Happy enjoyy sengg💙
***
"Harusnya kamu meneduh dulu San." Ucap Ira sambil membawakan teh hangat.
Setelah sampai rumah Drisana langsung mengganti bajunya yang basah.
"Terimakasih bu." Jawabnya sambil mengambil teh hangat yang diberikan ibunya.
"Iya, Kenapa kamu tidak meneduh terlebih dahulu, Nak?." Tanya Ayahnya.
"Takut semakin larut yah." Jawab Drisana.
"Keras kepala sih, Kan tadi ayah menawarkan untuk mengantar kamu."
Ucapan itu hanya dibalas kekehan oleh Drisana.
"Bu, Yah. San ke kamar ya? Mau langsung istirahat." Ucap Drisana.
Ibu dan ayahnya mengangguk dan tersenyum.
"Ya sudah langsung istirahat ya, Selamat istirahat anak cantik ayah." Ucap sang ayah sambil mencium puncak kepala Drisana.
"Terimakasih ayah, Selamat istirahat juga ayah ibu." Sebelum pergi Drisana mencium pipi ayah dan ibunya terlebih dahulu.
Drisana pun menuju kamarnya.
Sebenarnya ia tidak ingin langsung istirahat di kamarnya.
Saat sudah sampai ia memilih untuk membuka kaca jendelanya dan berdiri disana.
Hujan juga sudah berhenti hanya tersisa rintik-rintik gerimisnya saja.
"Kenapa aku masih kepikiran ucapan kak Diran tadi ya?." Gumam Drisana pada dirinya sendiri.
"Harusnya aku nggak usah merasa sakit hati dengan ucapan kak Diran kan?."
"Kenapa aku harus jatuh cinta sama kak Diran di kota seindah ini?."
"Apa ketika nanti aku merasakan sakit hati, Aku juga akan membenci kota ini?."
"Harusnya aku sudah menyiapkan diri untuk menerima konsekuensi jatuh cinta, Tapi rasanya tidak siap jika harus mengalami konsekuensinya di kota ini."
Drisana terus saja berperang dengan pikirannya itu.
Banyak pertanyaan dan harapan di dalam kepalanya.
Pertanyaan dengan kalimat awal Mengapa, Kenapa, Apa. Itu memenuhi kepala Drisana
Harapan yang tak kalah besar juga mengisi kepalanya.
Harapan agar permintaan baiknya segera terwujud.
Harapan untuk hati dan jiwanya agar lebih kuat dan lapang.
Entah harapan itu akan bagaimana akhirnya Drisana tidak tahu.
Ia pun menutup jendelanya, Cukup pusing memikirkan hal itu. Pikirnya sambil mengunci dan menutup gordennya.
Sebelum menaiki kasurnya ia pun memasuki kamar mandinya dan melakukan kebiasaan jika sebelum tidur.
***
Minggu pagi ini Drisana tidak ada kegiatan sama sekali.
Di minggu ini tidak terlalu cerah seperti biasanya.
"Mendung sekali cuacanya." Ucap Drisana saat melihat kearah jendela kamarnya.
Drisana mencoba mencari kesibukan agar tidak terlalu bosan.
Ia pun berjalan menuju gudang untuk mengambil sesuatu disana.
Sesaatnya sampai di gudang ia pun pintunya.
Gudang itu tampak bersih dan wangi.
"Ibu San memang yang terbaik." Gumam Drisana saat melihat kondisi gudang itu.
Ia mengambil satu barang disana.
"Nah ketemu, Masih bisa di pakai nggak ya?." Tanyanya pada diri sendiri.
Drisana mengambil barang dan tersebut dan segera kembali ke kamarnya.
Dimana ibu Drisana? Ibu Drisana sedang berada di pasar saat ini untuk membeli perlengkapan dapurnya.
Setelah sampai dikamarnya ia mengambil kursi belajarnya dan ditaruh di dekat jendela.
Setelah dirasa pas ia segera menduduki kursinya itu.
Petikan gitar mengalun indah disana.
Ya, Gadis lugu itu sangat pintar memainkan alat musik tersebut.
Selain pintar memainkan alat musik tersebut suara Drisana juga tak kalah bagus.
Namun hanya saja ia malu menunjukkannya pada orang lain.
Saat sedang asik bermain gitar dan bernyanyi tiba-tiba ia mendengar suara ibunya memanggil namanya.
Tak butuh waktu lama ia pun menghampiri suara tersebut.
"Iya bu." Sahut Drisana.
"Ibu kira kamu sedang tidur." Jawab Ira.
"Nggak kok bu."
"Ibu kenapa manggil?." Tanya Drisana sambil membawa barang belanjaannya ibunya ke dapur.
"Mau membantu ibu membuat kue?." Tanya Ira.
"Mau dong, Buat siapa bu?." Tanya Drisana.
"Tetangga sebelah San, Dia mau mengadakan syukuran ibu tidak enak kalau tidak memberi sesuatu." Jelasnya membuat Drisana mengangguk paham.
"Boleh bu." Jawab Drisana.
"Tolong keluarkan bahan-bahannya ya Nak."
"Oke bu." Jawab Drisana langsung mengeluarkan bahan-bahan itu.
Setelah itu mereka berdua membuat kue tersebut.
Beberapa jam akhirnya kue itu pun jadi dan langsung diantarkan ke tetangganya itu.
"Permisi, Tante." Panggil Drisana.
Beberapa menit menunggu akhirnya pintu itu terbuka.
"Ehh, Drisana." Ucapnya.
Drisana pun menyalami tangan tetangganya itu.
"Iya tante, Ini San mau nganter kue dari ibu." Ucap Drisana langsung memberikan sebuah kantong plastik itu.
"Ya ampun, Repot-repot masuk dulu San." Tawarnya.
"Nggak usah Tan, San mau langsung pulang aja ada tugas soalnya." Ucap Drisana menolak dengan sopan.
"Owalah gitu toh? Yowes sampaikan terimakasih kepada ibumu yo."
"Oke tante, Kalau gitu San pamit." Ucap Drisana langsung kembali menyalami tangan wanita itu.
***
Haii guyss, selamat lebaran.
Ga deng canda hehe
selamat berpuasa untuk yang menjalankan ibadah puasa
Untuk yang tidak menjalankan ibadah puasa, salam toleransi sengg
Gimana hari ke 2 puasa? Masih aman?
Aku up buat nemenin klean ngabuburit hehe.
Oh iya, sorry ya guys baru up aku lupa kalau aku bikin cerita
Okay? Sekian terimagajih🙏🏻🙏🏻
Lopyuu poll sengg💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Kamu
FanfictionBandung, Kota dengan segala keindahannya. Awalnya aku tidak percaya bahwa bandung seindah itu, Namun saat kakiku berpijak disana aku baru percaya bahwa Bandung memanglah kota dengan segala keindahannya.