"Om?"
Jeff tidak menjawab dan terus menghisap kuat puting susunya.
Chelsea meringis ngilu. Dasar orang tua, nafsu banget! "Sakit, Om," keluhnya. Dua detik kemudian hisapan Jeff mulai memelan. Chelsea menatap wajah datar Jeff yang berada diatasnya—lebih tepatnya di bagian dadanya. "Kenapa Om nenen aku? Nanti kalau Tante Nola tahu gimana?"
Disela hisapannya Jeff menjawab, "gak akan kalau kamu gak ngadu."
"Tapi gak boleh, Om," ringis Chelsea lagi karena hisapan Jeff meskipun pelan, tapi rasanya tetap ngilu. Apalagi si orang tua satu ini menggigiti putingnya. "Aduh, Om, udah. Aku malu." Chelsea berusaha menarik putingnya dari mulut Jeff sampai akhirnya terlepas. Ia pandangi nipple pinknya yang basah. Tatapan Chelsea teralih pada Jeff.
Jeff menegakkan tubuh, berangsur turun, dan ganti duduk di lantai.
Chelsea ikut menegakkan tubuh sambil memasukkan payudaranya ke balik tanktop.
Mata Jeff tidak lepas dari pemandangan payudara Chelsea.
Gadis itu sadar. "Kalau Om berpikir tadi pagi aku godain Om, Om salah. Aku gak ada maksud ke sana," ujarnya tanpa dimita. "Lagian kalau tahu Om bakal pamit dulu ke aku, aku gak akan biarin pintu kamar kebuka, dan ngasih kesempatan Om lihat punyaku."
"Tapi gara-gara kamu, saya jadi mikir jorok terus."
Chelsea agak kaget, apalagi waktu tiba-tiba Jeff bangkit dan berkata, "soal barusan lupain. Anggap gak ada apa-apa malam ini." Kemudian pergi. Membuat Chelsea melotot seketika.
"Dih. Enak banget tu orang tua. Abis netek, seenaknya bilang begitu." Menurunkan pandangan, ia keluarkan lagi payudaranya. Ia tatap nipple pinknya yang basah dan mengeras. "Mana ngilu banget lagi." Mendengus sebal, ia matikan televisi di depannya, kemudian bangkit tanpa memasukkan payudaranya kembali. Gadis itu melenggang menuju kamar dengan langkah gusar.
Diam-diam Jeff yang berdiri di dekat pilar, memperhatikan lekuk tubuh Chelsea, terutama pada bagian payudara gadis itu yang salah satunya dibiarkan bebas.
Chelsea yang kini sudah berada di dalam kamar dengan pintu terkunci langsung mengambil ponsel dan memfoto bagian dadanya—lebih tepatnya kedua di bagian payudara. Ia kirim foto tersebut ke grup. Memulai percakapan dengan teman-temannya.
Sudah ia duga, reaksi teman-temannya pasti tidak mengenakkan.
Chelsea melempar asal ponselnya lalu ia jatuhkan diri—berbaring diatas ranjang. Masih dengan payudara yang terumbar bebas, Chelsea menatap langit-langit kamar. "Apa aku ngekos aja ya? Tapi sayang banget uangnya. Kan aku udah janji bakal bawa Mama ke Paris." Menghembuskan napas panjang, ia tutup wajahnya dengan telapak tangan. "Argghhh!! Maluuuu!"
###
Keesokan paginya, Chelsea memilih sarapan di kantor. Jeff tidak melarang. Pria itu terlihat tenang saat menikmati roti selai dan segelas susu putih. Tidak ada inisiatif membujuk Chelsea agar ikut sarapan bersamanya. Sementara Chelsea yang berada di sofa ruang tengah dan sedang sibuk memakai sepatu hanya bisa memutar mata dongkol.
Di rumah ini ada tiga ART. Dan tiga-tiganya tidak menginap. Bahkan berangkat pun jam sembilan siang, pulang jam lima sore. Tidak kurang, tidak lebih. Tugas mereka membersihkan rumah, cuci baju, cuci piring, pokoknya kecuali masak—karena Nola masih sanggup menghandlenya.
"Om, aku berangkat duluan," pamit Chelsea.
"Ya, hati-hati," sahut Jeff, datar.
Bangsul!
Pria tua itu juga nggak ada inisiatif nganterin Chelsea?
OMG!
Baiklah, Chelsea masih bisa naik ojol. Dan setibanya di kantor, seperti biasa, Ben—si atasan—yang selalu cari gara-gara, seakan-akan hidup tanpa perkara bisa memperpendek usianya—langsung berulah. "Jam berapa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea; My Sexy Girl [21+] | END ✔️
RomanceChelsea Aurora is fighting for her life. Among the twists and turns she faces, she is confronted by two perverted men who are obsessed with her breasts. But despite all that, Chelsea also feels lucky to have met Benjamin Dirgatama. Dimulai: 30 Janua...