[ 16 ]
Aku menguap, menjatuhkan diri ke sofa, tak peduli Bakugou ada di sana.
Akhir-akhir ini sepertinya aku sering melihat Shinsou, sekarang saja dia sedang duduk tak jauh dari sini, menatap layar ponselnya. Biasanya dia akan memilih diam di kamar.
"Bagaimana magang mu, Pinkcheek?" Bakugou menyapa.
"Tentu saja magang di tempat Hawks." Jawabku cepat.
Dia melirikku, mengalihkan perhatiannya sebentar dari ponsel di genggamannya. "Begitu. Omong-omong kelihatannya demammu sudah benar-benar sembuh."
Aku mendengus. "Sudah sejak kemarin, tau. Kamu aja yang ga percaya."
Bakugou hanya mendengung tak peduli, melirik Shinsou lalu kembali pada ponselnya sendiri. Apa yang mereka bicarakan sebelum aku datang? Kulihat wajah Shinsou memang sedang menahan marah-ekspresi yang tidak biasa dari introvert itu.
"Di mana Todoroki?" Aku bangkit dari sofa, bergumam malas.
"Masih di lapangan kyudo." Jawab Bakugou cepat, membuatku menyadari ini akhir pekan.
Aku ber-oh pelan, memutuskan kembali duduk dan mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Eh, kalau begitu kenapa semua orang ada di asrama? Biasanya pada pulang ke rumah?"
Bakugou bergumam, tapi itu bukan jawaban. Bukan berarti aku peduli, aku masih sibuk menatap ponsel, melihat pesan-pesan di ruang chatku dengan Aizawa-sensei—Eri-chan yang berbicara, bukan Aizawa-sensei.
Gadis itu menunjukkan pakaian pink yang di belikan Aizawa-sensei, mengatakan dia rindu dengan Dabi, dan percakapan ringan lainnya. Eri imut banget! Gakuat!
Lalu aku melihat media sosial, pembahasan tentang Shigaraki dan video yang berseliweran masih banyak. Beberapa sangat menyeramkan—membicarakan informasi pribadi orang-orang yang muncul di video secara blak-blakan.
Salah satu sikap buruk netizen memang ini mengetahui apa yang bukan urusannya. Menyebalkan. Pantas saja Bakugou berhenti membuka media sosial selama ini.
Aku menoleh saat merasakan keramaian di sofa lain, para gadis membuka percakapan, tentang klub, pelajaran ataupun pelatihan pahlawan mendatang.
Benar, setelah magang berakhir akan ada latihan gabungan dengan beberapa sekolah pahlawan. Tentu saja tempat di adakan nya adalah di UA. Ochako bilang dia akan datang bersama Inasa-san dan anak kelasnya yang lain.
Pintu depan terbuka, Todoroki masuk dengan wajah lelah, meletakkan tas perlengkapannya di sebelah sofa lalu menjatuhkan diri, menguap.
Aku menyeringai, mengusap rambutnya geli. "Ada apa dengan model rambutmu?" Rambut Todoroki tersibak ke atas, memamerkan dahi mulus seolah bekas luka bakar di sana adalah fashion.
Todoroki merengut. Sudah pasti itu pekerjaan teman-teman klubnya, bermain salon-salonan. Pantas saja dia pulang telat, biasanya pulang bersama Bakugou karena lapangan Kyudo dan basket berdekatan.
Bakugou melirik malas. "Aneh."
Aku menyikutnya, menggeleng tidak setuju. "Ganteng tau. Coba kamu tata rambut kayak gitu, belom tentu seganteng Todoroki." Aku mengangkat-angkat kedua alis, tersenyum penuh maksud pada Todoroki yang di balas gidikan ngeri.
"Heh!" Bakugou melotot, aku terkikik senang, misi membuat Bakugou jengkel hari ini selesai.
Shinsou masih di sini, dengan earpod menyumpal telinganya, dia menatap ponsel seperti itu adalah hal yang sangat penting.
"Uraraka-san."
Aku menahan diri untuk tidak memutar mata, menoleh dan berpura-pura ramah. "Halo, Midoriya-san. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uraraka (Name) - BNHA Alternative Universe
Fiksi PenggemarOchako menyadari dirinya tidaklah menjadi dirinya lagi setelah 7 tahun pernikahan yang melelahkan. Dan tidak menemukan jalan lain untuk lari dari kenyataan ini selain menusuk jantungnya. Lalu pertukaran waktu di mulai secara tidak masuk akal, menamb...