015 :: Masalah Hati [2]

70 15 4
                                    

"Selain tidak bisa menulis ulang takdir, terkadang tidak sedikit dari kebanyakan manusia juga tidak bisa berhenti mencintai seseorang tanpa alasan yang pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selain tidak bisa menulis ulang takdir, terkadang tidak sedikit dari kebanyakan manusia juga tidak bisa berhenti mencintai seseorang tanpa alasan yang pasti."

Hujan menyapa bumi lagi siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hujan menyapa bumi lagi siang itu. Memberikan afeksi basah nan dingin yang menyelimuti atmosfer dengan begitu lekatnya. Mentari diam dalam renungannya sembari menatap jendela kelas yang dibiarkan terbuka, menampakkan hamparan langit yang dipenuhi mendung tanpa matahari. Cewek itu mengulas senyum tipis. Ada rasa sepi dalam hatinya bahkan ketika bel istirahat berbunyi nyaring membuat pendengarannya berdengung.

Satu orang yang ia lihat pertama kali ketika mengalihkan pandangannya adalah Shaka-sahabat baiknya. Cowok itu menghampirinya dengan senyuman yang begitu tenang, sama seperti sebelumnya. Keduanya pun memutuskan untuk pergi ke kantin karena rengekan Mentari yang seakan akan segera mati kelaparan.

Sepanjang jalan, Shaka mengoceh padanya. Beberapa hari ini Bagas dan Rendi sedang tidak akur, katanya. Shaka pun menjadi sengsara sendiri melihat kedua temannya itu yang sudah seperti pasutri sedang pisah ranjang. Jauh dalam hati, Mentari pun juga mengamati Bagas yang beberapa hari ini tak sering ia jumpai sejak malam di mana ia mengantarkannya pulang. Biasanya ia akan menganggu ia dan Rendi di kantin. Mentari hapal, Bagas adalah manusia yang paling tidak bisa cuti dalam hal menjahili orang lain. Namun, untuk beberapa hari ini Bagas justru seperti hilang darinya.

Berbeda lagi dengan Rendi. Dengan ketidakadaan Bagas, Rendi terlihat lebih terbuka padanya. Sempat satu hari penuh cowok itu mengabaikannya, namun sejak dua hari lalu Rendi yang dikenalnya itu kini sedikit mulai mau menanggapinya. Rendi banyak tertawa di hadapannya. Bukan hanya itu, bahkan kemarin, Rendi dengan suka rela mengantarkan Mentari pulang tanpa alasan. Mentari suka, ia senang dengan sikap Rendi yang mulai terbuka padanya. Namun, ada sedikit keanehan karena sikap itu begitu jauh dari Rendi yang ia kenal sebelumnya.

"Mau makan apa?"

Mentari menjatuhkan atensinya pada Rendi yang dengan sengaja duduk di sampingnya sambil memaparkan seulas senyuman kecil. Suara serak milik Rendi yang baru saja merasuk pada rungu Mentari membuat cewek itu bergidik ditambah lagi senyumannya yang manis.

Mentari menggeleng. "Enggak lapar," ungkapnya jujur. Rendi pun berlalu untuk memesan makanannya sendiri.

Di hadapannya kini, ada Shaka yang justru memicingkan alisnya heran. Cowok itu menatap Mentari tak kalah heran.

Baskara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang