Dengan langkah kaki yang mulai lunglai, kini Bagas telah berdiri di depan rumahnya. Tangan yang bergetar itu ia gunakan untuk membuka pagar. Di dapatinya Mang Yanto yang sedang sibuk menyuci mobil Papa.
"Mas Bagas!"
Mang Yanto melemparkan embernya lalu berlari pelan menuju anak majikannya itu. Wajahnya menunjukkan rasa khawatir bukan main.
"Mas, kenapa bisa begini?"
Bagas memilih tak menjawab. Ia terus melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah sambil menyeka darah yang turun dari pelipis dan sudut bibirnya. Tatapannya begitu tajam, memindai seisi ruang tamu yang kosong dan dingin.
Mang Yanto meraih bahu Bagas, hendak memapah dan membantu cowok itu. Namun Bagas menepisnya lemah.
"Papa di mana, Mang?" tanya Bagas dengan suara serak.
Mang Yanto menelan ludahnya, lantas menjawab, "Papanya Mas lagi siap-siap berangkat dinas," sahutnya pelan.
Bagas mengembuskan napasnya yang begitu berat lantas menuju kamar papanya dengan langkah setengah pincang.
Mang Yanto menatap cowok itu dengan tatapan yang begitu redup. Baru saja ia melihat Bagas kembali tersenyum dengan tulus, namun hari ini ia kembali menjumpai Bagas yang kacau. Tatapan mata tajam milik cowok itu menyiratkan kemarahan dan kekecewaan yang begitu tak terbendung. Entah, kali ini kemalangan apa lagi yang menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara [on going]
Teen FictionApa yang bisa kamu pelajari dari sebuah kehilangan? BASKARA | cbg written by putchicolate © 2 0 2 4