E18 🔞

386 45 3
                                    

Author Point Of View On

Malam semakin larut, Gulf kini sudah mulai mengantuk, namun bukannya tidur, Gulf malah sedang mengelus penis suaminya yang sedang tidur disampingnya karena Gulf tiba-tiba ingin berhubungan seks dengan suaminya. Keinginannya untuk berhubungan seks lebih besar daripada rasa kantuknya.

Mew yang juga sedang mencoba untuk tidur menatap ke arah kedua mata Gulf dengan tatapan bingung. Gulf bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan tatapan Mew itu.  Salah satu tangan Gulf yang lain kini masuk ke dalam piyama lalu memegang dada Gulf dan mulai memainkan putingnya sendiri.

"Gu-gulf..." Pemandangan di depan Mew sungguh indah saat ini.

Sejujurnya semenjak mengetahui Gulf telah mengandung anaknya, Mew sedikit takut menyentuh Gulf. Mew juga tidak  berani menyakiti Gulf karena merasa memiliki hutang budi kepada Gulf karena telah menyelamatkan dirinya.

"Diamlah!! Eughhh..."

"Gulf, shh.. apa yang kamu lakukan? Ini sudah jam 11 malam!" Ucap Mew mencoba menahan nafsunya.

"Aku ingin melakukannya! Lubangku sudah lama kamu ngga masukin. Rasanya gatel sekarang!"

"Ja-jangan! Ehmm.."

Mew mencoba melarang Gulf mengajaknya melakukan hubungan seks karena usia kehamilan Gulf masih sangat muda, tapi Gulf tidak peduli dan masih terus mengelus penis milik Mew itu. Mew tidak dapat menahannya dan pada akhirnya penis Mew berhasil menegang.

"Kenapa?"

"Jangan, itu beresiko! Usia janinnya masih muda."

"Ngga, asalkan kamu pelan pas masukinnya sama pas..." Gulf ingin melanjutkan kata-katanya, namun Mew langsung menyuruhnya diam.

"Shutt, kenapa kata-katamu semakin vulgar sih?" Mew meletakkan jari telunjuknya di bibir Gulf.

"Aku memang seperti ini Phi! Aku selalu ingin kamu masuk ke dalam dan mengobrak-abrik di dalam sana." Gulf yang tadinya tidur kini bangkit lalu duduk di atas tubuh Mew. Kata-kata Gulf berhasil membuat Mew terkejut.

Mew tidak tahu kalau ada sifat Gulf yang seperti ini. Mew justru merasa sedikit ngeri dengan sifat Gulf ini daripada menyukai sifat Gulf ini. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih dominan dalam hal seks, namun Gulf menjadi berbeda dari orang-orang yang dia temui.

"Gu-gulf..."

"Aku ingin Phi memanggilku sayang mulai sekarang. Aku ngga mau dipanggil Gulf lagi! Kita terlihat seperti bukan pasangan."

"I-iya sayang."

Entah mengapa suasana hati Gulf berubah menjadi berbunga-bunga ketika mendengar kata itu, padahal Gulf bukan remaja yang sedang jatuh cinta lagi.

Gulf yang sedang duduk di atas tubuh Mew lalu membungkukkan tubuhnya dan mencium bibir Mew. Ciuman itu hanya singkat karena Gulf tidak sabar untuk memasukkan penis Mew yang telah menegang.

Gulf kini turun dari atas tempat tidur lalu membuka celananya. Mew pada akhirnya pasrah dan membuka celananya sendiri dalam keadaan tubuhnya masih terbaring di atas tempat tidur. Ketika membuka celananya, sebuah batang panas yang telah menegang langsung keluar dan berdiri ke atas.

Gulf tersenyum ketika melihat pemandangan lucu itu. Mew yang merasa malu langsung menutupinya. Gulf yang sudah tidak sabar kembali duduk di atas tubuh Mew, namun dengan mencoba memasukkan penis Mew ke dalam lubangnya.

Mew tiba-tiba mengingat kejadian traumatis nya dimana dia diperkosa oleh penculiknya. Mew menahan Gulf lalu mendorong tubuh Gulf menjauh dari tubuhnya. Gulf yang melihat hal itu lalu menatap Mew dengan penuh rasa kecewa. Gulf merasa ditolak.

"Kenapa menolak ku? Apakah kamu merasa jijik kepadaku yang sedang mengandung anakmu ini?"

"Tidak! Bukan begitu! Jangan salah paham! Aku hanya sedang mengingat kejadian saat aku diculik dulu. I-itu sangat menakutkan."

"Aku bukan orang yang menculik mu!" Gulf mencoba menegaskan kepada Mew.

"Aku tahu! Aku tidak sedang menuduhmu. Aku hanya tiba-tiba mengingat kenangan itu, dan itu membuat aku takut."

Gulf menghela nafasnya dengan kasar lalu menarik tangan Mew agar merubah posisinya menjadi duduk dan langsung memeluk tubuh Mew. Gulf sangat paham akan hal ini.

"Apakah Phi ingat saat pertama kali Phi berhasil memperkosa aku di depan anggota Phi? Aku merasa sangat hancur sekali saat itu."

"...." Mew terdiam. Dia seperti merasa ditarik untuk mengulang masa lalu.

"Setelah itu terjadi, beberapa orang anggota gengmu mencoba memperkosa aku juga. Beruntungnya, aku selalu lolos karena sepupuku yang jahat itu selalu datang dan menarik aku ketika anggotamu ingin membawaku ke tempat yang kosong."

"...."

"Aku beruntung, karena alih-alih diperkosa dan digilir oleh anggota-anggota mu, aku malah selalu berakhir dengan mengerjakan tugas sepupuku."

"Mereka berani menyentuhmu?"

"Mereka mengancam aku agar aku tidak mengatakan apapun kepadamu."

Mew terlihat sangat marah dan tubuh Mew terasa bergetar menahan amarahnya. Gulf kembali melanjutkan ceritanya.

"Apakah kamu tahu? Semua kenangan itu seperti mimpi buruk di dalam hidupku."

"Maafkan aku.."

"Hiks.. Hiks.. mereka pikir aku bisa dipakai sesuka mereka."

"Maafkan aku..."

Tangisan Gulf terdengar menyayat hati. Mew tiba-tiba melupakan kenangan buruknya itu dan mencoba menenangkan Gulf. Mew kini menidurkan Gulf di atas tempat tidur lalu mulai menjilati pipinya yang basah dan juga bibir Gulf yang mulai membengkak akibat kebanyakan menangis.

"Aku akan melakukannya.."

Mew mulai melakukan pemanasan sebelum memasukkan penisnya ke dalam lubang Gulf. Gulf kini mulai tenang dan menikmati semua sentuhan yang Mew lakukan kepadanya. Tubuh keduanya mulai panas karena dikuasai oleh nafsu.

***

"Phi, aku lapar.." setelah Mew dan Gulf selesai bercinta, Gulf tiba-tiba merasa lapar.

Mew dan Gulf yang kini telah bersih dari sisa-sisa percintaan mereka bersiap untuk tidur, namun saat akan tidur, tiba-tiba Gulf mengatakan bahwa dia lapar kepada Mew.

"Tapi ini sudah jam 1 malam sayang. Tidak bisakah kamu menahannya?"

"Phi tega membiarkan anak Phi kelaparan? Phi tega membiarkan anak Phi tidak bisa tidur?" Mew terdiam ketika mendengar kata-kata itu.

Mew menatap Gulf dengan tatapan bingung. Masalahnya di dalam kandungan Gulf, anak mereka masih berupa janin.

"Apa yang ingin kamu makan sekarang?"

"Aku ingin yang berkuah."

"Baiklah, aku akan membuatkanmu mie instan." Mau tidak mau, Mew kini bangkit lalu berjalan menuju ke dapur untuk membuatkan mie instan untuk Gulf.

"Aku harus menghadapi ini sampai beberapa bulan kedepan." Batin Mew. Mew memasak sambil mengantuk.

Saat mie itu sudah jadi, Mew lalu membawanya ke dalam kamar. Ketika Mew baru saja membuka pintu, Mew menghela nafasnya dengan kasar. Mew mencoba menahan amarahnya sekarang karena merasa dikerjai oleh Gulf.

"Aku akan meletakkannya di atas meja. Siapa tahu, dia akan bangun lalu mencari makanan yang sudah aku buat." Monolog Mew.

Mew kini berjalan menuju ke dekat tempat tidur setelah meletakkan makanan itu di atas meja lalu naik ke atas tempat tidur. Mew menghentikan kegiatannya sebentar dan menatap kedua mata Gulf yang telah terpejam.

"Maafkan aku, aku terlalu pengecut saat itu. Aku berusaha melindungi mu tapi malah justru hampir mencelakai mu." Batin Mew. Mew merasa sangat sedih setelah mengetahui semuanya tadi.

Setelah cukup lama menyesali sikapnya dulu, Mew kini tidur di samping Gulf sambil memeluk Gulf. Mew sesekali mencium wangi tubuh Gulf yang khas sangat familiar dengan penculik yang memperkosanya dulu. Mew tidak ingin memikirkannya, karena Gulf yang telah menyelamatkannya.

Author Point Of View Off

UNWRITTEN STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang