Part 16

8.3K 699 31
                                    

Happy Reading!

Max menghela napas saat video dirinya menggendong Lily dan menindih gadis itu di sofa diperlihatkan. Apalagi sangat terlihat jika dirinya memang mendominasi ciuman itu.

"Setelah ada video ini, apa kau masih mau mengelak?"tanya Martha membuat Max meremas rambutnya.

"Mah, kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Lily yang_"

"Jadi kau mau bilang video ini rekayasa?"

Max menggeleng."Tidak. Itu benar tapi yang memulai adalah Lily."

"Jadi Lily memancingmu dan kau terpancing?"

Max diam lalu mengangguk pelan.

"Baiklah. Mama sudah tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang masuklah ke kamarmu dan istirahat!"titah Martha membuat Max mengangguk lalu beranjak menuju kamarnya.

"Apa yang anak itu katakan?"tanya Hardi yang baru pulang dari salah satu restoran mereka.

Martha meminta suaminya untuk duduk. Begitu ia mendapat video itu dari calon besan, Martha segera mengirimkannya kepada sang suami.

"Pak Revan meminta agar pernikahan dipercepat, bu Mawar juga berpikir begitu. Apalagi mereka dari pihak perempuan, pasti ada kekhawatiran tersendiri."beritahu Martha membuat sang suami mengangguk.

"Kalau begitu hubungi bu Mawar dan minta untuk bertemu. Sebaiknya kita bicarakan ini berempat, anak-anak tidak perlu ikut."

Martha mengangguk."Baiklah, sebaiknya papa bersihkan diri dulu. Mama akan menghubungi bu Mawar."

Dan di sinilah empat orang tua berkumpul. Mereka memutuskan makan malam disalah satu restoran yang cukup jauh dari rumah.

"Terima kasih karena telah mengerti kekhawatiran kami."ucap Mawar. Akhirnya mereka sepakat untuk mempercepat pernikahan.

Martha mengangguk."Kami juga ingin meminta maaf. Apa yang dilakukan putra kami memang salah, dan mari kita berharap yang terbaik untuk pernikahan keduanya."

"Pak Hardi, bisa kita bicara berdua?"tanya Revan membuat Hardi mengangguk. Keduanya segera beranjak keluar dan memasuki ruangan VIP lain.

"Apa ada sesuatu yang pak Revan khawatirkan?"tanya Hardi membuat Revan mengangguk.

"Ada satu hal yang harus saya beritahukan kepada pak Hardi. Tapi saya harap apa yang saya katakan tidak akan mempengaruhi pernikahan anak-anak kita."ucap Revan lalu menghela napas.

"Iya. Katakan saja, pak Revan."ucap Hardi membuat Revan mulai menceritakan segalanya. Tentang alasan Max dan Lily menikah. Revan bahkan tak menutupi tentang putrinya yang menyukai Max duluan. Serta tentang Max yang sudah bertunangan dengan wanita lain dan menandatangi perjanjian pernikahan.

"Satu tahun?"kaget Hardi membuat Revan mengangguk.

"Tapi perjanjian akan batal jika Max menyentuh putriku."

Hardi menghela napas kasar. Sebenarnya dia kecewa setelah mendengar semua ini. Namun kenyataan bahwa Lily pernah menolong istrinya membuat Hardi diam.

"Jadi Max dan wanita itu sudah bertunangan?"tanya Hardi.

Revan mengangguk."Wanita itu setuju Max menikah dengan putriku karena rumah dan uang yang kutawarkan."

Hardi mengangguk mengerti."Terima kasih karena pak Revan sudah mau memberitahu semuanya."ucap Hardi membuat Revan mengangguk.

Keduanya kembali ke ruangan sebelah.

"Sudah bicaranya?"tanya Mawar.

Revan mengangguk lalu mengajak istrinya untuk pulang.

Setelah mengantar calon besannya pergi, Martha juga berniat untuk pulang namun suaminya mencegah.

"Ada sesuatu yang harus papa beritahu ke mama."ucap Hardi membuat Martha diam kemudian keduanya memutuskan untuk kembali memasuki restoran.

"Ada apa, pah? Apa pak Revan mengatakan sesuatu?"tanya Martha.

Hardi mengangguk lalu mulai menceritakan semua yang dikatakan oleh calon besannya tadi.

Ekspresi Martha langsung berubah. Ia benar-benar tak menyangka bahwa hal seperti itu bisa terjadi.

"Tapi Lily adalah gadis yang baik. Mama rasa dia tidak berniat jahat."ucap Martha membuat Hardi mengangguk.

"Sejauh yang papa pikirkan, Lily hanya terlalu mencintai putra kita hingga menghalalkan segala cara untuk memiliki Max."

Martha mengangguk."Jadi Max masih menjalin hubungan dengan perempuan itu?"

Hardi mengangguk."Dia menombalkan putra kita untuk menikahi gadis lain agar bisa mendapatkan uang dan rumah."

Jemari Martha mengepal."Mama tahu dia bukan perempuan baik-baik. Jika ia memang menyukai Max maka tidak mungkin membiarkan putra kita menikah dengan gadis lain."ucap Martha kesal.

"Putra kita bekerja keras untuk menikahi perempuan itu tapi semua uangnya malah digunakan tanpa ijin."beritahu Hardi hal lain membuat Martha melotot.

"Apa maksud papa?"

"Pak Revan sudah mencari tahu segalanya. Putra kita ingin menikahi perempuan itu tapi semua uangnya sudah dipakai untuk bisnis baru adiknya."

Martha mengangguk."Aku rasa karena hal itu pak Revan menawarkan uang dan rumah. Karena perempuan itu memang mata duitan."

"Iya. Menurut mama bagaimana?"tanya Hardi.

"Apanya yang bagaimana? Pernikahan harus tetap terjadi."

"Tapi perjanjian itu?"

Martha tersenyum licik."Tapi perjanjian itu akan batal jika Max tidur dengan Lily kan? Mama akan membuat mereka berdua menghabiskan malam bersama setelah akad nikah. Lihat saja."ucap Martha membuat Hardi menggeleng pelan.

Setelah bicara panjang lebar, akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang. Namun saat keluar dari ruang VIP, Martha malah melihat seseorang yang cukup ia ingat.

"Pah, bukannya itu wanita yang Max bawa ke rumah tiga tahun yang lalu?"ucap Martha membuat Hardi menoleh ke arah yang ditunjuk istrinya.

"Sepertinya benar, mah."ucap Hardi.

"Apa yang dilakukannya di sini. Dan siapa pria yang makan bersamanya?"gumam Martha membuat Hardi mengajak istrinya sembunyi dan meminta bantuan seorang pelayan untuk mencari tahu apa dua orang yang duduk di sana adalah pasangan atau bukan.

"Mama rasa dia memang selingkuh."ucap Martha. Ia cukup merasa kasihan dengan putranya sendiri.

"Kita tunggu saja."ucap Hardi dan tidak lama pelayan tadi kembali.

"Bagaimana?"tanya Hardi cepat.

"Benar, pak. Mereka pasangan kekasih. Sudah pacaran tiga tahun."

Martha dan Hardi melotot."Tiga tahun?"

Pelayan itu mengangguk lalu beranjak menjauh.

"Dasar licik."ucap Martha kesal.

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang