"Normalnya, ketika kita terjatuh, sel syaraf dalam tubuh akan segera memberi pesan kepada otak berupa rasa sakit. Namun, ada beberapa kasus yang membuat otak justru mengirimkan afeksi berbunga dan bahagia ke dalam dada. Jatuh hati misalnya."
Sekar mematri replika paras ayunya di atas air yang menggenang dari tempatnya duduk, kemudian tersenyum simpul. Sapuan kecil sang bayu menerbangkan anakan surai legamnya yang dibiarkan terurai. Tidak ada hal yang paling menenangkan selain menikmati weekend di pinggir dermaga pantai seperti ini. Ini menjadi hal terfavoritnya, apalagi Mas Januar dengan sengaja tidak pulang ke Jogja demi menemani liburan singkatnya di sela kepadatan kegiatan di sekolah.
Satu netranya terpejam seraya mengarahkan sebuah kamera analog menuju lautan lepas untuk membidiknya. Wajah cewek berambut sebahu itu dihiasi senyuman kala ia menilik hasil jepretannya yang nampak cantik. Setelah beberapa kali mengambil angle yang pas dan kembali membidik foto, Sekar memutuskan untuk menyisihkan kamera kecil itu di samping tubuhnya. Ia kembali menikmati angin laut yang menyegarkan.
Kaki jenjang milik sekar sibuk bermain dengan air dingin di sana. Kebahagiaan kecilnya bahkan tak bisa diuraikan dengan kata-kata. Ketenangan yang merasuk dalam pikiran Sekar lantas saja enyah ketika mendengar suara tawa Bagas yang nyaring di tepi pantai.
Untuk kesekian kalinya, Sekar kembali mengulas senyumnya, kali ini tanpa alasan. Hatinya merasa sangat berbunga kala melihat cowok itu tertawa, apalagi dengan dimple tipis di kedua pipinya yang lucu. Mungkin weekend kali menjadi sedikit berbeda dengan adanya Bagas dan Rhea yang tengah bergurau bersama Mas Januar di bibir pantai itu.
Sejak hari di mana Sekar melihat sisi lain dari seorang Bagas, tanpa alasan, dirinya menjadi simpati pada cowok itu. Rasa ingin selalu ada untuk Bagas dan Rhea selalu muncul dalam benaknya, mengendap dalam hatinya dan membuat bayang-bayang seorang Bagas selalu ada dalam kepalanya. Hingga Sekar tak mampu menemukan sisi kewarasannya, sulit menyadarkan diri bahwa dirinya dan Bagas hanya dua orang asing yang kebetulan bertemu.
Suara Bagas yang memanggil namanya waktu itu rasanya terus menggerogoti isi kepalanya, memberantakkan memori-memori yang semula tersusun rapi hingga tanpa sisa. Senyum Bagas yang secerah matahari juga terus membuat hatinya tidak tenang. Dan lagi, tatapan elang milik cowok itu seakan mampu menusuk retinanya, obsidian yang indah itu rasanya bisa menenggelamkan Sekar kapan saja. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Teen FictionApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4