E04

386 56 4
                                    

Mew Point Of View On

"Apa tubuhmu sudah baik-baik saja Mew?" Tanya seseorang yang kini sedang duduk di depanku.

"Hmm, tubuhku sudah baik-baik saja sekarang, Phi."

Kami kini sedang duduk di ruang tamu apartemenku. Apartemenku tidak terlalu luas dan mewah seperti apartemen milik Gulf, namun aku memiliki ruang tamu dan ruang makan yang terpisah. Aku juga memiliki dua kamar tidur dan dua kamar mandi di dalam apartemenku. Aku tidak memiliki ruang tv karena aku meletakkan tv itu di dalam kamarku.

Aku melakukannya karena aku suka menonton film, series, atau drama sambil tiduran di atas tempat tidur. Biasanya kalau aku terlalu lelah, aku akan menonton dan berakhir ketiduran. Layar tv itu akan terus menyala sampai aku bangun di pagi hari. Kebiasaan yang buruk, namun tidak dapat aku tinggalkan.

"Apakah tanganmu masih terasa sakit?" Orang itu bertanya karena aku terus memijat bahuku.

"Masih sedikit sakit, tapi aku sudah tidak apa-apa." Aku mencoba menahannya tapi obat pereda nyeri itu belum bekerja sama sekali di tubuhku, padahal aku sudah meminumnya beberapa kali.

"Aku sudah mengatakan kepada sutradara untuk menunda syuting hari ini."

"Terima kasih Phi. Kamu memang sangat peka."

Aku kini masih tidak percaya dengan kejadian yang terjadi semalam saat Gulf membanting tubuhku di jalan. Sejak kapan dia mendapatkan kekuatan sebesar itu? Sejak kapan dia ikut kursus bela diri? Apakah dia benar-benar sengaja tidak melawanku dulu? Kenapa dia melakukan itu? Kenapa hari itu dia seolah memprovokasi aku?

"Mew, jangan hanya melamun di hari liburmu! Hapalkan naskah mu untuk besok!" Ucap orang itu karena melihat aku terdiam sambil melamun.

Orang yang bersamaku sedari tadi adalah Phi Boss. Phi Boss adalah managerku. Dia menjagaku selama aku menjadi seorang aktor. Dia tidak hanya mengatur jadwal tapi juga terkadang merangkap menjadi sebagai stylist. Dia merupakan paket lengkap dan cukup terjangkau untuk dompetku yang tidak terlalu tebal.

"Mew.. Mew.." Panggilnya kepadaku.

"Maafkan aku, karena aku tidak fokus. Ada apa hm? Kenapa sedari tadi kamu tidak berhenti berbicara?" Aku melihat mulutnya terus bergerak, tapi tidak mendengar apapun.

"Aku baru saja mulai berbicara lagi. Ini semua karena kamu melamun sedari tadi hingga tidak fokus ke sekitarmu. Apa yang sedang kamu pikirkan? Kenapa kamu terlihat sedang memiliki banyak pikiran?"

"Kamu terdengar sangat cerewet hari ini." Keluhku, karena aku tidak ingin menjawab pertanyaannya.

"Apakah kamu sudah melihat berita hari ini? CEO dari Ging Grup mengundurkan diri. Aku dengar usianya lebih muda darimu." Dia tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dengan membahas topik lain.

"Aku tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku hanya ingin fokus dengan karirku saja."

"Aku dengar dia dulu pernah bersekolah di SMA yang sama dengan kamu. Apakah kamu mengenalnya?"

"Aku tidak berteman dengan sembarang orang. Aku pasti tidak mengenal orang itu."

"Kamu pasti tidak menyadari kalau orang itu adalah cucu dari seorang konglomerat, karena penampilannya yang berbeda saat dia berada di SMA."

"Si-siapa namanya?" Aku mulai sedikit penasaran. Sungguh, Phi Boss sangat pandai membuat aku penasaran.

"Gulf Kanawut."

"Huh?" Aku terlihat sangat terkejut dan membuat Phi Boss kini menatapku bingung.

"Kenapa? Apakah kamu mengenalnya?"

"Dia adalah seorang cucu dari pemilik Ging Grup?"

"Hmm.."

Sial, hari itu pasti hari tersialku. Kenapa aku tidak menyadari kalau Gulf adalah cucu seorang konglomerat? Kenapa aku harus berurusan lagi dengan dia setelah sekian lama? Aku kini merasa menyesal karena kembali membullynya dengan kata-kata kasar. Aku bahkan memukulnya lebih dahulu.

"Ke-kenapa dia keluar dari perusahaan?" Aku mulai penasaran tentang Gulf.

"Dia membuat perusahaannya mengalami kerugian. Dia memutuskan untuk mengundurkan diri setelah berita itu keluar."

"Dia ternyata tidak mempunyai kemampuan dalam memimpin perusahaan."

"Bukannya tidak mampu, tapi dia harus bertanggungjawab untuk kesalahan yang tidak dia lakukan sama sekali. Itu yang aku baca di komentar para netizen."

"Sudahlah, biarkan saja! Berita tentang orang itu tidak akan berdampak apapun kepada karirku."

"Apakah kamu belum tahu kalau dia berinvestasi banyak uang ke series terbarumu? Dia juga berinvestasi di series yang kemarin kamu mainkan. Aku menduga kalau dia adalah penggemarmu."

"Huh?" Aku kembali terkejut dengan fakta ini.

"Ahh inilah mengapa kamu harus lebih peduli pada keadaan sekitarmu! Kamu harus menghormati mereka yang berinvestasi di seriesmu. Kalau memang diperlukan bahkan kamu harus banyak menunduk kepada mereka."

"Apa maksud Phi dengan menunduk?" Aku benar-benar tidak paham istilah ini.

"Menjadi anjing yang setia agar karirmu bisa lama di industri ini."

"Aku ingin berdiri sendiri. Bukankah itu sama saja aku menggunakan sponsor? Aku tidak mau menggunakan hal-hal seperti itu! Aku percaya kepada bakat dan kemampuanku."

"Tidak ada yang tidak menggunakan hal seperti itu, Mew! Kamu jangan pernah berpikir kalau kamu bisa lama berkarir hanya karena kemampuanmu. Pikiranmu terlalu picik kalau berpikir seperti itu!"

"Apakah aku harus menjual tubuhku kepada mereka?" Emosiku kini mulai naik karena kata-kata Phi Boss yang seolah merendahkan dan meremehkan kemampuanku.

"Ahh tenangkan dulu dirimu! Itu hanya saran kalau kamu mau karirmu tetap bertahan."

"Aku tidak membutuhkan hal seperti itu!" Ucapku yang kini beranjak meninggalkan Phi Boss sendirian di ruang tamu.

Aku sedang tidak mood sekarang karena tiba-tiba Phi Boss membahas tentang Gulf. Jujur, aku tidak menyukainya. Ini hanya perasaan tidak suka karena aku tidak suka melihat pria yang terlihat sangat lemah. Pria itu harus kuat bukannya lemah seperti Gulf.

Mew Point Of View Off

Author Point Of View On

"Gulf, aku sudah membersihkan namamu." Ucap Win kepada Gulf.

Win kini sudah menyebar rekaman video percakapan Luke dan Art ke media. Win dan Gulf tahu kalau Art suka menyewa Luke hanya untuk melayaninya ataupun sekedar mendengarkan curhatannya.

"Kita sudah berjanji untuk menyembunyikan identitas Luke!"

"Tenang saja, aku memblur wajahnya di dalam rekaman video itu."

"Syukurlah..."

"Semudah itu ya membuat Art mengatakan segalanya."

"Dia akan mengatakan segalanya saat dia dalam keadaan tertekan dan juga mabuk. Sebenarnya aku cukup kasihan kepadanya, tapi dia sangat menyebalkan dan membuat aku muak. Paman pasti terus membuat Art untuk terus menyaingi aku."

"Dia memang sangat menyebalkan. Lalu, bagaimana dengan Phi Mew?"

"Apanya?"

"Apakah kita akan langsung menaikkan skandalnya?"

"Tunggu sampai minggu depan atau dua minggu lagi. Pertama kamu harus menyebarkan rumor. Aku ingin dia merasa gelisah."

"Lalu?"

"Kita tunggu rumor itu selama satu minggu. Aku mau membuatnya gelisah hingga tidak bisa tidur."

"Bagaimana kalau syutingnya terganggu?"

"Dia tidak akan terganggu kalau dia memang seorang aktor profesional."

"Baiklah..."

Win kini mengikuti arahan dari Gulf. Win hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat sahabatnya itu hanya tersenyum penuh kemenangan. Gulf sangat senang karena berhasil menang dari Kakeknya.

Author Point Of View Off

UNWRITTEN STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang