Shaka dan Rendi saling bertukar pandangan satu sama lain. Dua cowok yang tengah memakai pakaian olahraga itu memutuskan untuk duduk santai di ruang kesiswaan dan menyalakan AC dengan suhu lebih rendah. Sejujurnya keduanya bersyukur karena ditengah acara pemanasan di mapel Penjaskes tadi, Bu Ayu memanggil mereka untuk mengadili-tidak, maksudnya memarahi-Bagas yang kembali berulah. Shaka dan Rendi selaku anggota OSIS yang berpangkat sebagai seksi bidang Budi Pekerti Luhur dan Akhlak Mulia pun berusaha melakukan tanggung jawabnya dengan baik.Namun, jika berurusan dengan Bagas, keduanya mungkin sudah bosan. Cowok bebal itu sudah kebal dari segala petuah yang Shaka dan Rendi katakan. Saking seringnya membuat masalah di sekolah, Bagas jadi tidak tahu diri. Ngeselin, memang. Jadi, untuk kali ini kedua orang itu hanya membiarkan Bagas rebahan santai di kursi sambil bermain game 'My Talking Tom' di ponselnya.
"Duh Gusti, gabut banget!"
Shaka dan Rendi yang semula sedang melihat kelasnya-XI MIPA 1-yang tengah olahraga di lapangan pun segera menoleh pada presensi seorang Bagas yang tengah duduk sembari meregangkan otot tubuhnya.
"Gabut melulu, lo." Shaka berkomentar.
"Kayak teori biologi yang menyatakan bahwa 60% manusia adalah air, gue curiga 60% kehidupan lo isinya gabut doang." Rendi juga turut berkomentar.
Bagas memincingkan tatapannya kepada sahabatnya yang sok cool seperti es doger itu, soalnya walau dingin tapi terkadang juga random.
"Dih, gue mah kalau gabut, ya, gabut aja. Enggak usah pakai mikir teori segala," sungut Bagas.
"Iya, soalnya lo, 'kan, nggak bisa mikir," sahut Rendi segera dengan ekspresi wajah yang tenang.
Bagas tersenyum lemah sembari mengusap dadanya-berusaha sabar. Berbeda dengan Shaka yang kini telah menyemburkan tawanya keras, karena memang tugasnya di antara Bagas dan Rendi adalah tim hore. Ia akan menertawakan setiap kalimat savage milik Rendi yang ujungnya akan membuat Bagas menutup mulutnya rapat.
"Jangan-jangan, lo kempesin bannya Si Black Buraq juga karena gabut lagi, Gas?" tebak Shaka setelah tawanya reda.
Oh, iya, omong-omong hal yang membuat Bagas ditahan di ruang kesiswaan ini karena laporan Pak Agus yang menuduh Bagas mengempeskan ban si Black Buraq alias motor Astrea warna hitam kesayangan miliknya di parkiran guru beberapa hari lalu. Huh, Pak Agus memang begitu orangnya, suka seenaknya menuduh orang. Padahal, sih, memang benar pelakunya adalah Bagas.
Motor itu dinamai demikian, katanya karena walaupun motornya sudah terlihat usang, tua, dan seperti sudah minta dipensiunkan, namun lajunya masih bisa diadu dengan lari kucing oren sekalipun yang begitu kencang. Pak Agus biasanya berangkat sekolah dengan mengendarai Black Buraq dengan tampang bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Teen FictionApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4