Sekala nada itu menjajah runguku,
kau datang bawa duka
Nayanika ini mengembun
Berani menatap jejak yang tertinggal.Aku jauh, telah terjatuh
Sepenuhnya terbunuhSebentar lagi hujan deras.
Dan badai yang membendung kota
Kacau!
Kau akan mati juga.
Kehilangan naluri."Gue suka sama elo, Mentari."
Ah, akhinya Bagas mengakatan kalimat itu juga pada Mentari.
"HAH!"
Sepasang netra milik Mentari membola. Tangannya terangkat ke dahi Bagas untuk mengecek suhu tubuh cowok itu.
"Agak anget doang," ujarnya. Mentari lalu menarik tangannya lagi. "Lo kesambet apaan, Bagas? Ketempelan jurig di jalan, ya?"
Bagas menipiskan bibirnya. Bisa-bisanya ia menaruh hati pada cewek yang tingkat kepekaannya nol besar dan setengah ngang-ngong seperti Mentari?
"Ck, dengerin gue ngomong mangkanya!" Bagas merasa kesal. "Gue-suka-sama-elo, Mentari!" ujar Bagas lagi dengan pelafalan yang sangat jelas.
Mentari yang tiba-tiba merasa frustrasi langsung saja menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Setelah beberapa detik, ia baru berani menatap Bagas lagi penuh tanya.
"Sumpah, enggak lucu, Gas!"
"Tuh, 'kan! Gue serius aja elo enggak percaya. Tahu gitu, enggak gue kasih tahu, lo."
"Muka lo kayak pelawak soalnya. Diem aja udah kayak ngelucu."
Bagas mengalihkan tatapannya dari cewek itu. Bibir cowok itu manyun karena kesal. Sungguh ingin membuat Mentari tertawa namun ia tahan sekuat tenaga untuk menjaga harga diri Bagas yang sepertinya sedang terluka akibat ungkapan perasaannya barusan.
Beberapa detik diisi hening, Mentari mengusap wajahnya yang dingin kemudian menyimpan kedua tangannya di saku jaket.
"Gue ... gue mau minta maaf," ujar Mentari dengan sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Genç KurguApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4