Happy Reading!
"Pria tampan dan juga seksi. Bukan hanya wajah tapi tubuhnya juga sangat penting. Harus memiliki otot lengan dan kaki yang kekar."Ucap Anita menyebutkan kriteria pasangan yang ia inginkan dan Lily yang mendengarnya hanya bisa menggeleng pelan.
Untuk saat ini Lily tak mau memikirkan pasangan. Namun teman sekelasnya yang bernama Anita ini selalu membahas pria ketika mereka bersama. Seperti saat ini, mereka kembali membahas kriteria pasangan. Padahal menurut Lily, usia mereka masih muda dan harusnya dimanfaatkan untuk bersenang-senang.
"Bagiku pria yang setia dan bertanggungjawab sudah cukup."ujar Lily dan dua hal ini sangat penting untuk dimiliki oleh suaminya nanti. Kenapa suami? Karena Lily tak berminat untuk pacaran.
Anita menggeleng pelan."Kau sangat polos, Lily. Lagipula di zaman sekarang pria mana yang bisa setia? Karena itu lebih baik kita bertemu dengan pria yang tampan. Jadi walaupun dia selingkuh, setidaknya kita hanya sakit hati."ujar Anita lalu matanya tiba-tiba saja melihat seorang pria yang bahkan melebihi dari kriteria yang tadi ia sebutkan.
Lily melambaikan tangannya ke arah Anita. Kenapa temannya itu tiba-tiba saja diam, dan wajahnya seperti orang kesurupan.
"Anita, apa kau baik-baik saja?"tanya Lily sedikit takut.
"Ada pria tampan yang menatap kita."ucap Anita tak nyambung membuat Lily menghela napas. Setiap kali nongkrong pasti ada saja pria yang temannya itu suka.
"Ck! Biasa aja dong."ucap Lily lalu memakan kentang gorengnya.
"Dia menatap ke arah kita. Lihat saja!"ucap Anita membuat Lily mengernyit lalu melihat ke arah pandang temannya itu.
"Mana?"tanya Lily penasaran.
"Itu yang brewokan. Aku rasa dia bukan orang Indonesia asli."ujar Anita membuat Lily melotot saat mengetahui siapa yang Anita maksud.
'Untuk apa kak Max di sini? Bukankah sudah ku suruh pulang duluan.' batin Lily lalu menghela napas. 'Benar juga. Kak Max mana mau mendengar perkataanku, pria itu pasti lebih patuh pada papa.'
"Gantengnya." pekik Anita histeris.
Lily menutup wajahnya malu."Jangan berteriak, Anita. Kau membuat orang-orang melihat ke arah kita."tegur Lily sembari menunduk meminta maaf pada beberapa orang yang masih melihat ke arah mereka.
"Dia pasti menatap ke arahku. Apa aku ke sana saja dan mengajaknya kenalan duluan?"tanya Anita sembari mengatur rambutnya.
"Jangan aneh-aneh deh."ucap Lily lalu berdiri.
"Eh mau ke mana?"tanya Anita saat Lily membereskan barang-barangnya.
"Mau pulang."sahut Lily lalu melangkah keluar dari caffe setelah meninggalkan beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja.
Anita berdecak. Begini nih kalau punya teman nggak ada akhlak. Untung royal.
"Ya udah. Ajak kenalan aja kali eh?"Anita kaget saat ia menoleh, ternyata pria tampan tadi sudah pergi.
'Gagal lagi. Gagal lagi. Keputusan untuk merubah status jomblo rupanya harus kandas lagi.' batin Anita kecewa.
Di sisi lain, Max kini sudah mengikuti langkah dari putri tuannya. Dan Lily yang diikuti sedari tadi hanya bisa menghela napas lalu berhenti dan berbalik. Saat ini mereka sedang diparkiran.
"Aku mau pulang."ucap Lily membuat Max dengan sigap menuju mobil dan membukakan pintunya.
Lily dengan langkah gusar segera masuk ke dalam mobil.
"Bukankah tadi aku sudah menyuruh kak Max pulang duluan. Kenapa masih di sini?"tanya Lily kesal sesaat setelah mobil melaju meninggalkan halaman caffe.
"Tuan Revan bilang untuk selalu mengikuti ke manapun nona pergi."ucap Max datar.
Lily menghembuskan napas kasar lalu memilih diam. Percuma berdebat. Lagipula ia tidak akan menang.
"Apa nona ingin pergi ke tempat lain lagi?"tanya Max membuat Lily menatap pria yang sedang menyetir itu.
"Aku kan tadi sudah bilang mau pulang."ucap Lily lalu tanpa sengaja ia malah memperhatikan wajah bodyguard nya.
Lily menelan ludahnya kasar. Ternyata Anita benar, bodyguard nya sangat tampan dengan alis yang tebal, mata yang tajam, hidung yang mancung dan bibir yang tipis.
"Ada apa?"tanya Max yang menyadari bahwa putri dari majikannya itu sedang menatapnya.
Lily segera memalingkan wajahnya lalu mengatur napas. 'Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak cepat seperti ini.' batin Lily lalu menggigit bibir bawahnya.
Pria tampan dan juga seksi.
Otot lengan dan kaki yang kekar.
Lily kembali mencuri pandang ke arah pria di sampingnya. Jika diperhatikan, tubuh bodyguard nya sangat tinggi dan meski berpakaian tertutup, otot lengannya masih tercetak jelas.
Pasti sangat nyaman jika berada dipelukan kak Max, batin Lily lalu menggeleng saat menyadari pemikirannya.
Lily langsung mencubit lengannya agar segala pikiran bodoh yang ada di kepalanya segera menghilang. Ini semua gara-gara Anita, sebaiknya mulai besok ia tak bergaul lagi dengan gadis itu.
Namun baru beberapa detik sadar, bayangan saat ia berada dipelukan Max kembali muncul. Dan kali ini lebih parah. Lily bahkan sampai tak sadar memukul kepalanya sendiri.
Ckitt
"Apa yang nona lakukan?"tanya Max setelah menginjak rem dan menangkap kedua lengan Lily.
Lily melotot saat kini wajahnya dan Max hanya berjarak sekitar tiga puluh centi.
"Apa nona baik-baik saja?"tanya Max khawatir.
Lily mengangguk pelan membuat Max melepas genggamannya.
"Aku hanya merasa stress karena masalah di rumah."ucap Lily berbohong.
Max mengangguk. Dia tahu ada masalah yang terjadi di rumah dan itu melibatkan putri pengurus kebun dan putra sulung tuan Revan.
"Semuanya akan baik-baik saja. Nona sebaiknya jangan terlalu khawatir."ucap Max lalu kembali melajukan mobilnya.
Lily mengangguk lalu tatapannya tak sengaja mengarah ke paha Max. Bukan paha tapi tepatnya sesuatu yang ada diantara paha itu. Sesuatu itu nampak menonjol membuat Lily menelan ludahnya kasar.
'Ada apa denganmu Lily? Sadarlah!' jerit Lily dalam hati.
Bersambung
Senin, 29 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Nama Calla Lily diberikan sebagai lambang kecantikan dan kesucian oleh Revan dan Mawar untuk putri mereka. Ya, Lily memang tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi suci? Entahlah. Bagaimana bisa ia dikatakan suci setelah me...