041 :: Festival Lentera [1]

35 8 0
                                    

"Saat lentera kecil itu terbang mengudara menyapa langit malam, apakah gulita mampu sirna?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat lentera kecil itu terbang mengudara menyapa langit malam, apakah gulita mampu sirna?"

"Saat lentera kecil itu terbang mengudara menyapa langit malam, apakah gulita mampu sirna?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang paling spesial untuk SMA Lentera. Festival tahunan yang selalu dinantikan akhirnya tiba juga. Semua panitia masih tampak sibuk untuk membuka acara yang akan dimulai tepat pukul tiga sore hari. Sepanjang hari tadi menjadi euforia yang begitu menyenangkan bagi murid-murid. Hal yang paling mereka tunggu adalah acara puncak, yakni pelepasan lentera yang akan dilakukan nanti malam.

Hari ini pula, Bagas tak menghilang seperti biasanya. Wajahnya juga tak lagi kusut seperti pakaian yang belum dicuci. Bahkan, tadi pagi ia semangat berangkat sekolah demi menyiapkan hal ini itu untuk penampilan Bandseen nanti. Ajun, Tiyo, dan Kamal sampai heran dengan semangat cowok badung itu. Energinya bahkan belum tampak berkurang. Atau, mungkin karena ada Sekar di dekatnya?

Mungkin sudah sekitar setengah jam lamanya Bagas mengamati cewek dengan rambut legam sebahu yang sedang berdiri pada stand ekskul mading. Obsidian hitamnya tak kunjung berkedip namun kedua bilah bibirnya selalu siap menarik garis senyum. Cowok itu tak pernah bosan melihat senyum milik sekar yang terus merekah sejak tadi.

"Emang kalau orang lagi kasmaran tuh nggak beda jauh sama gangguan jiwa," kata Ajun mencibir Bagas dari kejauhan agar tak didengar si tersangka. Jika tidak, pasti sudah habis jakunnya disentil sampai nyeri.

Meskipun bucin akut dan alay, ada poin plus yang didapat Bagas dari sensasi jatuh cinta yang ia alami, yakni semangat. Ajun tahu betul tentang penyakit mager kronis yang Bagas idap sejak orok. Bahkan, di festival tahun lalu, cowok itu tak ikut tampil dengan Bandseen dan memilih bercinta dengan selimut di rumah. Mungkin, saat itu semangat hidup Bagas hanya seberat biji sawi saja.

Hal ini mungkin begitu berbeda dengan cewek yang terus Bagas amati. Dari kejauhan, Sekar terlihat begitu senang bertemu dengan banyak orang. Bagas melihat kebahagiaan yang tak pernah luntur dari wajah ayu itu.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Bagas melangkahkan kaki untuk mendekati Sekar-nya. Cowok bertubuh jangkung itu berdiri tepat di depan stand Madisra. Masih dihiasi senyuman, cewek manis itu mengulurkan sebuah kertas.

Baskara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang