[6]. Shock

23.5K 202 0
                                    

Seperti perintah sang atasan semalam, keesokan paginya Chelsea berangkat lebih awal. Dengan jasa ojek online, gadis berperawakan mungil itu meluncur ke PT Dirgatama—perusahaan tempat ia bekerja. Dan setibanya di depan gedung PT Dirgatama, Chelsea berpapasan dengan Agatha yang baru saja turun dari Audinya. Perempuan cantik berambut pirang itu sempat bersitatap dengan Chelsea, tapi ketika Chelsea menganggukkan kepala bermaksud menyapa, Agatha langsung melengos. Bertepatan dengan itu Bentley Continental milik Ben mendarat di depan gedung. Pria itu turun, disambut dua perempuan—satu Personal Assistantnya dan satunya lagi perempuan yang dijodohkan dengannya.

"Pagi, Pak."
"Pagi, Ben."

Sapa Chelsea dan Agatha bersamaan.

Ben mengangguk kecil sambil tersenyum tipis. "Pagi."

"Aku sengaja datang ke sini untuk mengantar bekal ini," ujar Agatha, menyodorkan sekotak bekal ke arah Ben. Ben menatapnya sebentar lalu kembali menatap mata Agatha. "Aku sendiri kok yang masak. Dan dijamin kamu suka."

"Thanks," ucap Ben, menerima bekal tersebut. Kemudian pandangan matanya jatuh pada Chelsea. "Chel, ayo siapkan berkas-berkasnya! Sebentar lagi Pak Tama datang," katanya.

Chelsea mengangguk. "Baik, Pak."

Ben mendahului Chelsea.

Sementara Chelsea menyempatkan diri berpamitan pada Agatha. Wanita cantik itu segera mencekal pergelangan tangannya. Tatapan matanya tidak bersahabat. "Oh, kamu asistennya Ben?" Chelsea mengangguk membenarkan. "Berapa gajimu sebulan?"

"Memangnya kenapa, Bu?" balik Chelsea, bingung.

"Sepertinya Ben sudah tidak membutuhkan kamu. Karena itu, akan saya berikan kamu pesangon sepuluh kali lipat—"

"Maaf, Bu. Saya bekerja dengan Pak Ben. Jadi, Ibu gak punya wewenang terkait pekerjaan saya," potong Chelsea, tegas. "Permisi," tukasnya, menepis cekalan, lalu meninggalkan Agatha yang seketika ternganga tak percaya. Dan Chelsea sama sekali tidak peduli. Gadis itu menyusul atasannya, melakukan tugas-tugasnya seperti biasa tanpa memberitahukan pada Ben atas kelancangan Agatha barusan.

"Tadi Agatha ngomong apa?" tanya Ben ketika Chelsea datang ke ruangannya.

"Ngomong ... apa gimana, Pak?" balik Chelsea.

"Gak. Lupain," tukas Ben, mengibaskan tangan. "Gimana Pak Tama? Sudah sampai?"

"Belum ada kabar lagi, Pak."

"Kalau begitu, kita langsung saja ke ruang meeting." Ben bangkit, berjalan melewati Chelsea yang kemudian mengekorinya dari belakang. Selama perjalanan menuju lift, Ben sibuk dengan ponselnya. Sama sekali tidak menyambut sapaan para karyawan yang berpapasan dengannya. Malahan justru Chelsea yang tanggap. Dan begitu tiba di depan lift, Ben menyimpan ponselnya ke saku celana lalu menoleh ke samping. Chelsea balik menatapnya. "Setelah meeting, temani saya sarapan."

"Baik, Pak." Chelsea mengangguk.

Tak lama pintu lift terbuka. Ben melangkahkan kakinya memasuki lift dan Chelsea mengikutinya dari belakang. Di dalam lift, hanya ada mereka berdua. Ben melirik Chelsea yang langsung sadar akan lirikan matanya. Gadis itu berdehem. "Ada apa, Pak?" semburnya.

"Malam ini ada agenda?" tanya Ben.

Chelsea mengerutkan kening. "Maksud Bapak ... saya?"

"Siapa lagi?"

"Oh," Chelsea manggut-manggut. "Gak ada sih, Pak."

"Kalau begitu temani saya dinner," titah Ben.

Chelsea; My Sexy Girl [21+] | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang