(21+)Bagian 21

20.9K 767 58
                                    

Happy Reading!

Max terus menghentak kuat membuat suara desahan Lily semakin membahana. Bahkan mereka sudah melakukannya selama dua jam namun tidak ada tanda-tanda penyatuan ini akan selesai.

"Ahh kak Max."desah Lily saat tubuhnya ditarik diminta berganti posisi.

Max menggeram lalu kembali bergerak cepat membuat tubuh Lily bergetar hebat. Tubuhnya terasa sangat penuh, apalagi milik Max memang sangat besar. Benda itu menusuk keras dan dalam membuat Lily kepayahan namun ketagihan.

"shh sempit."racau Max kemudian membuka semakin lebar kaki Lily lalu bergerak semakin cepat. Miliknya kembali berkedut dan siap untuk menembakkan cairan cinta yang sudah beberapa kali dia lakukan.

Lilypun tak mau kalah. Ia ikut bergerak berlawanan arah hingga penyatuan itu terjadi sangat keras. Suara tabrakan kulit keduanyapun terdengar sangat nyaring memenuhi seisi kamar.

Desahan, teriakan dan bunyi penyatuan terus saja mengisi keheningan malam hingga beberapa menit kemudian tubuh kedua manusia yang tadi bergemul kesetanan mencapai puncaknya.

Max langsung ambruk di atas tubuh Lily dengan kondisi yang masih menyatu. Namun seperti tadi, miliknya kembali mengeras meski sudah beberapa kali mencapai titik kenikmatan.

Lily yang masih mengatur napas hanya terkekeh. Milik Max kembali mengeras dan itu artinya penyatuan malam ini tidak akan berakhir cepat.

"Hmm"Max memenjamkan mata saat wanita di bawahnya bergerak. Kemudian langsung menyambar bibir Lily dan bersiap memulai kembali ronde berikutnya.

Beberapa menit kemudian, kamar kembali dipenuhi jeritan dan desahan. Bahkan mereka kini sudah pindah ke kasur lain karena kasur sebelumnya sudah basah karena cairan mereka yang bercampur dan membasahi sprei.

Max membawa tubuh Lily dalam gendongannya kemudian memojokkan tubuh wanita itu di dinding.

"ahh hh"Lily terus mendesah dan sesekali mencakar pundak Max saat merasakan hentakan keras pada tubuhnya.

Setelah beberapa menit, keduanya kembali mencapai puncak. Lily bahkan sudah pasrah dan memeluk tubuh Max. Ia sudah sangat lelah namun enggan meminta berhenti.

"Arghhh"geram Max saat miliknya kembali bangun. Rasanya tidak ada kata puas padahal mereka sudah bergemul cukup lama.

Tanpa kata lagi, Max membawa tubuh Lily memasuki kamar mandi dan memulai sesi baru percintaan dalam berbagai posisi. Kegiatan itu berhenti saat efek obat pada Max hilang namun pada saat itu Lily sudah jatuh pingsan.

Max menidurkan tubuh Lily di atas sofa kemudian menyelimutinya. Sekali lagi, Max hanya bisa membeku melihat kekacauan yang terjadi di kamarnya. Sprei yang basah dan aroma bekas percintaan yang sangat kental.

"Apa yang aku lakukan?"gumam Max lalu semakin merasa bersalah saat melihat warna meras di atas sprei.

Max meremas rambutnya kemudian tubuhnya meluruh di lantai.

Pagi harinya, Max yang baru membuka mata langsung bangun. Kenapa dia bisa tidur di lantai.

"Kak Max sudah bangun sshh"desis Lily lalu tertawa."Aku ingin membantu kakak tapi aku sendiri juga butuh bantuan. Kakak benar-benar membuat seluruh tubuhku remuk hh"

Max berdiri lalu menatap Lily."Apa yang terjadi tadi malam bukan sesuatu yang kakak sengaja."ucap Max membuat Lily melotot.

"Apa maksud kakak? Aku sudah setuju kita tidur pisah kasur dan keinginan aneh kakak agar kita tidak melakukan itu. Tapi kakak sendiri yang menyerangku bahkan__"

"Ada seseorang yang memberiku obat."ucap Max. Dia sangat yakin itu karena sebelumnya itu tidak pernah terjadi.

Lily menggeleng tak percaya lalu tersenyum miris.

"Teh tadi malam. Apa kau memasukkan sesuatu ke dalam teh tadi malam?"tanya Max dengan pandangan menuduh membuat Lily mulai berkaca-kaca.

"Untuk apa aku lakukan itu, kak?"tanya Lily serak.

"Tentu saja untuk membatalkan perjan__"Max berhenti lalu menatap wanita yang tadi malam sudah dia perawani. Dia hampir keceplosan, padahal Lily tidak tahu apapun tentang perjanjian itu.

Wajah Lily sudah memerah menahan tangis membuat Max menghela napas kasar.

"Hiks"

Max mendekat dan duduk di bawah kaki Lily yang duduk di sofa."Siapa yang membuat teh tadi malam?"tanya Max.

"Aku hiks menyuruh bi Wati tapi yang mengantar teh pekerja lain."

"Siapa?"

"Nia hiks"

Max melotot lalu berdiri kemudian melangkah keluar dari kamar. Sedang Lily langsung berhenti menangis dan dengan gerakan pelan melangkah mengambil ponselnya.

Begitu tiba di dapur, Max langsung bertemu bi Wati.

"Apa istriku meminta bibi membuat teh tadi malam?"tanya Max.

"Betul, tuan. Apa ada masalah?"

"Apa istriku meminta bibi memasukkan sesuatu ke dalam teh?"tanya Max. Dia harus memastikan segalanya.

Bi Wati menggeleng."Nyonya hanya bilang ingin teh miliknya lebih banyak gula."

"Hanya itu?"

Bi Wati mengangguk.

"Lalu kenapa Nia yang mengantar teh ke atas?"tanya Max lagi.

Bi Wati mematikan kompor. Sepertinya ada masalah serius."Maaf tuan, tapi saat saya ingin membuat teh, Nia sedang ada di dapur. Dan saat  saya bilang akan membuat teh untuk tuan dan nyonya, Nia langsung meminta untuk melakukannya bahkan sampai mendorong tubuh saya."

Max mengernyit."Mendorong?"

Bi Wati mengangguk."Nia memaksa untuk membuat teh. Sekali lagi maaf, tuan. Apa ada sesuatu yang salah?"

Max menghela napas."Lalu di mana Nia sekarang?"tanya Max.

"Saya memintanya untuk pergi ke pasar membeli sayur."

Max mengangguk lalu tanpa diketahui oleh siapapun dia masuk ke dalam kamar Aini.

Satu persatu lemari dan laci diperiksa oleh Max dan akhirnya dia menemukan sesuatu.

Max menggeram marah."Untuk apa Aini melakukan ini?"

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang