3 - Di Warung Kelontong S & D Convenience

6 4 0
                                    

Sore hari belum usai, dan Harris berpikir untuk berbelanja kecil. Mungkin rokok, atau bir, atau keduanya. Dia ingat di dekat sini ada warung kelontong ke arah utara, samping pom bensin. Dia keluar kamar, tak lupa mengunci pintu, dan mulai berjalan ke arah utara.

Dua menit berjalan kaki, dia sudah bisa melihat halte bus Fairplay di pinggir highway. Nampak pula logo dinosaurus hijau besar ciri khas Sinclair Gas Station. Cukup nyaman, pikir Harris, nanti ketika sudah selesai menginap dia bisa langsung mengisi bensin dulu.

Tepat di dalam area pom bensin itu nampak berdiri warung kelontong S & D Convenience. Ketimbang "toserba," Harris lebih suka menyebut swalayan semacam ini "toko kelontong" meskipun kadang mereka juga menyediakan barang-barang besar. Karena bagaimanapun, Harris selalu membeli barang-barang kecil di toko semacam ini, dan tidak pernah banyak-banyak.

S & D Convenience di kawasan Fairplay ini memiliki nuansa lawas, dengan cat aksen hijau yang sama dengan yang dilihat Harris di Otto's. Begitu masuk, dia langsung berhadapan dengan beraneka ragam barang kebutuhan yang disusun sesuai klasifikasinya, dalam udara beraroma kayu yang nyaman di hidung.

Harris tak begitu tertarik untuk berkeliling melihat-lihat apa saja yang dijual. Ia langsung mengambil sekaleng bir dan satu pak Pall Mall. Ia membayar kepada seorang kasir tua yang masih nampak antusias. Dia seorang pria tua yang ramah, yang entah bagaimana akan sangat cocok bila mengenakan topi koboi.

"Barangkali Anda mau tambah bir lagi, Tuan? Dua kaleng dapat promo."

"Tidak, Pak, terima kasih."

Sambil berjalan kembali ke motel, dia menyalakan sebatang rokok dengan korek yang selalu siap di kantongnya. Udara sore menguatkan bara di ujung rokok Harris. Dia juga tidak hendak menghabiskannya cepat-cepat. Sambil menikmati, ada renungan yang menyisip ke alam bawah sadarnya, seperti suara bisikan: "Apakah yang kau lakukan ini sudah benar?"

Harris meresapinya sejenak. Namun, tak lama kemudian ia berusaha mengenyahkan pikiran itu. Dia merasa berhak mendapatkan apa yang dimilikinya, meskipun dia mendapatkannya dengan cara yang mungkin patut dipertanyakan.

Matahari mulai terbenam, dan Harris kembali ke kamar motelnya. ***

Silent West MotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang