Happy Reading!
"Selamat siang, pak. Kira-kira cincin seperti apa yang anda inginkan."
Max mengangguk pada pelayan toko kemudian melirik beberapa cincin pasangan. Dan tatapan Max tiba-tiba berhenti pada satu cincin dengan mutiara yang cukup besar.
"Berjanjilah kau akan memberiku cincin berlian yang paling mahal nanti. Aku ingin membuat semua orang di sini iri saat melihatnya."
"Bukankah sama saja. Yang penting kebersamaan kita."
"Tidak, tidak. Kebersamaan kita tentu penting tapi cincin berlian tak kalah penting."
Max menghela napas saat mengingat percakapannya dengan Aini dua tahun yang lalu. Cincin dengan berlian besar untuk membuat iri orang-orang.
"Bagaimana, pak. Apa ada yang anda sukai?"
Max menggeleng."Tunggu sebentar, saya akan menelpon calon istri saya dan bertanya."ucap Max lalu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Lily.
"Hallo.. Kak Max sudah beli cincinnya?"tanya Lily begitu telponnya diangkat.
"Belum. Saya hanya ingin tahu cincin seperti apa yang nona sukai."ucap Max. Pasalnya Lily kekeh memintanya untuk membeli cincin. Padahal pernikahan masih dua bulan lagi dan menurut Max mereka bisa membelinya bersama nanti.
"Terserah kak Max. Aku akan memakai cincin apapun yang kak Max pilih."
Max menghela napas."Tapi bagaimana jika nona tidak menyukai cincinnya."
"Aku tidak harus menyukai cincinnya. Lagipula jika yang membeli adalah pria yang kusukai maka aku juga pasti akan menyukai cincin yang dia beli."
Max diam sesaat."Bagaimana jika hanya cincin emas dan bukan berlian?"
"Cincin emas? Bagus, bagus. Aku mau cincin emas. Aku belum punya sebelumnya dan pastikan ada ukiran nama kita."
"Nona belum punya perhiasan emas?"tanya Max dan kembali melihat-lihat cincin.
"Iya. Papa selalu membelikan berlian."
Max langsung meringis.
"Baiklah, nona. Saya tutup dulu."
"Iya. Setelah membeli cincin, kak Max langsung ke sini ya."
"Iya, nona."
Tutt
Max menatap pelayan toko kemudian meminta maaf karena tidak jadi membeli.
"Tidak masalah, pak."
Max kembali ke mobil kemudian melajukannya ke salah satu toko perhiasan langganan mamanya.
"Cincin berlian."ucap Max saat ditanya apa yang dia cari.
Max membeli sebuah cincin yang paling dia suka. Semoga Lily juga menyukainya.
Setelah membeli cincin, Max segera melaju ke rumah Lily.
Begitu mobilnya memasuki halaman rumah, Max bisa melihat Lily melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan dress berwarna merah muda.
Max menahan senyumnya lalu keluar dari mobil.
"Kenapa nona di luar? Harusnya__"
Cupp
Max melotot karena tiba-tiba saja bibirnya dicium.
"Apa yang nona lakukan?"tanya Max dengan nada sedikit tinggi.
"Kenapa? Apa kakak tidak membaca pesan yang aku kirim."ucap Lily membuat Max mengernyit.
"Pesan apa?"tanya Max lalu segera mengambil ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp.
'Aku akan mencium kak Max setiap memanggiku nona. Dan tadi kak Max lima kali menyebut kata nona.'
Max melotot. Apa-apaan itu.
Cupp
Lily kembali mencium bibir Max membuat pria itu langsung bergerak mundur.
"No__ baiklah. Lily, kau tidak boleh lakukan ini. Bagaimana jika ada yang lihat."ucap Max membuat Lily tersenyum. Baiklah, lima ciuman lagi akan Lily tagih nanti.
"Mana cincinnya?"tanya Lily membuat Max mengambil cincin yang tadi dia beli.
"Saya harap kamu menyukainya."ucap Max membuat Lily mengangguk lalu tersenyum.
"Ayo masuk!"ajak Lily lalu menggandeng lengan Max masuk ke dalam rumah.
Max mengernyit. Tumben sekali rumah besar ini sepi. Biasanya pasti ada saja pekerja di sana sini, tapi hari ini malah tidak terlihat satupun.
Lily menyeringai."Kak Jevin dan istrinya sedang pergi. Sedang papa dan mama ada urusan di luar. Jadi hanya ada kita berdua di rumah."ucap Lily membuat Max kaget.
"Berdua?"
Lily mengangguk."Aku meminta para pelayan kembali ke bangunan belakang lebih awal."ucap Lily dengan senyum manis.
"Nona, sebaiknya saya_"
Cupp
Lily kembali mencium bibir Max dan juga melumatnya.
Max menggeram marah lalu mencengkram pinggang Lily kemudian memperdalam ciuman mereka.
"Hhhh"Lily melotot kaget saat bibirnya dilumat kasar. Bahkan lidah Max sudah masuk dan mendominasi isi mulutnya.
Bahkan kepalanya ditahan agar tidak bergerak dan yang bisa Lily lakukan hanya meremas kemeja yang pria itu kenakan.
Sedang Max semakin membabi buta. Kini dia malah memggendong tubuh Lily menuju sofa kemudian menindih gadis itu.
Ini kan yang kamu mau, batin Max. Sedang Lily hanya pasrah. Kedua lengannya mengalung di leher Max.
Suara kecapan dan geraman bersahutan di ruang tamu mewah itu. Hingga Lily mendorong dada Max karena kehabisan napas.
"Akhh hahhhh hahhh"Lily langsung mengambil napas sebanyak-banyaknya saat Max mengakhiri ciuman mereka.
Sedang Max langsung bangkit dari posisinya. Ada sedikit perasaan bersalah yang dia rasakan namun Max menahan diri untuk meminta maaf. Lagipula ini salah gadis itu yang terus memancing dirinya.
Lily tersenyum lalu merapikan pakaiannya kemudian turun dari sofa.
"Apa kak Max tidak takut menciumku seperti tadi?"tanya Lily membuat Max menoleh.
"Saya akan pulang dan_"
"Ada cctv yang tersambung ke ponsel papa."beritahu Lily membuat Max melotot lalu melirik ke kiri dan kanan hingga akhirnya dia menemukan yang dicari.
Max meremas rambutnya kemudian menatap Lily. Jadi ini adalah rencana Lily. Rencana agar pernikahan mereka dipercepat. Pasalnya tadi malam gadis itu juga merengek dan meminta pernikahan dipercepat tapi Max tolak.
Dasar gadis kecil yang licik, batin Max.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Nama Calla Lily diberikan sebagai lambang kecantikan dan kesucian oleh Revan dan Mawar untuk putri mereka. Ya, Lily memang tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi suci? Entahlah. Bagaimana bisa ia dikatakan suci setelah me...