Author Point Of View On
"Kenapa Phi Mew keluar dari dalam kamar?" Tanya Gulf.
"Aku ingin membujuk istriku yang sedang merajuk. Apakah aku salah karena ingin melakukan hal itu?"
"Tidak salah, tapi Phi tidak perlu sampai menghampiri aku seperti ini. Phi harus banyak beristirahat. Kaki Phi kan masih sakit. Seharusnya Phi tidak usah keluar dan tetap berada di dalam kamar saja."
Gulf membantu Mew berjalan lalu duduk di atas sofa yang berada di ruang keluarga itu. Badan Mew masih terasa sakit dan juga terasa hangat, namun Mew memutuskan untuk pulang dari rumah sakit karena tidak ingin merepotkan istrinya dan meminta untuk di rawat di rumah saja. Pada akhirnya keputusan Mew tetap saja membuat Gulf merawatnya. Setidaknya Mew lega karena tidak membuat istrinya itu bolak balik kantor - rumah - rumah sakit hanya untuk merawatnya.
Gulf tidak masalah dengan keputusan Mew itu, apalagi Mew kurang nyaman apabila di sentuh oleh orang lain. Itu dampak dari trauma yang Gulf berikan kepadanya karena menculiknya dulu. Mew juga tidak suka tidur dalam kegelapan. Demi Mew, Gulf rela menyesuaikan dirinya. Itu semua ulahnya, makanya dia harus bertanggungjawab. Sampai detik ini, Mew tidak tahu kalau Gulf lah yang menculiknya. Gulf berencana menyimpan rahasia itu sampai dia mati.
Gulf menatap kedua mata Mew dengan tatapan yang sedih sehingga Mew merasakan rasa kekhawatiran Gulf sungguh teramat sangat dalam. Gulf ingin Mew mengerti dan memahami dirinya. Sudah bertahun-tahun Gulf membalas rasa sakitnya dulu dan kini hanya tersisa rasa cinta dan kasih sayang. Meskipun pernah melukai Mew hingga menyerang mental Mew, Gulf tidak pernah menyesal sama sekali. Semuanya terasa impas di matanya.
"Aku takut kamu tidak akan mau merawatku malam ini. Tubuhku rasanya terasa sangat lemas. Ahh aku sangat membutuhkan istriku."
"Aku akan datang kepada Phi setelah menidurkan Alex, jadi tidak perlu menyusulku seperti ini!"
"Aku hanya ingin istriku cepat kembali. Aku ingin mendapat pelukan darinya. Lagi pula, siapa yang tahu kau akan kembali? Bukankah kau sedang marah?"
"Aku memang marah, tapi aku tidak tega meninggalkan suamiku yang sedang terluka parah ini sendirian."
"Jujur saja, meninggalkan kamu selama dua hari membuat aku sangat merindukanmu. Aku juga tidak tega meninggalkan Alex kemarin."
"Kalau Phi mendengarkan apa yang aku ucapkan dan melakukannya, mungkin kita sudah tidur sambil berpelukan sekarang. Phi sudah tidak pernah mendengarkan aku lagi."
"Hmm, itu terdengar menyenangkan. " Mew masih merasa bersalah karena telah membuat Gulf merasa khawatir.
"Phi selalu saja melanggar laranganku. Apakah aku sudah tidak penting lagi di hidupmu?"
"Kamu masih penting sayang. Kamu masih menjadi prioritasku." Kata-kata Mew berhasil membuat Gulf tersenyum, namun tidak bisa menutupi rasa gelisahnya.
"Apakah Phi mendengar pembicaraanku dengan Win tadi?" Gulf tidak suka berlama-lama merasa gelisah. Dia ingin mengeluarkan semuanya, karena dia tidak ingin memendam sesuatu ketika bersama pasangannya.
"Hmm, sedikit."
"Aku tidak bermaksud menghentikanmu, tapi.."
"Aku tidak masalah jika kamu ingin memutuskan kontrak kerja itu, karena yang terpenting bagiku adalah istriku tidak merasa cemas yang berlebihan lagi di rumah."
"Phi, aku tidak bermaksud melakukannya hanya untuk membuatmu berdiam diri di rumah dan menjaga Alex. Mungkin, kalau ada program acara yang lain yang tidak melakukan hal-hal berbahaya, aku akan langsung menyetujuinya jika mereka memintamu menjadi pembaca acaranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWRITTEN STORY (END)
FanfictionGulf tidak mengerti dengan dirinya sendiri, mengapa dia jatuh cinta kepada seseorang yang pernah membully dirinya pada saat masa SMA dulu. Cinta itu berkembang menjadi sebuah obsesi dimana Gulf hanya ingin memiliki orang itu sendirian, padahal orang...