[14]. Saat Kau Pergi

7.1K 114 1
                                    

"Mbak Chel, bisa ke rumah sakit sekarang?"

"Bisa, Sus. Mama ngamuk lagi?"

"Tidak, Mbak. Ibu sudah tenang. Mbak Chelsea yang sabar ya."

Apa maksudnya? Dan barusan suster bilang apa? Yang sabar? Ibu sudah tenang? Dada Chelsea bergemuruh hebat. Menggeleng dengan wajah sedikit pucat, kalimat sang suster kembali terlintas. Ibu sudah tenang, Mbak Chelsea yang sabar ya. Gadis itu mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang didengarnya di sambungan telepon, tak seperti apa yang kemudian diasumsikan oleh benak.

Mama aman.

Mama baik-baik saja.

Suster dan dokter di sana baik semua.

Ya.

Tapi, Chelsea harus ke sana sekarang.

"Chel?" Suara Ben menyadarkan Chelsea dari ketakutan.

Wajah Chelsea terangkat, pandangannya jatuh pada mata Ben. "Pak, sepertinya—"

"Saya paham," Ben mengangguk. "Ayo, saya temani!"

"Temani?" ulang Chelsea, mengernyit bingung.

"Lupakan dulu soal pertanyaan saya. Kondisi mamamu jauh lebih penting kan?"

Ah!

Chelsea mengangguk. Dia hela nafas panjang lalu tanpa mengganti pakaian—toh, pakaiannya masih layak dan tertutup, dia pun mengiyakan tawaran Ben. Dia sudah kehabisan akal. Dan apapun yang menyangkut Mama, tidak bisa ia tunda-tunda lagi. Hingga tiba di rumah sakit, Chelsea dikejutkan oleh keberadaan Ayah dan ... Thara—istri baru ayahnya. Cih! Chelsea gak sudi anggap dia ibu tiri! Sekali pelakor tetap pelakor! Gak ada istilah ibu sambung buat perempuan gatal macam Thara.

"Turut berduka cita ya," ucap Thara.

Turut berduka cita? Itu kan ucapan untuk ...

Chelsea terpaku. "Maksud lo apa?"

"Nyokap lo ditemukan tewas gantung diri," kata Thara, enteng.

Jadi ...

Chelsea menggeleng. "Gak mungkin!"

"Tapi memang begitu kenyataannya Cesy! Come on!" timpal Bara—ayahnya, tanpa empati sedikitpun. "Lagian mental mamamu itu tidak bisa dipulihkan. Jadi daripada merepotkan banyak orang, lebih baik dia mati aja."

Dengan penuh emosi, Chelsea hajar ayahnya detik itu juga. Dia tendang perut pria paruh baya tersebut, lalu dia pukul punggungnya dengan siku, dibarengi caci maki yang keluar dari mulutnya, sampai Ben kuwalahan ketika berusaha melerai. Sementara itu, Thara bukannya ikut menengahi malah justru merekam aksi Chelsea sambil nyerocos gak jelas.

"Chelsea, sudah," tegur Ben, memeluk tubuh Chelsea dan berusaha menjauhkan gadis itu dari ayahnya, yang mulai melemah akibat serangan membabi buta dari Chelsea. Bara ambruk ke lantai sambil terbatuk-batuk, sudut bibirnya mengeluarkan darah, dan perlahan matanya tertutup.

"NAH MATI AJA LO SEKALIAN!"

"Mbak Chelsea, stop!" Dokter Yura datang bersama beberapa petugas.

Chelsea; My Sexy Girl [21+] | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang