[ 5 ]

131 18 1
                                    

[ 5 ]












Bangun jam 3 dini hari, membasuh wajah dan gigi, memastikan penampilannya ceria sebelum mengepakkan sayap merah menawannya di angkasa.

Hawks tidak begitu menyukai sensasi dingin di langit saat ia terbang, berusaha sebisanya untuk terbang rendah, menghindari angin yang menerpa langsung ke kulitnya.

Pahlawan nomor 2 itu sudah tahu masyarakat akan bertambah kacau dengan kematian Ketua Komisi kemarin. Ia melihat beberapa poster terpasang secara ilegal, membuat estetika kota semakin memburuk.

Dan yang paling buruk saat ini adalah masyarakat yang tidak lagi mempercayai pahlawan mengingat (Name) menendang pantat para koruptor itu tepat ke depan kamera media.

Hawks menggerakkan sayangnya sedikit, cukup untuk membuatnya berbelok di tikungan, mendarat di depan kantor Agensi nya.

Keigo terdiam mengingat gedung ini bersertifikat milik komisi.

Sejujurnya, Hawks sudah tahu semua yang di berikan komisi tidak benar-benar diberikan.

Tidak ada diantara semuanya yang memiliki nama Keigo sebagai pemiliknya.

Ia menggelengkan kepala, melangkah menuju pintu masuk Agensi pahlawan miliknya dan menyadari pintu itu tidak terkunci.

Hawks tidak ingat hari ini ada staffnya yang izin lembur. Ia merasakan bulu sayapnya kaku, menarik bulu paling tajam untuk di jadikan senjata.

Ia teralihkan.

Bahkan quirk ini juga bukan milik Hawks.

Suara keyboard mengundangnya masuk, melangkah lebih hati-hati dan mengintip ke ruang staff.

Ia menghela nafas pelan. "Aku tidak dengar apapun soal lembur sampai pagi." Keigo merilekskan sayapnya, masuk ke ruangan.

Aki, staff Hawks yang paling sibuk itu menyeringai datar, tidak mengalihkan perhatiannya dari komputer selama beberapa saat sebelum mengangkat wajah, membetulkan letak kacamata di hidungnya.

"4 Tahun bekerja bersamamu, aku tidak tahu kamu selalu datang jam segini, Hawks." Ucapnya geli. "Ini masih dini hari. Jika kamu menyebutnya pagi, banyak orang yang akan protes."

Hawks mengangkat bahu tak peduli, menarik kursi untuk duduk. "Semua orang sangat sibuk." Ia mengeluh.

Aki menyengir, berdiri dan melakukan peregangan. "Bicara pada dirimu, Hawks." Ia menguap.

Keigo menatap Aki sekilas sebelum kembali berdiri. "Aku akan patroli. Jangan lupa kunci pintunya."

"Baiklah, selamat bertugas!" Aki melambai, sudah berjalan ke toilet saat Hawks pergi.

Hawks perlu menguatkan niatnya dan merapatkan jaket sebelum lepas landas.

Ia perlu menghangatkan diri. Dari udara dingin, dari komisi.

Eri sudah mengenal Dabi selama sebulan. Tapi itu terasa seperti seumur hidup baginya.

Gadis itu tidak pernah mendengar Dabi mengeluh walau luka di tubuhnya jauh lebih parah dari milik Eri.

Gadis yang belum genap 10 tahun itu menggerakkan kakinya dengan bosan. Dabi memintanya menunggu di bawah pohon bersama kakak yang mereka temukan pingsan di depan pintu pabrik terbengkalai, sedangkan Dabi mencari sesuatu untuk di makan.

Eri memperhatikan Jhon-chan yang meringkuk di kaki perempuan yang lebih tua, mengerang lucu, membuat Eri terus menerus mengelus bulu tipis yang ia miliki.

Sudah 20 menit sejak kepergian Dabi. Eri percaya Dabi akan kembali, tapi melihat kakak perempuan yang tidak bergerak selain bernafas dan berkeringat membuatnya gugup.

Uraraka (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang