"Jatuh hati atau patah hati sekali pun. Pastikan bahwa hatimu akan tetap hidup untuk seseorang. Meski ia tak akan pernah utuh karena terkikis isakan tangis yang nyaring."
"Udah seminggu ini Kak Bagas nyari kamu terus. Dan aku selalu jawab, enggak tahu."
Sekar menipiskan bibirnya setelah mendengar sahutan suara sang sepupu dari sambungan telepon. Sore ini Kamal banyak bercerita tentang Bagas yang terus saja berusaha mencari tahu tentang keberadaannya. Memang, tidak ada yang tahu kalau dirinya sedang di Jogja kecuali Kamal. Sekar pun juga menyuruh laki-laki itu untuk tidak memberitahu siapa pun, terutama Bagas.
"Aku sama Kak Bagas udah putus, Mal. Dan aku rasa nggak ada lagi hal yang harus aku omongin sama dia. Kita udah selesai."
Sekar sudah sembuh total. Cewek itu merasa bahwa ia sudah mengingat seluruh memori yang sempat hilang dari kepalanya. Meski kenangan dengan Bagas tetap membekas dan sulit untuk dilupakan. Serta sekaligus yang memberi luka paling dalam.
Sekar bukan kecewa. Bukan juga membenci Bagas. Ia hanya merasa sedikit bodoh karena sudah ditipu banyak orang. Mungkin, itu juga kesalahannya karena sudah terlalu banyak memberikan hatinya kepada Bagas. Namun, tidak ada yang patut disesali, semua ini sudah takdir dari Tuhan yang tak bisa dihindarkan.
Beberapa detik kemudian, Mas Janu keluar dari sebuah pintu. Wajahnya menampakkan senyum berseri kemudian berjalan mendekat pada Sekar yang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Sang adik lantas bangkit dan membantu kakaknya yang terlihat kesulitan berjalan dengan kruk sebagai alat bantu. Hari ini adalah jadwal kontrol ke dokter.
"Gimana kata dokternya?" Sekar bertanya pelan.
"Aman. Masmu ini kan kuat," Januar menimpali.
Dengan cepat Sekar meraih secarik kertas dari genggaman laki-laki itu dan berucap pelan, "Mas di sini aja. Biar Sekar yang tebus obatnya." Kemudian melenggang pergi.
Sekar telah kembali ke dunianya yang dulu. Yang sepi. Yang monokrom. Yang dingin.
Dan cewek itu teringat, bahwa memang sejak awal Sekar tidak mempunyai apa-apa. Dengan lancang ia meminta bahagia kepada Tuhan. Bukankah permintaan itu begitu sederhana? Sekar hanya berharap ada cahaya baskara yang menerangi dunianya yang gelap agar ia tak tergagap di tengah jalan. Akan tetapi, hari itu tidak pernah datang. Matahari enggan terbit untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Teen FictionApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4