[ 6 ]

127 22 0
                                    

[ 6 ]














Aku berjalan keluar dari lobi pesta dengan gelas sampanye di tanganku. Menuju balkon setelah berpisah dengan Deku secara natural—dia bergabung dengan pembicaraan pro-hero lain.

Selendang putih gading di bahuku bertumpuk dengan gaun koktail merah yang ku kenakan, tapi walau hanya dengan itu dingin tidak terlalu mengganggu saat kamu tenggelam dalam pemikiranmu.

Pesta di mulai jam 9 malam. Tapi entahlah, aku tidak terlalu ingat sudah berapa lama aku berdiri di balkon hingga suara berat Todoroki menginterupsi, membuatku menoleh dan memasang senyum.

"Kamu tidak bersama Midoriya?" Ia berhenti berjalan saat sudah berada di sebelahku, ikut menatap kerlip cahaya kota di malam tahun baru.

Aku masih menatap wajahnya yang membuatku harus mendongak, lalu segera menyamakan arah pandang kami. "Deku-kun masih dengan pahlawan lain." Aku mengangguk santai.

"Dia meninggalkanmu sendirian?" Aku bisa merasakan lirikan Todoroki, aku mengangguk patah-patah.

Lalu hening. Tidak terlalu mengejutkan mengingat Todoroki memang pendiam. Dia jauh lebih banyak bicara saat tahun ketiga kami, tapi tidak cukup untuk di keluarkan dari kategori pendiam.

"Bagaimana denganmu? Kudengar kamu bertunangan dengan Yaomomo, dia juga datang?" Yah, walau Momo datang aku tidak bisa menempel padanya. Dia pasti di keliling konglomerat berhubung selain menjadi pahlawan dia juga melanjutkan perusahaan keluarganya.

Todoroki berdehem pelan. "Dia di rumah, demam. Tadinya aku tidak berniat datang namun dia memaksaku untuk bertemu dengan beberapa orang."

Aku tertawa kecil, mengerti. Mungkin ada beberapa aturan menjadi orang kaya, salah satunya tetap menghadirkan orang kepercayaan saat kolegamu menghadiri pesta, mungkin semacam kesopanan tertentu. Aku tidak terlalu paham.

Lalu hening lagi. Hingga aku bisa mendengar sayup tawa dan percakapan orang-orang di dalam ballroom.

Aku merasakan hangat dari jas yang Todoroki sampirkan di bahuku, aku menoleh.

"Aku harus kembali. Tidak menyenangkan merayakan tahun baru tanpa Yaoyorozu." Ia mengangguk.

Aku balas tersenyum. "Hati-hati di jalan. Tolong sampaikan salamku pada Yaomomo."

Todoroki mengangguk dengan matanya.

"Dan terima kasih untuk jaketmu, akan ku kembalikan jika bertemu selanjutnya." Lanjutku.

Ia kembali mengangguk. "Jangan pikirkan soal itu. Selamat tahun baru."

Aku membiarkan senyumku mengembang, melambai pelan. "Selamat tahun baru juga."

Itu adalah 30 menit sebelum hitung mundur. Aku merapatkan jaket formal biru tua Todoroki di bahuku dan menatap langit.

Seandainya Deku-kun juga memikirkan hal yang sama seperti Todoroki-san.

Tapi hingga selesai pesta, jam 1:30. Deku-kun baru muncul, mengajak pulang tanpa mengucapkan apapun.

Saat itu aku masih tidak merasa aneh walau ada yang mengganjal. Betapa bodoh nya.

Aku tersenyum mengingat itu, terkekeh seperti orang gila, membuat Dabi yang sedang menyisir rambut Eri menatapku kasihan. Himiko sudah berangkat bekerja sejak jam 8, hanya tersisa kami di sini.

"Apa akhirnya kamu sudah gila?" Dabi selesai mengepang rambut Eri, rapih dan cantik, seperti dia punya saudara perempuan yang sering ia bantu menata rambutnya. Dan aku baru ingat Todoroki memang punya kakak perempuan, Fuyumi-san adalah adik Dabi.

Uraraka (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang