Part 9

9.3K 537 15
                                    

Happy Reading!

Lily menutup pintu kamar kemudian menguncinya. Sekarang ia sudah tidak punya harapan lagi. Padahal selama berbulan-bulan lamanya Lily telah menunjukkan segala sisi baik yang ia punya. Tapi ternyata semua itu juga tidak ada gunanya.

Lebih sial lagi karena papanya tidak ada di rumah dan akan berada di luar negeri selama satu minggu. Jika selama itu maka Max pasti sudah bertunangan.

"Apa yang harus aku lakukan?"gumam Lily. Di rumah ini ia punya dua kakak tapi keduanya tidak bisa diandalkan. Yang satu sudah seperti mayat hidup di rumah sakit dan satunya lagi masih sibuk dengan urusan rumah tangga.

Lily menghela napas lalu mencoba menenangkan diri. Pasti ada jalan lain agar ia bisa memiliki Max. Jujur saja Lily tidak ikhlas jika pria yang ia cintai malah menikah dengan wanita lain.

"Kak Max adalah milikku. Hanya milikku."gumam Lily kemudian tertawa. Memangnya apa yang tidak bisa ia miliki di dunia ini. Lagipula itu baru pertunangan, jadi pasti ada cara untuk membatalkannya.

Dan satu-satunya orang yang bisa membantu adalah papanya.

"Aku harus mulai menyusun rencana agar saat papa pulang. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain mengabulkan keinginanku."gumam Lily lalu tersenyum tipis.

Dan inilah yang terjadi. Lily menolak keluar dari kamar sejak pagi dan melewatkan sarapan hingga Mawar yang baru saja pulang dari rumah sakit dibuat kaget.

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau Lily tidak sarapan tadi pagi."ucap Mawar marah lalu kembali mengetuk pintu.

Tok tok

"Sayang, buka pintunya! Mama membawa makanan kesukaanmu."teriak Mawar dari luar. Sedang di dalam Lily hanya menguatkan tekadnya. Sebenarnya ia kasihan dengan mamanya yang sudah punya banyak masalah tapi hal ini benar-benar tidak bisa ditunda.

"Maafin Lily, mah. Tapi bagaimanapun caranya kak Max harus menjadi milik Lily."ucap Lily lalu berbaring di atas tempat tidur kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.

Tok tok

"Lily, sayang. Tolong buka pintunya!"ucap Mawar tak menyerah.

"Sebaiknya kita dobrak saja, nyonya. Mungkin non Lily pingsan atau_"

Mawar melotot lalu mengangguk."Iya. Cepat panggil orang untuk mendobrak pintunya!"titah Mawar cepat.

"Baik, nyonya."

Tidak lama, dua orang pria berbadan besar datang.

"Dobrak pintunya!"ucap Mawar membuat dua pria tadi segera melaksakan perintah.

Brukk

Brukk

brukk

Akhirnya setelah tiga kali mendobrak, pintu berhasil terbuka. Mawar segera melangkah masuk dan melihat keadaan putrinya.

"Lily, sayang. Apa yang terjadi, nak?"tanya Mawar panik sedang Lily hanya diam.

Mawar mengusap wajah pucat putrinya karena melewatkan sarapannya tadi pagi.

"Sayang, jika kau punya masalah. Kau bisa cerita dengan mama."ucap Mawar sedih lalu meminta pelayan di luar membawa masuk makanannya.

"hiks mama."isak Lily membuat Mawar ikut menangis.

"Sayang, katakan! Apa ada yang menyakitimu. Ayo katakan pada mama."pinta Mawar membuat Lily menggeleng pelan.

"Hati Lily sakit, mah." ucap Lily pelan.

"Apa maksudmu, sayang. Cepat beritahu mama apa yang terjadi."desak Mawar namun Lily tidak mengatakan apapun lagi dan hanya menangis.

"Lily.."Ucap Mawar sedih lalu memeluk tubuh putrinya.

Setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya Mawar berhasil memaksa putrinya untuk makan. Tapi Lily tetap tidak mengatakan apa yang terjadi.

Mawar kembali ke kamarnya dan menangis. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Suaminya sedang pergi dan kedua putranya yang lain juga masih perlu bantuannya.

"Tuhan, aku mohon jangan biarkan siapapun melukai putriku."ucap Mawar ditengah tangisannya.

Sedang di dalam kamar, Lily hanya bisa merutuki apa yang ia lakukan. Namun meskipun merasa menyesal tapi tidak ada niat untuk berhenti.

Hanya ini satu-satunya cara untuk memiliki Max.

"Maafin Lily, mah. Dan tolong jangan menangis karena Lily."gumam Lily sedih. Ia tahu saat ini mamanya pasti sedang menangis. Hal yang selalu mamanya lakukan jika anak-anaknya dalam masalah atau membuat masalah.

Lily mengatur napas lalu mengambil ponsel miliknya. Waktu satu minggu masih panjang, ia tidak boleh lengah ataupun lemah.

Sekarang layar ponselnya sedang memperlihatkan foto Max yang Lily ambil diam-diam.

"Aku jadi penasaran bagaimana bentuk dari wanita yang ingin kak Max nikahi. Apa wanita itu lebih cantik dari diriku?"gumam Lily lalu membuka sosial medianya.

Lily mencari akun Max dan ketemu. Namun tidak ada foto apapun, sepertinya juga tidak pernah digunakan. Tapi ada satu akun yang diikuti membuat Lily segera memeriksanya.

"Aininya_Max."gumam Lily lalu bergidik ngeri. Alay banget namanya.

Lily membuka akun itu dan mendapati banyak foto selfi. Bahkan sepertinya semua kegiatan wanita itu diposting di media sosialnya.

"Biasa saja. Tidak ada yang spesial."gumam Lily dan terus melihat semua foto diakun itu hingga ia melihat ada satu foto yang baru saja diposting dan itu foto Max.

Selalu bersamamu, itu adalah captionnya lalu ada gambar cincin.

Lily mulai berpikir. Jika memang sudah pacaran selama lima tahun harusnya wanita itu pasti kenal dengan keluarga Max. Tapi kenapa tidak ada satupun foto kedekatan wanita itu dan keluarga Max. Bahkan dihari pertunangan seperti ini tidak ada keluarga Max.

"Apa kak Max tidak direstui keluarganya untuk menikah?"gumam Lily. Karena memang sangat aneh. Kak Max cuti tapi selalu pulang ke tempat kekasihnya. Lalu kenapa tidak pernah cuti dan pulang ke rumahnya sendiri.

Lily tersenyum tipis. Sepertinya segalanya akan berjalan dengan sangat mudah.

Bersambung

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang