[ 19 ]
Lampu-lampu berkelip dari kejauhan, memerangi gelap malam. Orang-orang berpakaian cerah berjalan tanpa beban dan kemewahan ada di mana-mana.
Aku melempar gagang permen ke tempat sampah, berbalik menatap Todoroki yang masih terpaku dengan ponselnya.
"Kamu memikirkan apa?" Aku menarik kursi.
Ia mengangkat wajah. "Ayahku. Dia semakin terobsesi dengan Dabi setelah melihat ingatanmu saat itu."
Aku mendengung pelan. Aku sudah bicara soal itu dengan Dabi, dia tidak akan buka mulut tentang identitasnya. "Apa yang terjadi?"
Todoroki meletakkan ponselnya, menghela nafas. "Semakin temperamental. Saat berkunjung ke sel Dabi, ia membuat alarm keamanan berdering."
Aku tidak tahu apakah itu hal yang bagus atau tidak, tapi Dabi pasti senang membuat ayahnya jengkel. "Kamu?"
Todoroki balas menatapku. "Aku kenapa?" Balasnya bingung.
Aku memiringkan kepalaku, menatapnya. "Sebelumnya kamu mengunjungi Recovery Girl kan? Karena magang?"
Lelaki itu menatapku lama sebelum mengangguk. "Begitulah."
Aku mengangguk paham, meraih toples makanan ringan di meja ruang tamu hotel. "Aneh, Bakugou bilang tidak ada hal menarik saat magang. Hanya sedikit pertarungan." Aku membalas ringan. "Apa yang di lakukan ayahmu? Amarahnya kumat lagi?"
Todoroki menatapku takjub, terkekeh ringan. "Hal biasa. Jangan membuatku terdengar menyedihkan." Ia mengangkat cangkir teh.
Aku hanya menyeringai.
Keheningan menyapa kami. Seharusnya Bakugou dan Shinsou sudah datang, entah pergi ke mana dulu mereka.
Pikiranku menyapa ingatan acak. Midoriya memang sudah menjauh dari segala urusan tentangku. Namanya tidak pernah di sebut lagi di depan wajahku.
Teman-teman tidak tahu apa yang terjadi diantara kami. Hanya Shinsou, Todoroki dan Bakugou yang tahu soal hari itu.
"Kamu tahu kan?" Aku memecah hening. "Soal identitas Dabi."
Aku menatap wajah Todoroki, dia tidak terlihat terkejut atau mengeluarkan raut berbeda di wajahnya.
"Ya." Ia menjawab singkat, meminum teh miliknya.
Aku menahan nafas beberapa saat sebelum menghembuskannya dengan lembut. "Kamu marah padaku?"
Kali ini ia menoleh, balas menatap mataku. "Tidak. Dia tidak mau di temukan. Kamu melakukan hal yang benar."
Aku merenung sebentar, mengangguk dan ikut menikmati teh. "Endevour belum tahu ya?"
"Dia tidak pernah memperdulikan Touya-nii, tidak mungkin dia menyadarinya." Ia menjawab pelan, membuatku mengangguk. "Dia juga tidak bisa menggugat kamu. Pembunuhan empat puluh satu orang itu tidak memiliki bukti."
Sekarang aku terkekeh, menyandarkan bahuku di sofa. "Jadi kalian memang melihatnya?"
"Tidak juga. Hanya dua yang benar-benar di tunjukkan, cuplikan nya terlalu cepat. Beruntung untukmu, dua yang ada di sana memang penjahat dengan bounty tinggi, diizinkan melawan dengan quirk, kamu lolos tuduhan apapun." Ia meletakkan cangkir teh, meraih camilan.
Aku mengangguk mengerti. Suara difuser mendominasi.
Pintu di ketuk sebelum terbuka, Bakugou dan Shinsou datang dengan setelan formal.
"Jadi kalian beneran ngga datang ke pestanya." Bakugou menggerutu, melonggarkan dasi dan melepas jas merah tua yang ia kenakan.
Todoroki balas tersenyum. "Kamu menghabiskan waktu dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uraraka (Name) - BNHA Alternative Universe
FanfictionOchako menyadari dirinya tidaklah menjadi dirinya lagi setelah 7 tahun pernikahan yang melelahkan. Dan tidak menemukan jalan lain untuk lari dari kenyataan ini selain menusuk jantungnya. Lalu pertukaran waktu di mulai secara tidak masuk akal, menamb...