkuh aja bisa ngebuat aku bahagia dan puas, keapa tidak? Selagi kamu tidak tahu, aman-aman aja. Dalam tangisnya hati Ana, perlahan ia tersenyum licik.

Aku tahu kamu baik, tapi aku bisa lebih baik dari kamu. Dan sekarang ketika kamu jahat ke aku, aku bisa jadi lebih jahat ke kamu. Tatapan polos Ana pada Mukhlis terlihat penuh arti.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

ALANA: Bad Girl VS Bad Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang