"Selain nggak bisa nulis ulang takdir, kadang nggak sedikit dari kebanyakan manusia juga susah untuk berhenti mencintai seseorang tanpa alasan yang pasti."
Waktu satu minggu ternyata berlalu begitu cepat. Rasa-rasanya Sekar sudah tidak begitu merasakan betapa pusingnya soal ujiannya tempo hari. Sepertinya, ia harus berterima kasih pada Steve yang beberapa kali mengajaknya menghabiskan waktu bersama untuk belajar, sehingga Sekar lebih menguasai materi ujiannya kali ini. Beruntung sekali ia bertemu dengan cowok itu.Kini, Sekar mengamati satu koper kecil berisikan beberapa setel pakaian kesukaannya. Penghidunya menghirup udara pagi yang suasananya sangat cocok sekali untuk pergi liburan beberapa hari ke depan. Sekar mengulas senyumnya, menyambut sang baskara yang baru saja bangkit di ufuk timur.
"Udah siap beres-beres, Dek?"
Suara Januar membuat Sekar menolehkan kepalanya pada sudut dapur. Cowok itu pun tengah menikmati liburannya dan akan berencana pulang ke Jogja dua hari lagi. "Kangen eyang," ujarnya kemarin, memberi alasan.
Sekar mengangguk seraya mengamati barang-barangnya yang tidak banyak. Melihat sekar, Januar mendekat setelah meletakkan secangkir kopi yang menemani paginya di meja makan. Tangan lebarnya menepuk kecil pucuk kepala adik kesayangannya itu.
"Jangan nakal. Denger apa kata Kamal," ujarnya serius dengan garis senyum yang manis.
Sekar mengerucutkan bibirnya. Mau bagaimanapun, ia lebih tua dibandingkan Kamal. Ya, meski sebenarnya hanya berjarak beberapa minggu saja.
Omong-omong, Sekar akan pergi ke Bandung bersama teman-teman Kamal yang lain. Begitu pun dengan Bagas, karena memang sejak awal ini adalah rencana dari mereka-para anggota Bandseen. Hanya saja, beberapa hari sebelumnya, Kamal terus ngotot agar Sekar mau turut ikut pergi bersamanya. Anak-anak lain pun sebenarnya tidak mempermasalahkan hal itu, toh, semakin banyak orang maka akan semakin seru-kata Ajun.
Ada sedikit rasa canggung yang membuat Sekar sedikit urung dengan keputusan Kamal ini. Terlebih seminggu ini ia benar-benar dalam masalah karena Bagas. Sekar tak pernah mengajak cowok itu untuk sekedar ngobrol lagi. Bahkan ketika dengan sengaja Bagas main ke rumahnya, ia akan membiarkan Januar yang meladeninya. Sekar sibuk mengunci dirinya di kamar dengan ratusan argumen yang terus berputar di dalam kepalanya. Ia bahkan tidak tahu, apakah sikapnya itu benar? Untuk beberapa hari ke depan, Sekar sudah tidak mampu berencana lagi tentang hal-hal lain untuk menghindari Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Novela JuvenilApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4