Happy Reading!
Lily menyeringai lalu masuk ke dalam kamar. Ia cukup yakin bahwa perdebatan tadi dimenangkan oleh dirinya.
"Sekarang aku hanya harus menunggu."gumam Lily lalu duduk di kasur dengan senyum lebar. Tapi ada satu hal yang membuatnya penasaran.
"Aku yakin kak Max akan setuju untuk menikah tapi bagaimana cara papa mengurusnya?"ucap Lily lalu berdiri. Ia harus mencari tahu.
Di tempat lain, tepatnya di perpustakaan. Revan mengajak Max untuk bicara.
"Kapan kau akan menikah?"tanya Revan membuat Max diam. Meski sudah bertunangan tapi pernikahan masih belum dipikirkan. Apalagi tabungan untuk menikah juga sudah dipinjam oleh calon adik iparnya.
"Kami belum membahasnya, tuan."ucap Max jujur.
Revan tersenyum sinis lalu mengeluarkan sebuah dokumen. "Baca dan tandatangani jika kau setuju."
Max mengambil dokumen itu kemudian membacanya.
"Tuan, ini_" Max tak bisa berkata apapun lagi setelah membaca dokumen itu hingga selesai.
"Kau akan mendapatkan uang dan rumah jika mau menikah dengan putriku. Hanya untuk satu tahun."ucap Revan santai namun Max langsung menggeleng.
"Maaf, tuan. Tapi saya tidak bisa."tolak Max lalu berdiri.
"Max, kau tahu jelas apa yang bisa aku lakukan untuk putriku. Sebaiknya setujui saja sebelum aku melakukan sesuatu yang pastinya tidak akan kau sukai."ucap Revan santai membuat Max duduk kembali.
"Tuan, saya sudah memiliki tunangan."ucap Max.
"Ya dan putriku menyukaimu. Aku tidak peduli pada putri orang lain tapi putriku harus mendapatkan apa yang ia inginkan."ucap Revan membuat Max terkekeh. Rasanya tidak bisa dipercaya dia mendengar hal seperti itu dari seorang ayah.
"Tapi putri tuan harus tahu bahwa tidak segala hal bisa ia dapatkan."ucap Max.
"Kenapa putriku harus tahu itu jika ia bisa dapatkan segalanya,"sahut Revan lalu menatap Max tajam."Jika Lily mau ia bisa dapatkan apapun termasuk dirimu."lanjut Revan angkuh.
Max tersenyum sinis."Saya bukan barang yang bisa dimiliki hanya karena ingin."
Revan menyeringai."Saat ini aku masih memperlakukanmu sebagai manusia. Tapi jika kau menolak aku tidak menjamin perlakuanku akan tetap sama."
Max berdiri."Saya rasa tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan. Saya menolak apapun yang tuan tawarkan dan ya setujui surat pengunduran diri saya secepatnya."ucap Max lalu bersiap pergi namun telponnya tiba-tiba saja berdering.
Aini, batin Max lalu segera menjawab panggilan itu.
"Iya, sayang?"
"Sayang, aku sudah melihat rumahnya. Sangat besar dan mewah. Aku ingin rumah itu sebagai hadiah pernikahan."
Max mengernyit.
"Rumah apa?"
"Jangan bercanda. Aku tahu kalau majikanmu menawarkan rumah mewah dan uang lima milyar asal kau menikahi putrinya. Aku rasa itu tidak buruk, lagipula hanya untuk satu tahun."
Max melotot."Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu. Kita akan menikah sebentar lagi."
"Kita bisa menundanya selama satu tahun. Setelah kau bercerai baru kita menikah. Ayolah, sayang! Ini adalah hal yang bagus. Rumah mewah dan uang lima milyar cukup untuk kita membangun rumah tangga."
"Tapi.."
"Aku tidak peduli. Jika kau mencintaiku terima kesepakatan itu."
Tutt
Max terdiam saat melihat telponnya diputus secara sepihak.
Revan tersenyum."Bagi putriku kau adalah pria yang berharga tapi sepertinya kau tidak seberharga itu bagi tunanganmu."ucap Revan lalu mendorong dokumen tadi kehadapan Max
Jaru-jari Max mengepal. Tidak menyangka jika Aini akan mengatakan hal seperti itu. Memangnya pernikahan itu mainan?
Dengan emosi, Max menandatangi dokumen itu kemudian menghela napas kasar.
"Tapi bagaimana jika dalam satu tahun nona Lily malah tidak ingin bercerai?"tanya Max membuat Revan mengeluarkan sebuah foto dibalik jasnya.
Max melihat foto itu. Seorang pria yang cukup tampan.
"Namanya Arland, dia adalah pewaris keluarga Utomo. Setelah kau dan Lily menikah, Arland akan masuk sebagai bodyguard Lily."ucap Revan membuat Max mengernyit.
"Maksud tuan?"
"Singkatnya, aku dan keluarga Utomo sudah sepakat menjodohkan Lily dan Arland. Tapi karena hal ini terpaksa perjodohan itu ditunda. Tapi bukan berarti dibatalkan. Arland akan masuk dan mendekati Lily sebagai seorang bodyguard. Aku yakin ini akan berhasil."jelas Revan membuat Max diam.
"Dan ya, jangan pernah menyentuh putriku. Meski ia menjadi istrimu bukan berarti kalian harus tidur bersama. Jika kau tidur dengan putriku apalagi sampai menghamilinya maka kesepakatan kita batal."ucap Revan menahan seringainya.
Max mengangguk lalu berdiri."Saya mengerti, tuan."ucap Max lalu melangkah pergi meninggalkan perpustakaan.
Brukk
"Ughh, sayang hati-hati!"tegur Revan saat Lily tiba-tiba saja melemparkan diri dan memeluk lehernya.
Lily menunjukkan dua jempol miliknya."Papa yang terbaik."ucap Lily dengan senyum lebar.
Revan mengangguk bangga pada dirinya sendiri."Sisanya papa serahkan padamu."ucap Revan yang langsung diangguki oleh Lily.
Lily bangun dan duduk dengan benar di samping papanya."Tapi kenapa harus kak Arland? Kak Arland kan nyebelin."ucap Lily kesal membuat Revan mengusap kepala putrinya.
"Meski menyebalkan tapi dia yang paling tampan diantara ponakan papa. Jadi terima saja."ucap Revan membuat Lily kembali memeluk papanya.
"Baiklah. Tapi apa papa mau taruhan dengan Lily?"tawar Lily dengan senyum menyebalkan.
"Taruhan apa?"tanya Revan.
"Berapa lama kak Max tahan untuk tidak menyentuh Lily?"tanya Lily membuat Revan diam sesaat lalu menunjukkan satu jarinya.
"Satu jam?"tanya Lily cepat.
Revan menggeleng."Satu bulan."
"Ck! Lama sekali." rajuk Lily kesal.
Revan terkekeh."Anggap saja satu bulan itu sebagai bukti kalau Max berusaha setia pada tunangannya tapi bulan berikutnya dia akan berpikir sebagai seorang pria."ucap Revan membuat Lily mengangguk mengerti.
"Terima kasih, pah."ucap Lily dengan senyum manis.
Revan mengangguk lalu mengecup kening putrinya."Dan ingat! Apapun yang terjadi hari ini harus dirahasiakan dari mama."pesan Revan.
"Siap, pah."ucap Lily lalu segera melangkah keluar dari perpustakaan.
Dalam satu minggu, Lily yakin bisa membuat Max menyentuh dirinya dan membatalkan perjanjian itu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Nama Calla Lily diberikan sebagai lambang kecantikan dan kesucian oleh Revan dan Mawar untuk putri mereka. Ya, Lily memang tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi suci? Entahlah. Bagaimana bisa ia dikatakan suci setelah me...