Happy Reading!
Lily membeli tiga ponsel sekaligus. Karena sepertinya ia akan lebih sering membanting ponselnya setelah ini.
"Kak Max mau ponsel baru?"tanya Lily membuat Max yang berdiri di belakang segera maju.
"Tidak, nona."ucap Max lalu mengambil alih tiga ponsel yang baru saja dibeli oleh Lily.
Lily tersenyum lalu mengangguk."Kalau begitu sekarang kita cari tempat makan."ucap Lily kemudian melangkah menuju mobil.
Max mengikuti di belakang. Sesekali ia memeriksa jam di ponselnya.
"Maaf nona, tapi tuan Revan bilang__"
Lily menghela napas lalu berbalik. Ia mendekat hingga tubuhnya berjarak beberapa centi dari Max. Jika saja tinggi badan mereka sejajar maka tinggal satu gerakan, bibir mereka pasti sudah bersentuhan.
"Kak Max bisa pulang duluan kalau mau?"ucap Lily membuat Max diam lalu segera membuka pintu mobil.
"Jika nona mau kita bisa pergi ke taman. Biasanya masih banyak yang jualan di sana."ucap Max membuat Lily tersenyum lalu segera memasuki mobil.
Setelah lima belas menit mengemudi, akhirnya Max menghentikan mobil di sekitar taman kota. Dan ternyata benar, masih banyak orang di sana. Bahkan bisa dilihat jika mereka adalah pasangan yang sedang berkencan, terbukti dari beberapa pasangan yang lebih suka duduk di tempat yang lebih gelap.
"Ini seperti kencan."ucap Lily lalu segera keluar dari mobil. Sedang Max hanya diam meski sedikit terkejut atas apa yang dikatakan Lily.
Max berdiri di samping Lily. Keduanya melangkah menuju salah satu pedagang bakso yang ada di sana.
"Nona ingin makan apa?"tanya Max membuat Lily mengernyit.
"Ini pertama kalinya aku ke sini. Jadi kak Max harus membelikanku makanan enak."ucap Lily yang diangguki oleh Max. Dia memesan dua mangkuk bakso dan dua minuman hangat.
Keduanya menunggu dan duduk lesehan di pinggir jalan. Sebenarnya ada meja tapi semuanya sudah penuh. Para anak muda yang sedang dimabuk cinta, sepertinya tidak ada niat untuk pergi. Mereka nampak betah meski makanan dan minuman sudah habis.
"Huuhhh"Lily memeluk tubuhnya sendiri. Ini tengah malam dan di luar tanpa dinding atau atap tentu saja akan terasa dingin.
Max yang melihat Lily kedinginan segera melepas jaketnya lalu memakaikannya ke gadis itu.
"Eh?"Lily menoleh dengan wajah kaget.
"Maaf, harusnya saya tidak mengajak nona ke tempat seperti ini."ucap Max merasa bersalah. Tentu saja, selain dingin juga ada banyak nyamuk.
Lily tersenyum tipis lalu menggeser duduknya hingga tidak ada jarak diantara dirinya dan Max.
"Kak Max sudah sering ke sini?"tanya Lily yang langsung dijawab anggukan oleh Max.
"Dengan siapa?" tanya Lily lagi.
"Dengan seseorang."
Lily melotot namun saat ingin bertanya lagi, bibi penjual bakso datang mengantarkan pesanan mereka.
"Terima kasih."ucap Max lalu memegang dua mangkuk berisi bakso.
"Punyaku mana?"tanya Lily meminta bagiannya.
Max menjaga jarak mareka."Ini masih panas. Nona bisa memakannya sebentar lagi."ucap Max membuat Elia menggeleng.
"Tapi bakso enaknya dimakan saat panas."ucap Lily dan ingin mengambil satu mangkuk namun Max menolak memberikannya.
"Tidak ada meja. Nona tidak bisa memegang mangkuknya karena masih panas." ucap Max kemudian seorang pria datang membawakan teh hangat yang mereka pesan.
"Letakkan di sini, pak!"titah Max menunjuk pembatas jalan dengan dagunya. Padahal Lily sudah siap ingin mengambil dua teh itu.
Paman yang membawa teh segera meletakkan tehnya di pembatas jalan lalu melangkah pergi.
"Apa baksonya sudah dingin?"tanya Lily. Sebenarnya ia sudah sangat lapar.
Max mendekatkan satu mangkuk ke arah Lily. "Nona bisa makan sekarang."
Lily tersenyum senang lalu mengambil alih mangkuk itu namun_
"Huuhh panas."keluh Lily kemudian meletakkan mangkuk tadi di jalan.
Max melotot panik lalu meletakkan bakso yang ada di tangannya kemudian memeriksa telapak tangan Lily.
Tubuh Lily langsung menegang saat telapak tangan Max menyentuh tangannya. Bahkan bukan hanya menyentuh tapi juga mengusapnya dengan lembut.
"Apa nona baik-baik saja?"tanya Max khawatir lalu meniup telapak tangan Lily beberapa kali.
Lily tersenyum tipis. Ini adalah pertama kalinya ada pria yang mengkhawatirkan dirinya. Tentu saja papa dan kedua kakak laki-lakinya tidak masuk hitungan.
"Sebaiknya kita pulang saja."ucap Max membuat Lily menarik tangannya.
"Tapi aku mau makan bakso."ucap Lily memelas.
"Bungkus saja, nanti makan di rumah. Nona juga nanti kedinginan dan di sini banyak nyamuk."ucap Max lalu berdiri dan melangkah mendekati penjual bakso tadi sedang Lily masih duduk di sana menunggu.
Plakk
"Awsss.."ringis Lily setelah menepuk nyamuk yang menggigit tangannya.
"Ehem.."
Lily mendongak dan melihat pria paruh baya yang sedang menatap ke arahnya.
"Kak Max."panggil Lily lalu segera berdiri dan berlari.
Bukk
Lily langsung memeluk Max membuat pria itu kebingungan.
"Ada ap__"
"Kak Max hiks Lily takut."isak Lily membuat Max menatap sekeliling kemudian melotot saat melihat pria yang dia yakini telah membuat Lily ketakutan. Max menatap pria itu tajam hingga menjauh karena takut.
Max berusaha melepas pelukan pada tubuhnya."Tenanglah, nona. Dia sudah pergi."ucap Max sedang Lily tetap saja tidak mau melepas pelukannya.
"Hikss aku takuttt."rengek Lily membuat Max menggendong tubuh putri majikannya itu menuju mobil. Untuk pria tadi, Max pastikan akan memberinya pelajaran nanti. Tidak mungkin dia membuat keributan sekarang apalagi dihadapan Lily. Max takut Lily akan trauma jika melihat kekerasan, mengingat perasaan putri dari majikannya itu sangatlah halus.
Sedang Lily hanya bisa menyembunyikan senyumnya di leher Max.
'Tebakanku benar, berada dipelukan kak Max sangat nyaman.' batin Lily lalu mengeratkan pelukannya di leher Max.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Nama Calla Lily diberikan sebagai lambang kecantikan dan kesucian oleh Revan dan Mawar untuk putri mereka. Ya, Lily memang tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi suci? Entahlah. Bagaimana bisa ia dikatakan suci setelah me...