Part 17

8.1K 635 75
                                    

Happy Reading!

Max melangkah memasuki sebuah caffe lalu mengangguk saat melihat kekasihnya.

"Kau menggunakan mobil?"tanya Aini. Seingatnya kekasihnya itu tidak punya mobil. Namun pria itu jelas turun dari mobil yang lumayan mewah, apa diberi oleh calon mertuanya yang kaya, pikir Aini.

Max mengangguk. Karena semua fasilitas yang dulu ditarik orang tuanya sudah dikembalikan. Termasuk restoran, mobil dan berbagai jenis kartu miliknya.

"Mobil siapa?"tanya Aini lagi.

"Aku sudah kembali ke rumah. Semua fasilitas yang dulu aku miliki sudah dikembalikan."ucap Max jujur membuat Aini melotot.

"Apa? Bagaimana mungkin. Apa kau pulang ke rumah?"tanya Aini sedikit kesal.

Max mengangguk sebagai jawaban membuat Aini diam.

'Berarti Max sudah kembali menjadi pria kaya.'batin Aini. Lalu kenapa juga ia masih harus berharap dengan uang dan rumah yang ditawarkan.

"Sayang,"panggip Aini lalu tersenyum."Ada sesuatu yang ingin aku katakan."ucap Aini membuat Max mengangguk.

"Katakan saja!"

Aini memasang senyum."Setelah dipikir-pikir, aku rasa kau tidak perlu menikah dengan putri dari majikan tempatmu bekerja. Lebih baik kita langsung saja menikah. Lagipula jika hanya rumah dan uang, kau sudah memilikinya sekarang."ucap Aini lembut. Padahal tadi ia mengajak Max bertemu karena ingin membahas masalah uang yang dipakai adiknya. Tapi sepertinya Rizal tidak harus mengganti semua uang itu. Lagipula Max sudah kembali memiliki uang.

Max mengernyit."Kenapa tiba-tiba?"

Aini melotot."Kenapa? Kau tidak mau? Bukankah kau yang mengajakku menikah. Ayolah, sayang! Sekarang aku yang ingin kita menikah. Sebaiknya jangan menunda lagi."

Max menghela napas."Ini tidak sesederhana yang kau pikirkan. Bagaimana bisa aku batalkan perjanjian dengan begitu mudah. Apa yang akan dikatakan oleh Lily dan keluarganya. Lalu apa tanggapan keluargaku tentang ini."

Aini meremas dress yang ia kenakan. Rasanya ingin marah namun ia harus tetap tenang.

"Sayang, apa kau tidak mencintaiku lagi?"tanya Aini dengan wajah sedih membuat Max mengusap wajahnya.

"Bukan begitu__"

"Lalu bagaimana? Aku memintamu untuk membatalkan perjanjian itu dan kita menikah. Tapi kenapa kau tidak mau."ucap Aini pelan.

Max menggeleng."Sebelumnya aku sudah menolak tapi kau memintaku untuk menerima kesepakatan itu. Sekarang aku tidak punya cara untuk mengakhirinya."ucap Max jujur. Banyak hal yang ia pikirkan jika pernikahannya dengan Lily dibatalkan. Hal yang paling penting adalah orang tuanya, Max tidak ingin menjauh lagi dari mereka.

Aini menghela napas."Apa kau mencintai gadis itu?"

"Apa?"kaget Max.

Aini tersenyum kecut."Kau pasti mencintainya karena itu menolak untuk menikahi diriku. Kau memang tidak setia. Padahal kita sudah bersama selama lima tahun."ucap Aini dengan air mata yang menetes membuat Max segera menggeleng.

"Sayang, kau tahu dengan jelas bagaimana perasaanku padamu. Aku bahkan meninggalkan rumah untuk bisa bersamamu."ucap Max membuat Aini menahan senyum.

"Kalau begitu batalkan pernikahan itu dan kita menikah."ucap Aini membuat Max diam.

"Kenapa kau diam? Apa kau ragu pada perasaanmu padaku?"tanya Aini sedih.

"Tidak. Baiklah, aku akan batalkan pernikahan itu."ucap Max cepat membuat Aini tersenyum senang.

"Terima kasih, sayang. Aku tahu kau hanya mencintaku."ucap Aini membuat Max menahan napas. Sekarang apa yang harus dia lakukan.

Aini memegang lengan Max."Berarti pernikahan kita sudah diputuskan. Aku ingin cincin berlian dan pernikahan mewah di gedung."ucap Aini membuat Max diam.

"Sayang.."panggil Aini.

"Tidak ada cincin berlian dan juga gedung, Aini. Semua fasilitas yang aku terima sekarang karena Lily. Jika pernikahanku dan Lily dibatalkan maka otomatis semua yang aku punya sekarang kembali diambil."ucap Max membuat tubuh Aini menegang.

"Apa? Kenapa begitu?"

Max menghela napas lalu tersenyum tipis."Tapi tidak masalah. Kita akan tetap menikah. Lagipula ada tabungan yang dipinjam adikmu. Kita harus memintanya kembali."ucap Max membuat Aini melotot.

"Tabungan itu_ adikku dia itu."Aini meremas meja lalu tersenyum tipis.

"Sayang, sepertinya kau benar. Pernikahan kalian tidak bisa dibatalkan. Aku dengar gadis itu sangat menyukai dirimu. Dia dan keluarganya pasti tidak akan tinggal diam jika pernikahannya dibatalkan."ucap Aini membuat Max menggeleng.

"Tidak masalah. Kita akan menikah dan membeli rumah di desa. Mereka tidak akan menyakiti kita, aku akan memastikan itu."ucap Max meyakinkan.

Aini menggeleng."Tidak. Tidak. Lagipula hanya satu tahun kan, aku bisa menunggu selama satu tahun."ucap Aini membuat Max mengernyit.

"Ada apa denganmu? Bukannya kita baru saja sepakat kenapa berubah lagi."tanya Max tak habis pikir. Perasaannya seperti dipermainkan.

Aini menggeleng."Sayang, tadi aku sedikit cemburu. Tapi sekarang baik-baik saja. Kau bisa lanjutkan rencana pernikahan itu tapi jangan ada resepsi. Jika ada resepsi aku takut kau tidak akan bisa lepas dari pernikahan itu. Dan satu lagi, aku ingin kau mengatur agar aku bisa tinggal bersama kalian."ucap Aini membuat Max melotot.

"Tapi__"

"Tidak ada tapi. Aku hanya tinggal untuk menjagamu, tidak ada yang lain. Kau harus setuju atau aku akan menaruh curiga."

Max menggeleng tidak setuju.

"Aku mohon, bahkan tidak masalah jika aku tinggal di sana sebagai pelayan."ucap Aini membuat Max diam lalu menghela napas.

"Hanya itu keinginanku, sayang. Aku yakin kau akan mengerti jika ini aku lakukan karena terlalu mencintaimu. Aku hanya ingin menjaga milikku."ucap Aini lembut membuat Max akhirnya mengangguk.

Jadi dia harus mencari cara agar tidak ada resepsi dan juga memasukkan Aini ke rumah mereka nanti.

'Semoga nona Lily tidak curiga.' batin Max lalu menatap Aini yang kini sedang tersenyum.

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang