E11

295 52 3
                                    

Author Point Of View On

"APAKAH KAMU SUDAH GILA? KAMU SEHARUSNYA MELAPORKAN DIA KE KANTOR POLISI, BUKAN MALAH MEMUTUSAN TINGGAL BERSAMA DENGANNYA DI APARTEMENNYA!" Ucap Win kepada Gulf yang kini sedang mengemasi barang-barangnya untuk pindah ke apartemen Mew.

Win sengaja datang ke apartemen Gulf keesokan harinya setelah Mew dan Gulf pulang dari hotel tempat dimana Mew dan Gulf melangsungkan acara pernikahan kemarin. Mereka berdua memutuskan untuk pulang ke apartemen masing-masing hari ini. Win kini sedang menemani Gulf mengemasi beberapa barang-barang miliknya.

"....."

"Aku benar-benar tidak paham dengan jalan pikiranmu, Gulf." Win ingin sekali menyadarkan temannya ini.

"Tenang, aku sudah membuat kunci cadangan apartemen Mew. Aku juga akan memberikannya kepadamu. Aku sudah menyewa dua orang bodyguard dan menyewakan mereka salah satu unit apartemen yang berada tepat di samping unit apartemen Mew untuk menjagaku selama tinggal di sana."

"Bagaimana kalau misalnya mereka terlambat menolongmu jika terjadi sesuatu kepadamu? Aku merasa sangat khawatir, Gulf!"

"Ingat, aku menguasai ilmu bela diri, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri." Ucap Gulf dengan santai.

"Gulf, aku masih tidak tenang kalau kamu tinggal bersama dengannya! Mew itu orang jahat, Gulf!"

"Tenanglah Win! Aku akan pastikan kalau tidak akan terjadi apa-apa denganku. Jangan khawatir!"

"Kenapa kamu susah sekali di nasehati sih? Apakah Mew sudah menyihir mu hingga membuatmu jatuh cinta kepadanya?"

"Terserah kamu mau berkata apa!

"Aku akan bertanya sekali lagi kepadamu Gulf! Tolong jawab aku dengan jujur! Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiranmu? Kenapa harus Mew? Kenapa kamu harus menikah dengan Mew?"

"Karena aku mencintainya."

"Selain itu?"

"Dia adalah orang yang baik, Win."

"Kalau dia adalah orang yang baik, dia tidak akan mungkin memukulmu seperti ini, Gulf! Sadarlah!"

"Dia akan menjadi baik Win. Aku akan membuatnya menjadi baik." Batin Gulf

Win kini menatap sedih ke arah Gulf yang tubuhnya kini sudah di penuhi lebam. Win benar-benar merasa bingung dengan apa yang Gulf lakukan saat ini. Gulf memutuskan ikut dan tinggal bersama dengan suaminya bahkan setelah dipukuli di malam pertama mereka.

Setelah mengemasi barang-barangnya, Gulf akhirnya pergi dari apartemennya itu. Saat Win menawarkan diri untuk mengantarkan Gulf ke apartemen Mew, Gulf malah menolak dan ingin pergi sendirian. Sejujurnya saja Gulf tidak ingin lagi mendengar kata-kata Win yang terus mengasihaninya. Gulf tahu kalau Win mencoba menasehati Gulf karena Win peduli kepada Gulf.

Saat Gulf sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen Mew, Gulf menelpon seseorang. Orang itu langsung mengangkat telpon Gulf begitu handphonenya berbunyi. Orang itu sangat takut apabila terlambat mengangkat telpon dari Gulf. Gulf terus memperhatikan jalanan saat dia menelpon orang itu.

"Hallo Tuan Gulf.." Sapa seseorang dari seberang telpon.

"Bagaimana?"

"Semuanya berjalan dengan lancar, Tuan."

"Apakah kalian berdua sudah mengikatnya di atas tempat tidur dan menutup kedua matanya?"

"Iya Tuan, kami sudah melaksanakan semua perintah Tuan."

"Aku sedang dalam perjalan menuju kesana sekarang."

"Baik Tuan.."

Setelah menelpon orang itu, Gulf tiba-tiba kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat Mew dan Gulf pulang dari hotel. Mew dan Gulf sempat bertengkar karena Mew tidak ingin tinggal bersama dengan Gulf di dalam kamar hotel. Mew sangat membenci Gulf dengan seluruh hidupnya saat Gulf membuat karir Mew kini hancur berantakan.

"Apakah kamu masih ingin aku tinggal bersama denganmu di dalam apartemen mu itu?" Tanya Gulf dengan perlahan-lahan

"Pulanglah ke apartemen mu! Setelah ini, aku harap kita tidak akan pernah bertemu kembali! Setelah satu bulan usia pernikahan kita, aku akan mengirimkan surat cerai untukmu." Ucap Mew.

"Mew, jangan bercanda! Kita berdua baru saja menikah! Apakah ini benar-benar yang kamu inginkan?"

"Hubungan kita berdua itu sia-sia, Gulf! Apakah kamu mengerti?"

"Apakah kamu tidak takut dengan sanksi sosial dari masyarakat? Apakah kamu tidak takut kalau karirmu hancur berantakan?"

"Apa yang harus aku takutkan kalau karirku sudah berakhir seperti ini?"

"Kita bisa memperbaikinya Mew!"

"Memperbaiki apa? Semuanya sudah hancur berkeping-keping."

"Aku bisa memperbaiki semuanya."

"Untuk apa? Aku bahkan sudah tidak bisa berjalan sambil mengangkat kepalaku di depan umum karena skandal itu."

"Aku akan membuat dirimu bangkit dan aku akan memperbaiki semuanya hanya untukmu. Percaya kepadaku Phi!"

"Tidak, aku tidak mau! Kamu akan memiliki alasan untuk kembali mengancam dan menghancurkan aku, Gulf! Aku tidak mau berada di posisi itu!"

"Baiklah, kalau itu kemauanmu! Bahkan setelah menikmati tubuhku, kamu kini membuangku. Kamu memang seorang bajingan!"

"Euh!! Aku memang seorang bajingan! Jadi menjauhlah dari bajingan ini!"

Gulf kini kembali fokus menyetir mobilnya. Sesampainya Gulf di depan gedung apartemen Mew, Gulf langsung memarkirkan mobilnya di parkiran gedung apartemen itu. Gulf keluar dari dalam mobil lalu berjalan menuju ke dalam gedung apartemen itu. Dia tidak sabar bertemu dengan suaminya tercinta.

***

"Dimana Mew sekarang?" Tanya Gulf yang baru saja masuk ke dalam unit apartemen Mew itu.

"Dia ada di kamarnya Tuan."

Gulf kini berjalan menuju ke dalam kamar Mew. Ketika Gulf baru saja membuka pintu kamar Mew, Gulf kini tampak bahagia ketika melihat penampakan Mew yang sudah terikat di atas tempat tidur dengan tubuh yang telanjang dan mata yang tertutup. Gulf menatap ke arah Mew dengan tatapan sinis. Ada kebencian di dalam hatinya untuk Mew sebenarnya, namun dia sangat mencintai Mew.

"Apakah Tuan memerlukan hal lain?" Tanya salah satu bodyguard kepada Gulf.

"Apakah kalian sudah menyiapkan cambuknya?" Tanya Gulf dengan suara yang lirih. Gulf takut kalau Mew mendengar dan mengetahui semua rencana Gulf.

"Iya Tuan."

"Tolong ambilkan cambuknya sekarang!"

"Baik Tuan..."

Salah satu orang suruhan Gulf itu langsung mengambil cambuk dan memberikannya kepada Gulf. Gulf berencana akan menggunakan cambuk itu untuk mencambuk tubuh Mew. Gulf kini mulai mencambuk dan membuat Mew menjerit menahan rasa sakitnya. Dia tidak bisa melakukan apapun saat ini karena kedua tangan dan kakinya telah terikat di atas tempat tidur.

"Aaaa sakit! Sakit! Si-siapa kalian sebenarnya? Kenapa memukuli aku seperti ini?"

"Aku akan pastikan hidupmu sama seperti di neraka Mew!" Batin Gulf.

"Ampun. . ampun.." Mew bingung harus meminta bantuan kepada siapa sekarang.

Ketika Gulf mengayunkan kembali cambuknya dan kembali mengenai kulit Mew, maka kulit Mew akan langsung terluka. Mew menangis merasakan perih yang luar biasa kepada tubuhnya selama Gulf mencambuki tubuh Mew. Mew mencoba meminta pertolongan dan mohon ampunan, tapi tidak ada yang mendengarkannya.

"Awhh sakit! Sakit! Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Setelah menyakiti Mew, kini Gulf duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap ke arah Mew. Gulf tidak akan pernah lupa hal apa saja yang Mew lakukan kepada Gulf dulu hingga sekarang.

Author Point Of View Off

UNWRITTEN STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang