Part 18

8.2K 716 60
                                    

Happy Reading!

Mawar menggeleng pelan lalu menatap putrinya."Mama tidak mengerti, kenapa Max tiba-tiba saja meminta agar tidak ada resepsi."ucap Mawar membuat Lily yang baru saja minum susu langsung tersenyum.

"Wajar saja, mah. Bukankah akad nikahnya dimajukan, jadi pasti tidak akan sempat mengurus resepsi."ucap Lily kemudian meletakkan gelas kosong di atas meja.

"Tapi ini aneh. Sepertinya mama harus bicara dengan papamu."ucap Mawar lalu bersiap pergi namun dicegah oleh Lily.

"Mah, resepsi tidak begitu penting. Lagipula kak Revin dan kak Jevin juga belum resepsi."ucap Lily membuat Mawar menggeleng.

"Itu masalahnya, sayang. Kedua kakakmu mungkin bisa menundanya. Tapi untukmu, mama tidak mau ada penundaan apalagi jika ditiadakan. Kau adalah putri kami satu-satunya."ucap Mawar membuat Lily tersenyum manis.

"Mah, Lily baik-baik saja. Resepsinya kita tunda dulu sementara. Mungkin nanti saja setelah resepsi kak Revin dan kak Jevin."ucap Lily memberi pengertian.

"Tapi_"

"Mah, Lily mohon. Tidak perlu memperpanjang masalah ini."

Mawar diam lalu menghela napas."Baiklah. Tapi jika mama menemukan sesuatu yang salah. Lebih baik pernikahan ini kita batalkan."ucap Mawar lalu melangkah pergi meninggalkan ruang makan.

Lily melirik ponselnya lalu mengusap rambutnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Sebelumnya kedua keluarga sudah sepakat untuk mengadakan resepsi besar-besaran. Lalu kenapa tiba-tiba berubah?

'Pasti terjadi sesuatu?' batin Lily kemudian mengambil ponselnya dan berlalu menuju kamarnya.

Brakk

Lily menutup dan mengunci pintu kemudian berbaring di atas tempat tidurnya.

"Kak Max sepertinya benar-benar akan menepati perjanjian itu."gumam Lily. Karena dengan ditiadakan resepsi maka hanya sedikit orang yang tahu pernikahan mereka.

'Baiklah. Kita lihat siapa yang paling jago bermain.' batin Lily lalu menyeringai.

Tepat jam dua siang, Lily memasuki ruang kantor papanya.

"Papa."panggil Lily membuat Revan yang sedang sibuk membaca sebuah dokumen langsung mendongak.

"Ada apa, sayang? Kemarilah!"pinta Revan mengulurkan tangannya.

Lily tersenyum lalu berlari mendekati papanya.

"Papa sibuk?"tanya Lily yang kini sudah duduk dipangkuan papanya.

Revan menutup dokumen yang tadi dia baca kemudian fokus pada putrinya.

"Ada apa, hm? Kau membutuhkan papa?"tanya Revan lembut.

Lily mengangguk lalu merapikan dasi papanya yang sedikit berantakan.

"Aku ingin kencan dengan papa."ucap Lily membuat Revan mengernyit.

"Kencan dengan papa? Apa Max menolak ajakanmu hingga kau datang ke sini?"tanya Revan membuat Lily menggeleng.

"Papa harus mau ya. Karena aku sudah meninggalkan jadwal belanja dan datang ke sini menemui papa."ucap Lily manja membuat Revan terkekeh lalu mengecup pipi putrinya.

"Baiklah. Ayo! Kita mau ke mana?"tanya Revan membuat Lily tersenyum lebar.

"Kita ke taman saja."ucap Lily membuat Revan tersenyum lalu mengambil dompet dan kunci mobilnya.

Begitu tiba di taman, Lily langsung menggandeng lengan papanya menuju kursi panjang.

"Kok papa senyum terus, ada yang lucu?"tanya Lily pasalnya sedari tadi papanya terus tersenyum.

Revan mengangguk. Ini adalah taman yang sama saat Mawar melarikan diri dan menjual kalungnya di pasar. Sudah berlalu puluhan tahun dan tempat ini sudah jauh lebih indah.

"Papa mau cerita?"tanya Lily membuat Revan menggeleng.

"Hanya kenangan masa lalu papa dan mama."ucap Revan lalu mereka tiba di sebuah meja dengan dua kursi.

"Papa dan mama dulu pernah kencan di sini?"tanya Lily membuat Revan tertawa.

"Bukan kencan, tapi ini kejadian menyebalkan. Saat itu mama benar-benar menguji kesabaran papa."ucap Revan membuat Lily tersenyum. Sedikit banyak ia sudah tahu cerita masa lalu orang tuanya. Dan Lily rasa, gen papanya benar-benar turun kepada tiga anaknya.

"Tapi papa mencintai mama, kan?"tanya Lily.

"Sangat."jawab Revan.

Lily tersenyum."Aku juga ingin dicintai seperti papa mencintai mama."ucap Lily.

Revan menyentuh lengan putrinya."Papa pastikan itu akan terjadi."

"Terima kasih, pah. Lalu apa papa tahu kenapa kak Max tidak mau ada resepsi? Padahal sebelumnya sudah sepakat."tanya Lily membuat Revan diam.

"Pah.."

"Papa belum tahu. Tapi kemungkinan besar ini ada hubungannya dengan wanita itu."ucap Revan membuat Lily mengernyit.

"Wanita itu? Maksud papa Aini?"

Revan mengangguk."Papa dapat info kalau kemarin Max pergi menemui wanita itu. Tapi apa yang mereka bahas, papa tidak tahu."

Lily menghela napas."Bukankah sudah jelas. Sepertinya aku tidak bisa masuk ke dalam hati kak Max."

"Bukan tidak tapi belum. Max adalah pria yang baik, papa tahu itu. Dan wanita itu, tidak sebaik yang Max tahu. Akan ada waktu di mana Max akan menyadari semua itu."ucap Revan membuat Lily diam.

"Tadi malam, kak Max juga meminta agar kami tinggal bersama di rumah baru. Apa menurut papa ini ada kaitannya dengan wanita itu?"

"Rumah baru?"tanya Revan bingung. Pasalnya dia tak tahu tentang hal ini.

Lily mengangguk."Aku tidak katakan ini pada siapapun bahkan mama. Tapi apa menurut papa ini adalah hal yang baik?"tanya Lily membuat Revan diam.

Tidak ada resepsi dan ingin pindah ke rumah baru. Pasti ada alasan dibalik ini semua.

"Setujui saja. Papa akan membeli rumah baru dan meletakkan banyak cctv di dalamnya. Papa ingin tahu apa sebenarnya yang Max rencanakan."ucap Revan membuat Lily menggeleng.

"Kak Max bilang dia sudah menemukan rumah baru dan juga orang-orang untuk bekerja di sana."beritahu Lily membuat Revan semakin dibuat penasaran.

"Lalu apa kau setuju?"tanya Revan.

Lily mengangguk."Tapi aku ingin mendengar pendapat papa."

Revan diam sebentar. Tinggal di rumah baru?

"Di mana Max membeli rumah? Apa dia memberitahumu, sayang?"

Lily menggeleng."Aku tidak tahu tepatnya tapi aku rasa itu di luar kota, dekat restoran yang dikelola kak Max."

"Max ingin tinggal jauh dari para orang tua. Ini aneh sekali,"gumam Revan lalu menyeringai."Sepertinya papa tahu alasannya."

Lily melotot."Apa, pah?"

Revan menatap putrinya."Dengar, sayang! Papa akan selalu mendukungmu, jadi lakukan apapun yang kau inginkan."

"Maksud papa?"

"Papa rasa Max akan membawa wanita itu untuk tinggal bersama di rumah baru yang dia beli."

Lily melotot lalu menyeringai."Lily paham, pah."

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang