Happy enjoy sengg💙
***
"Kalau jatuh cinta di kota ini jangan terlalu dalam San?." Ujar Raffi.
Drisana menatap orang disampingnya sambil menunggu kata yang akan keluar lagi dari mulutnya.
"Karena kalau sudah dalam lo akan susah keluar dari sana."
Raffi terdiam sebentar.
"Lo terlalu sayang buat sakit di kota ini." Lanjutnya.
"Kalau kata ibu, Ketika kita siap jatuh cinta maka kita juga harus siap menerima resikonya kak."
"Cinta dan sakit itu berdampingan. Dimana ada cinta maka disitu juga akan sakit." Lanjut Drisana sambil menoleh sebentar kearah Raffi.
"Ketika nanti lo sakit dengan salah penduduk kota ini, Apa lo juga akan benci dengan kota ini?." Tanya Raffi.
"Benci mungkin nggak kak, Tapi aku ga akan pernah mau untuk berada dikota ini lagi." Jawab Drisana.
"Tapi kadang aku nggak percaya sama kota yang seindah ini memberi banyak luka pada orang lain."
"Bukan kotanya, Penduduknya." Raffi meralat ucapan Drisana.
"Tapi nggak sedikit juga orang yang Trauma dengan Bumi Pasundan ini." Ucap Drisana.
"Gue setuju, Contohnya Angel dia benci dengan kota yang seindah ini."
"Lebih tepatnya bukan benci kak, Belum ikhlas."
"Mengikhlaskan kepergian seseorang bukanlah hal yang mudah, Apalagi jika pergi selama-lamanya. Atau mungkin memang sudah ikhlas namun belum sepenuhnya." Lanjut Drisana
"Contoh ikhlas yang sepenuhnya itu seperti apa?." Tanya Raffi sambil memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh kearah Drisana sambil memutar posisi duduknya.
Saat ini mereka berdua memang sudah dekat dengan rumah Drisana hanya berjalan sedikit lagi saja mereka sampai
"Ketika kita masih mengingatnya namun tidak ada lagi air mata yang menetes, tapi suatu senyuman yang terlihat tulus. Itu menurutku ikhlas."
"Kalau memang ikhlas harusnya lupa kan San?."
"Kalau memang tidak bisa melupakan tidak apa-apa, Abadikan saja dia di dalam sebuah karya. Ikhlas tidak selalu tentang melupakan kak, Kita masih bisa menyimpannya sebagai kenangan yang bahagia kan? Buang sisi menyakitkannya dan simpan yang bahagianya."
"Yang diingat kan kenangannya bukan orangnya." Lanjutnya sambil tersenyum.
"Tapi otomatis kalau kita ingat dengan kenangannya kita juga akan mengingat orangnya, Kan?."
Drisana mengangguk dan tersenyum. "Tetapi jika suatu saat kita mengingat orangnya, itu tidak akan ada rasa sakit lagi kak. Karena kita sudah ikhlas. Kita mengingat orangnya hanya sebatas untuk mengenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Kamu
Fiksi PenggemarBandung, Kota dengan segala keindahannya. Awalnya aku tidak percaya bahwa bandung seindah itu, Namun saat kakiku berpijak disana aku baru percaya bahwa Bandung memanglah kota dengan segala keindahannya.