[11]. Dilamar Lagi

12.7K 124 5
                                    

"Nikah sama saya ya, Chel?"

Chelsea mengerjapkan mata.

Ben yang berada di dekatnya masih menunggu jawaban, tapi sampai hampir lima menit, Chelsea tetap diam. Akhirnya Ben buka suara lagi. "Gak perlu buru-buru. Kita masih ada waktu untuk pendekatan." Ben menghela jarak. "Nanti makan siang sama saya ya?" ajaknya lagi, "Mulai hari ini, saya gak akan ngebiarin kamu jauh dari saya."

Chelsea butuh ditampar sekarang. Barusan Benjamin Dirgatama melamarnya? Hah, mana mungkin? Atau dia sedang halu? Tapi sosok Ben tidak juga hilang dari pandangan matanya. Laki-laki itu kembali duduk ke singgasananya. Tatapan mata Ben mengarah padanya dan bibirnya tersenyum hangat seperti biasa. "Sudah melamunnya?" Chelsea kemudian tersadar. Dia tidak mimpi. Astaga! "Silahkan lanjutkan pekerjaanmu."

"Ba-baik, Pak," gagap Chelsea, buru-buru pergi. Gadis itu melenggang menuju pantry dan ketika langkahnya terhenti di dekat dispenser, dia sentuh bagian dadanya. Gila! Jantungnya berdetak lebih cepat. "Duh, Gustiiiii! Sebenernya gue jatuh cinta sama siapa sih?"

Di satu sisi, Chelsea mulai menyadari kekagumannya pada Ben. Karena selama enam bulan bekerja sama dengan pria itu, berada di sampingnya tiap waktu, dan terlibat banyak percakapan dengan penerus Dirgatama Group tersebut, Chelsea merasa cocok dan nyaman dengan atasannya ini-tapi bukan sekadar boss dan personal assistant.

Sedangkan di lain sisi, setelah kejadian dimana Chelsea hampir dilecehkan Reno, dia justru menemukan sisi lain dari Jeffrey Brahmantyo. Ditambah hubungan mereka mulai membaik pasca pernyataan Jeff malam itu. Dan Jeff juga lebih hangat ke Chelsea. Malah kalau orang lihat, mereka tidak seperti om dan keponakan, melainkan sepasang kekasih yang sangat romantis.

Chelsea menghembuskan nafas berat.

"Mbak Chel?" tegur salah seorang OG alias office girl-namanya Bu Erna.

"Eh, Ibu?" Chelsea nyengir kikuk.

"Ada masalah tah?" tanya Bu Erna, dengan wajah ingin tahu.

Segera Chelsea menggeleng. Tidak mungkin kan dia menceritakan soal Jeff dan Ben ke Bu Erna. Kalau Ben sih jelas atasan Bu Erna juga. Sedikit tentang pria itu, pasti Bu Erna tahu lah. Tapi Jeff? Chelsea menghela nafas lelah. "Gak kok, Bu. Cuma banyak deadline aja, jadinya kepikiran. Padahal rencananya saya mau ambil cuti. Tapi kayaknya gak bisa deh, daripada Bapak tantrum kan?" Dia tertawa di ujung kalimatnya.

Emang kadang Ben suka tantrum kalau dirasa para stafnya kurang maksimal dalam bekerja atau timbul masalah di lingkup kantor. Dan sebagai personal assistant yang selalu stand by di dekat Ben, Chelsea harus ekstra kuat dan sabar, karena orang pertama yang bakal kena dampak moodswing Ben adalah dirinya.

Tapi kali ini tidak betulan.

Chelsea cuma alasan.

"Oalah, kirain ada apa." Bu Erna manggut-manggut. "Yowes, Nduk, Ibu pamit mau lanjut kerja." Chelsea mempersilahkan dan si ibu segera menghilang dari penglihatan Chelsea. Bu Erna memang seramah dan seperhatian itu ke para staf. Dan banyak dari kalangan staf-terutama OB yang menganggap Bu Erna seperti ibu mereka sendiri.

Sepeninggal Bu Erna, Chelsea kembali ke meja kerjanya. Sebisa mungkin dia coba netralisir kinerja jantungnya yang menggila. Aduh, jantung ayo tolong kerjasamanya. Chelsea menghela nafas panjang. Untuk saat ini, dia simpan dulu perasaannya kepada Ben. Sebab dia sadar diri dan posisi. Dia tidak sebanding dengan laki-laki itu. Ditambah laki-laki itu sudah dijodohkan dengan wanita yang secara pendidikan dan latarbelakang jauh lebih baik dibanding Chelsea.

Chelsea; My Sexy Girl [21+] | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang