[3]. Tugas

30.7K 266 2
                                    

Chelsea tidak salah lihat kan?

"Next time gue main ke kantor lo deh," begitu kata Reno yang ditemani wanita cantik yang tak lain adalah Personal Assistantnya. Chelsea tahu siapa perempuan itu. Dulu Victoria selalu berusaha menggeser posisinya karena dia sudah lama menaruh hati pada Reno. Bahkan wanita berusia 30 tahun itu sempat menjatuhkan namanya di berbagai divisi, padahal tanpa dia desak pun, Chelsea sudah ancang-ancang ingin resign.

Menurutnya, Reno tidak normal.

Tapi karena keadaan saja Chelsea bertahan.

"Sip." Ben mengangguk.

Tak lama setelah Reno dan Victoria menghilang dari pandangan, Chelsea segera mendekati Ben. Pria itu langsung mendatarkan ekspresi. "Sudah?" tanyanya, dijawab Chelsea dengan anggukkan. Setelah itu, tanpa mengatakan apa-apa lagi, Ben balik badan, melangkah mendahului Chelsea menuju meja yang telah mereka reservasi.

Keduanya menempati meja dekat balkon yang langsung menghubungan mata mereka ke area luar. Pagi ini cuaca mendung—memang sedang musim hujan juga sih. Chelsea mencoba menyibukkan diri, namun suara Ben justru menginterupsi. "Sebelum kamu kerja sama saya, kamu pernah bekerja di PT. Adiatama kan?"

Chelsea mengangguk. Perasaannya campur aduk.

"Sebagai Personal Assistant Reno Adiatama bukan?" tebaknya.

Kembali Chelsea mengangguk. "Betul, Pak. Ada apa ya?"

"Are you okay?" tembak Ben, tiba-tiba. Dia—yang duduk di hadapan Chelsea—mencondongkan tubuh ke depan, menatap Chelsea dengan penuh selidik. "Apa dia pernah berbuat macam-macam ke kamu?" cecarnya lagi, buat Chelsea bingung harus jawab apa. Karena faktanya dulu Reno sering minta jatah nenen. Malah pria itu sempat memaksa Chelsea ke dokter supaya payudaranya bisa mengeluarkan ASI. Gila memang. "Chel?"

Chelsea tersadar, lalu bergegas menggeleng.

Ben menjauhkan diri, tubuhnya ditegakkan lagi. "Oh."

"Bapak kenal atasan saya dulu?" tanya Chelsea.

"Ya." Ben mengangguk. "Dia adik tingkat saya sewaktu kuliah."

Chelsea manggut-manggut.

"Jadi saya sedikit tahu tentang dia," sambung Ben.

Lengang sejenak. Chelsea meraih secangkir kopi pesanannya, lalu ia teguk perlahan. Iris matanya mengedar. Suasana cafe pagi ini tidak terlalu ramai, tapi juga tidak sepi. Ah, bicara soal cafe yang mereka singgahi sekarang, cafe ini milik adik Ben. Namanya Nic—Nicholas Dirgatama.

"Selamat pagi, Pak. Maaf, sudah membuat Bapak menunggu lama," ucap pria 30an yang baru saja datang bersama sekretarisnya. Pak Katon dan Mbak Ima. Chelsea mengenal mereka.

Ben bangkit, menyambut kedatangan Katon dan Ima. Mereka pun bersalaman. Begitu juga Chelsea. Dan meeting berjalan lancar. Katon termasuk tipe partner yang santai dan ramah, sesekali acara meeting mereka diselingi oleh candaan Katon.

Tepat pukul sebelas siang, meeting berakhir. Ben segera menyudahi pertemuan, lalu agenda selanjutnya adalah golf. Padahal masih jam kerja. Chelsea tidak protes daripada disinisi sang atasan. Lagi pula, dia juga muak kalau sering-sering ada di kantor. Tapi ternyata alih-alih ke tempat golf, Ben justru ke pusat perbelanjaan. Melipir ke toko tas, pria tampan itu meminta pendapat Chelsea.

"Bagusan yang mana menurutmu?" tanyanya.

Chelsea memperhatikan dua tas dengan merk terkenal—yang harganya sama-sama menguras dompet. Tapi untuk kalangan Ben yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan, maka Chelsea berikan pendapat terbaik versinya. "Kalau menurut saya, dua-duanya sama-sama bagus. Tapi kalau disuruh—"

Chelsea; My Sexy Girl [21+] | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang