happy enjoy sengg💙
***
Setelah sekian lama tidak ada pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi.
"Kantin kuy?." Tanya Akbar.
"Satu game lagi Bar." Ucap Angel.
"Lama anjir, Keburu selesai istirahatnya."
"Bentar Bar."
"Gue sama Drisana duluan deh."
"Ya udah, Nanti gue kesana kalo udah selesai."
Akbar mengangguk lalu ia mengajak Drisana untuk keluar.
"Angel nggak papa kita tinggal?." Tanya Drisana sambil berjalan di sampin lelaki itu.
"Nggak papa atuh San, Kalo nungguin dia bisa keburu habis waktu istirahatnya." Sahut Akbar menoleh kearah Drisana.
Drisana mengangguk dan melanjutkan jalannya.
Mereka telah sampai dikantin dengan kondisi yang sangat ramai.
"Lo mau makan?" Tanya Akbar.
"Ngga deh, Aku beli minum aja." Sahut Drisana lalu diangguki oleh akbar.
"Cari kursi aja, Gue pesen makan dulu."
Tanpa berlama-lama Drisana pun mencari kursi untuknya dan tentunya untuk sahabatnya itu.
Ia pun menemukan kursi yang berada di ujung dan bertepatan dengan kursi yang Badiran duduki.
Drisana mencoba untuk mencari kursi lain, Namum nihil ia tak menemukan yang kosong disana dan hanya tersisa kursi tersebut.
Mau tak mau ia pun duduk di kursi tersebut.
Drisana melangkahkan kakinya menuju kursi tersebut.
"Ren, Masih belum bisa maafin gue ya?." Samar-samar Drisana mendengarnya saat berjalan menuju meja tersebut.
"Berisik lo, Van." Sahut Gadis yang berada di depan Badiran sambil membaca sebuah buku novel.
Drisana duduk disana tanpa menimbulkan suara apapun.
Tak lama kemudian Akbar pun menyusulnya disana.
"Penjelasan yang gue kasih ke lo masih kurang?."
Renina hanya menatap Badiran dengan tatapan sinis dan tajam.
Badiran menarik nafas lelah.
Ia lelah namun ia juga sangat mencintai gadis itu.
"Perkataan tempo hari itu sampai detik ini masih sama, Ren."
"Hati gue, Cinta gue, Rasa sayang gue, Rasa kasih gue, Semua rasa yang gue miliki aku untuk lo, Akan habis di lo dan selamanya akan selalu lo." Lanjut Badiran dengan menatap gadis yang ada didepannya sambil tersenyum.
"Buang rasa itu jauh-jauh, Rasa yang lo miliki untuk gue itu nggak berlaku sekarang." Jawabnya dengan ketus tanpa melihat lawan bicaranya.
"Renina, Lo marah sama gue karena lo belum tau jelas keadaannya waktu itu. Dan setelah gue jelasin kemarin lo masih nggak percaya juga?."
"Harus dengan cara apalagi gue untuk jelasin ke lo, Ren?."
"Belum tau jelas kata lo? Gue yang ngeliat itu sendiri, Kaivan!. Gue yang nyaksiin lo cium sahabat gue dengan mata kepala gue sendiri bahkan kalian udah nggak pakai apapun." Ucap gadis dengan mata yang berkaca-kaca mengingat kembali momen itu.
"Ren-." Sahut Badiran.
"Apa? Lo mau ngebela diri lo sendiri? Lo mau bilang kalau itu dijebak? Van, Gue menyaksikan sendiri disana. Bahkan gue bisa denger ucapan lo waktu itu."
Setelah gadis itu berucap Badiran tidak dapat membela dirinya. Ia hanya diam sambil menunduk.
Bagaimana reaksi Drisana? Tentu saja ia sangat terkejut Renina memang berucap pelan namun tidak dipungkiri bahwa Drisana juga dapat mendengarnya, Bukan?.
Sama halnya dengan Akbar ia juga sangat terkejut mendengar hal itu.
"Menjauh dari gue Van, Kehadiran lo hanya membuat gue muak dan benci sama lo. Gue nyesel pernah izinin lo masuk di kehidupan gue." Ucapnya pelan dan sangat menusuk.
Gadis itu membereskan barang-barangnya lalu pergi dari sana.
Drisana dan Akbar hanya diam mematung mendengar kedua manusia itu.
"Arghh anjing!." Gumaman Badiran dengan pelan sambil mengepalkan tangannya.
Lalu Badiran bangkit dari sana entah pergi kemana.
"Bar, Kamu tunggu disini sebentar ya?." Ucapnya langsung berlari tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya itu.
"Ehh San, Mau kemana lo? Drisana woi." Teriak Akbar yang tak didengar oleh Drisana.
Drisana mencoba mengikuti Badiran dibelakangnya.
Ternyata badiran menuju rooftop sekolah ini.
Drisana terus mengikuti hingga Badiran berhenti di ujung Rooftop itu.
"Arghh anjing, Bangsat!."
"Lo bodoh, Lo manusia paling bodoh Badiran!."
Drisana hanya terdiam dibalik tembok yang bisa menutupi dirinya.
"Harus dengan cara apalagi gue untuk bisa dapetin maaf dari Renina?."
Drisana terus memperhatikan lelaki itu sebelum akhirnya ia pergi dari sana. Ia memang tidak ada niat untuk menghampiri lebih dekat.
Setelah Drisana meninggalkan tempat itu tiba-tiba saja pikiran Badiran terlintas oleh perkataan Drisana pada saat itu.
"Drisana, Iya Drisana dia bisa jadi pelampiasan gue saat ini sampai gue kembali dapetin Renina." Ucapnya sambil menampilkan senyum smirk.
Katakan saja Badiran Gila. Entah apa yang ada diotaknya hingga ia memikirkan hal tersebut.
"Maaf kalau sepertinya ini sedikit berlebihan, Drisana." Ucapnya.
"Gue akan jadi lekaki brengsek sama perempuan manapun. Tapi tidak dengan, Renina."
Gila! Badiran sangat Gila.
***
Hai guys, apakabar?
Minal aidzin wal faidzin guys🙏🏻🙏🏻
Sorry banget kalau baru up, aku bener" se sibuk itu kemarin"
Semoga suka di part kali ini yahh, tandai typo!!!
See u lovee, bayyy💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Kamu
FanfictionBandung, Kota dengan segala keindahannya. Awalnya aku tidak percaya bahwa bandung seindah itu, Namun saat kakiku berpijak disana aku baru percaya bahwa Bandung memanglah kota dengan segala keindahannya.