(21+)Bagian 20

22K 743 45
                                    

Happy Reading!

Aini memasuki dapur lalu menghela napas. Tidak mungkin tiba-tiba ia membuat teh dan mengantar ke atas. Jika seperti itu pasti akan terlihat aneh.

"Apa yang harus aku lakukan?"gumam Aini bingung.

"Nia, apa yang kau lakukan di dapur?"tanya bi Wati, ia baru saja dari lantai atas.

Aini berusaha bersikap ramah."Hanya melihat dapur, siapa tahu ada yang perlu dibersihkan."

Bi Wati mengangguk lalu melangkah mengambil nampan dan dua gelas.

"Mau membuat teh?"tanya Aini.

Bi Wati mengangguk."Nyonya Lily, ingin dibawakah teh ke atas."

Aini melotot lalu tersenyum senang."Biar aku saja yang membuatnya."ucap Aini lalu segera mengambil alih dan sedikit mendorong tubuh bi Wati.

Bi Wati ingin protes namun akhirnya mengalah."Baiklah. Masukkan lebih banyak gula untuk teh nyonya Lily."ucap bi Wati lalu melangkah meninggalkan dapur.

Aini mendengus acuh dan segera membuat teh kemudian memgeluarkan botol obat yang tadi ia bawa.

Sedang di lantai atas. Lily sedang menyisir rambutnya ketika Max datang.

"Kak Max sudah makan?"tanya Lily. Pasalnya pria itu baru pulang setelah lewat makan malam.

Max mengangguk."Kamu?"

"Apa?"tanya Lily tak paham.

"Sudah makan?"

Lily tersenyum."Sudah."

Max mengangguk lalu melangkah memasuki kamar mandi.

Tok tok

"Masuk!"titah Lily.

Ceklek

"Permisi, nyonya. Saya datang mengantarkan teh."ucap Aini membuat Lily menahan senyum lalu mengangguk.

"Letakkan saja di meja itu dan terima kasih. Tapi ke mana bi Wati, sepertinya aku meminta bi Wati yang membuat teh."tanya Lily.

"Bi Wati ada kesibukan, jadi saya membantu."ucap Aini.

Lily mengangguk."Baiklah. Kau boleh pergi, tapi teh yang mana dengan gula lebih banyak?"tanya Lily sembari melangkah menuju meja.

Aini segera menunjuk gelas sebelah kiri."Ini untuk nyonya dan sebelah kanan untuk tuan. Ingat ya nyonya, jangan sampai tertukar."ucap Aini lalu segera melangkah keluar dari kamar.

Setelah beberapa menit, Max keluar dari kamar mandi dan Lily sudah menyiapkan baju ganti.

"Ada teh."ucap Max lalu memakai pakaiannya.

"Aku meminta bibi untuk membuat teh. Harusnya susu, tapi aku sudah terlalu sering meminumnya saat di rumah."ucap Lily lalu mengambil teh sebelah kiri kemudian meminumnya.

Max yang sudah lebih segar segera duduk dan mengambil satu gelas teh yang tersisa.

"Kak Max mau tidur di kasur yang mana?"tanya Lily membuat Max segera menghabiskan teh milikmya kemudian meletakkan gelas kosong di atas meja.

"Terserah saja."sahut Max. Jujur saja, tubuhnya sangat lelah. Apalagi ini sudah hampir jam sepuluh malam. Benar-benar waktu yang pas untuk tidur.

Lily mengangguk lalu berlari memeluk tubuh Max."Kita boleh pelukan kan?"tanya Lily membuat Max menahan napas lalu membalas pelukan gadis itu.

"Pantas saja sampo di kamar mandi habis."ucap Max membuat Lily mendongak.

"Apa?"

Max menggeleng lalu tersenyum."Sangat wangi,"gumam Max lalu mengecup kening Lily."Sekarang waktunya untuk tidur."ucap Max membuat Lily tersenyum.

"Selamat malam."ucap Lily lalu berlari menaiki kasur.

Max hanya tersenyum lalu menaiki kasur satunya."Selamat malam."ucap Max lalu mematikan lampu utama kamar.

Tiga puluh menit berlalu, Lily sudah tidur namun pria di sampingnya belum.

"Shhh"Max mendesis lalu segera bangun dan menyalakan lampu. Kenapa tubuhnya tiba-tiba saja panas.

Max melepas baju yang dikenakannya kemudian mengatur suhu AC agar lebih dingin. Namun setelah beberapa saat tubuhnya semakin membara.

Tak bisa menahannya lagi, Max segera berlari memasuki kamar mandi. Ada sesuatu yang harus dia tuntaskan.

"Ahh hmm"Max memejamkan mata sembari memainkan miliknya. Entah apa yang terjadi malam ini. Tapi rasanya Max benar-benar sekarat.

"Sial."maki Max saat miliknya kembali menegang setelah pelepasan yang cukup banyak. Apalagi setelah keluar bukannya merasa lega tapi malah semakin sekarat.

Max segera berdiri dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Namun setelah beberapa saat tubuhnya semakin gemetar. Ada hal yang harus dia lakukan segera dan jelas tidak bisa sendiri.

Suhu tubuh Max meningkat drastis, miliknya semakin berdenyut mengharap pelepasan. Kepalanya juga sangat pening dan tubuhnya sekarat.

Max keluar dari kamar mandi, niat awal ingin melakukan beberapa olahraga berat namun justru disuguhi pemandangan yang menggiurkan.

Di sana, di ranjang kecil, tubuh Lily terpampang nyata. Gadis itu masih menggunakan pakaian tapi paha atas ke bawa bisa dilihat dengan jelas. Bahkan atasannya juga tersingkap hingga perut rata Lily terlihat.

Dan posisi Lily benar-benar menantang untuk diterjang. Max menelan ludahnya beberapa kali. Kepalanya yang pening membuat otaknya tak bekerja. Kewarasannya direnggut oleh sesuatu yang berdenyut di bawah sana.

"Arghh sial."teriak Max lalu melepas handuk yang tadi sempat dia pakai di kamar mandi.

Saat ini tanpa memakai apapun, Max melangkah menuju kasur kemudian segera menindih gadis manis yang tidur di atasnya.

Max mencium bibir Lily penuh nafsu lalu menarik kedua lengan gadis itu kemudian menumpunya ke atas bantal.

"Emmpp_ mmpp"

Max tidak peduli dan terus menguasai bibir Lily meski gadis di bawahnya sudah membuka mata dan sedikit memberontak.

Max menurunkan daerah jajahannya dan beralih mengecupi area leher Lily.

"Enghh hh kak Max, apa yang kak Max ahh lakukan?"

Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan? Batin Max namun untuk menarik diri dan berhenti, dia tidak mau. Max ingin melakukan ini dan tidak bisa dihentikan oleh apapun.

Trakkkk

Lily melotot saat baju yang ia kenakan dirobek kemudian dilepas dengan satu tarikan. Tidak sampai di sana, Lily bahkan langsung mendesah kencang ketika kedua gunung kembarnya dimainkan.

"Ahh kak Max ahh"desah Lily. Ia sengaja mendesah kencang dan membusungkan tubuhnya agar pria di atasnya semakin tertantang.

Max menyudahi permainannya di atas lalu segera melepas celana yang Lily kenakan.

"Kak Max mau apa arggg ahh"jerit Lily kencang begitu kedua kakinya ditekuk dan sedetik kemudian benda lunak terasa bermain dibagian inti tubuhnya.

Lily menjerit dan mendesah kencang tubuhnya kelonjatan tak tentu arah, kedua lengannya meremas bantal sebagai pelampiasan dan kedua kakinya merapat mengapit kepala pria yang asyik bermain di bawah sana.

"Ughh hahh"tubuh Lily gemetar dengan mata melotot dan perutnya terasa kram.

"Kak Max ahhh"desah Lily panjang disusul tubuhnya yang mengejang karena pelepasan.

Max bangkit lalu mengarahkan miliknya yang sudah sangat tegang untuk masuk ke sarangnya.

Lily yang masih mengatur napas hanya bisa melotot dan menggeleng."Tung.. tunggu kak arghh"

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang