Part 5

10.7K 528 19
                                    

Happy Reading!

Satu minggu sudah berlalu dan untungnya Lily sudah bisa berpikir jernih. Setelah dipikirkan, mana mungkin ia tega merebut calon suami wanita lain. Dan Max juga tidak tertarik dengan dirinya, pria itu punya wanita yang sudah dipacari selama lima tahun. Mengingat hal itu, Lily hanya bisa mengubur perasaannya dan mulai menjalani hari-hari seperti biasa. Meski terasa sulit dan beberapa kali pikiran jahat merasuki otaknya namun semua itu bisa dilawan.

"Semangat Lily!"gumam Lily lalu segera bersiap. Hari ini adalah penikahan kakaknya dan tentu saja tidak boleh ada kesedihan.

Setelah bersiap, Lily segera melangkah keluar dari kamar. Entah karena alasan apa, tapi pernikahan hanya dilaksanakan sederhana di rumah, padahal menurut Lily keluarganya khususnya sang kakak tidak akan bangkrut walaupun mengadakan pernikahan dan resepsi super mewah.

Lily melangkah menuju mamanya.

"Putri mama sangat cantik,"puji Mawar lalu mengecup kening putrinya."Sudah lebih baik?"tanya Mawar karena beberapa hari ini Lily memang lebih banyak menghabiskan waktu di kamar juga sering sekali tidak menghabiskan sarapan dan makanan. Dan untungnya Lily bisa lolos dari kecurigaan dengan beralasan bahwa itu karena stress yang disebabkan oleh tugas kuliah. Ditambah masalah pernikahan, mamanya jadi tidak begitu fokus.

"Iya, mah. Lily sudah lebih baik."ucap Lily membuat Mawar mengangguk lalu tersenyum.

"Maaf karena beberapa hari ini mama tidak terlalu memperhatikanmu."ucap Mawar merasa bersalah. Masalah putra sulungnya memang sangat menyita perhatiannya. Namun meski begitu Mawar tetap meluangkan waktu untuk anak-anaknya yang lain meski tidak seperti dulu.

Lily mengangguk."Lily mengerti kok, mah. Dan semoga setelah ini semuanya akan baik-baik saja."ucap Lily manis.

"Aamiin.."sahut Mawar kemudian menatap beberapa orang yang masih sibuk bersiap, padahal akad nikah akan segera dilaksanakan.

"Lily mau ke kamar kak Elia ya, mah."ucap Lily membuat Mawar segera mengangguk.

"Iya, sayang. Nanti begitu sudah sah, kamu bisa kan membawa Elia ke luar."ucap Mawar yang diangguki oleh Lily.

Setelah akad nikah selesai dan kedua pengantin sudah saling bertukar cincin juga mengambil foto bersama, Lily memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

📩Ting

Lily yang ingin melepas dress yang ia kenakan segera mengambil ponselnya.

"Kak Max."gumam Lily lalu tersenyum saat tahu siapa yang mengirim pesan.

Seolah melupakan tekadnya untuk melupakan Max, Lily segera berbaring di atas kasur dan membuka pesan itu dengan hati gembira.

'Maaf karena tidak meminta ijin kepada nona saat mengambil cuti.'

Lily mengernyit. Apa hanya itu? Apa tidak ada yang bisa pria itu katakan lagi.

"Ck! Tidakkah kak Max tahu kalau aku sangat merindukannya. Setidaknya kak Max harus bilang merindukanku."gumam Lily kesal. Senyum lebarnya tadi sudah hilang dan berganti kemuraman.

📩Ting

Sebuah pesan masuk lagi namun Lily enggan memeriksanya. Namun keengganan itu hanya bertahan dua menit karena Lily tidak tahan dengan rasa penasarannya. Kali ini siapa tahu Max mengirim pesan yang membuatnya senang.

'Besok saya sudah bisa bekerja kembali.'

Lily langsung bangun. Besok sudah bisa bekerja kembali, Lily membaca pesan itu berulang kali sampai akhirnya ia paham.

"Kak Max sudah ada di sini."ucap Lily dengan senyum lebar lalu segera bangun. Sebaiknya ia segera memeriksa ke bangunan belakang.

Akhirnya rasa rindunya bisa dilampiaskan juga dan tentunya Lily sudah melupakan tekadnya untuk menjadi gadis baik dengan tidak merebut calon suami wanita lain.

Lily melangkah menuju bangunan belakang. Untungnya kebanyakan para pekerja masih berada di depan, entah itu makan atau beres-beres karena itu pasti akan aman jika Lily menyelinap memasuki salah satu kamar.

"Aku rasa itu adalah kamar kak Max."gumam Lily lalu mendekat. Ia mengintip melalui kaca di depan dan tidak ada siapapun di sana, namun ada koper yang terbuka di lantai. Jelas sekali jika pria yang ia tunggu memang sudah pulang.

Tanpa merasa takut sama sekali, Lily membuka pintu di depannya dan ternyata berhasil. Nanti jika Max melihat dirinya, ia bisa saja beralasan ingin meminta oleh-oleh. Aneh memang tapi siapa yang peduli.

Lily menutup pintunya kemudian melangkah masuk. Ia melihat koper yang terbuka dan memang ada beberapa kotak berisi cemilan di dalamnya.

Tiba-tiba saja terdengar suara dari dalam kamar mandi membuat Lily yakin jika pria itu sedang mandi. Membayangkan Max sedang mandi tanpa pakaian membuat Lily tersenyum tipis lalu melangkah pelan mendekati pintu kamar mandi.

Lily memperhatikan pintu di depannya lalu tersenyum kecil saat menemukan satu lubang. Meski kecil tapi tetap bisa ia gunakan untuk mengintip.

"Aku pasti sudah gila."gumam Lily lalu mulai mendekati lubang kecil itu dan_

Lily langsung menarik wajahnya kemudian mengatur napasnya yang mendadak terasa sesak. Di dalam sana, Max sedang mandi tanpa menggunakan sehelai kain sedikitpun. Sayang sekali pria itu membelakangi pintu hingga Lily tidak bisa melihat apapun.

Dengan wajah yang memerah, Lily kembali mengarahkan wajahnya untuk mengintip. Ini adalah hal yang memalukan tapi sayang untuk dilewatkan.

Deg

Lily terpaksa menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara apapun. Jantung Lily bahkan berdegup sangat kencang. Kali ini bukan hanya perut dengan delapan kotak yang bisa Lily lihat tapi juga hal lainnya.

'Besar sekali.' batin Lily dengan kepala pening luar biasa. Ini adalah pertama kalinya ia melihat bagian intim seorang pria.

Lily bahkan harus berpegangan di dinding. tubuhnya mendadak lemas. Bahkan tadi Lily melihat Max memegang senjatanya sendiri. Dan yang membuka Lily semakin merasa terbakar adalah bahkan ditelapak tangan Max, benda itu masih terlihat sangat besar.

"Aku harus segara pergi."guman Lily lalu segera keluar dari kamar itu. Langkah kakinya bahkan terasa melayang saat ia menuju rumah utama.

Lily memegang kepalanya lalu memasuki kamar dan segera menguncinya.

"Aku harus memiliki kak Max. Harus!"ucap Lily lalu tersenyum licik.

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang