022 :: Kelabu

96 16 2
                                    

"Kelabu itu seperti sesuatu yang belum mampu berjumpa dengan sebuah titik temu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kelabu itu seperti sesuatu yang belum mampu berjumpa dengan sebuah titik temu. Sepertinya aku dan kamu juga bisa disebut seperti itu."

Masa liburan selama nyaris dua minggu lamanya dihabiskan Rendi untuk memikirkan hal-hal yang tidak pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa liburan selama nyaris dua minggu lamanya dihabiskan Rendi untuk memikirkan hal-hal yang tidak pasti. Beberapa hari ini ia kembali ke rutinitasnya di sekolah. Setelah apa yang terjadi di Bandung, esok paginya ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta bersama anak-anak yang lain. Selama itu, harinya hanya diisi Shaka yang beberapa kali datang dan main ke rumahnya, menghilangkan rasa bosan. Selebih itu, tidak ada hal yang menarik lagi.

Rendi tak pernah menjumpai Bagas yang ia tahu tengah sibuk dengan Sekar di rumah sakit. Rendi pun merasa ia tak harus ikut campur lebih dalam pada urusan sahabat karibnya itu, mengingat hubungan keduanya juga masih terasa masam. Hanya beberapa kali ia dan Shaka datang menjenguk Sekar, tanpa menyapa Bagas juga. Anak itu kelihatannya sedang sibuk dengan banyak urusan.

Rendi juga tidak pernah menerima pesan-pesan aneh dan bersifat mengganggu dari Mentari. Tidak ada Mentari yang selalu mengganggunya atau bertingkah konyol demi menyita atensinya lagi. Setelah cewek itu pergi barulah Rendi merasa kehilangan. Hari-harinya terasa sepi dan kosong, sama seperti saat sebelum Mentari masuk dalam hidupnya yang monokrom. Cewek itu jarang menghubunginya, entah karena apa, dan menyebabkan hubungan mereka menjadi berubah sedingin kutub. Rendi juga tak minat bertanya kepada Shaka. Tentu saja ia gengsi.

"Cari siapa, Ren? Mentari? Haduh, lo bukannya udah cerai sama dia?"

"Ka, mulut lo kalau semisal gue jejelin pakai pentungannya Pak Wawan, marah-marah nggak?"

Shaka mendelik menatap Rendi atas kalimat yang barusan diucapkan oleh sahabatnya itu. Tetapi, Shaka merasa maklum saja karena beberapa hari ini Rendi memang sedang menderita darah tinggi akut pasalnya hubungan rumah tangganya dengan Mentari sedang tidak akur. Shaka menyadari bahwa kedua sejoli yang sebenarnya saling suka tanpa sadar itu tidak lagi sering terlihat bersama seperti dulu.

Mentari yang dulu terlihat seperti kucing betina di musim kawin, kini terlihat anteng ayem saja seperti ubin mushola. Justru kini, Rendi malah terlihat seperti kucing bunting. Sensi mulu!

Baskara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang